Dongeng Musang Berjanggut

4.2 Dongeng Musang Berjanggut

Bahkan di kalangan masyarakat Makassar berkembang sentilan bahwa seorang pria ketika

Fabel Musang Berjanggut mengisahkan se- ditinggal sang istri, satu mata menangis, semen- orang prajurit bernama Baso yang sangat

Sastra Anak: Representasi Tokoh Perempuan

291

292

PROSIDING

dicintai oleh sang raja. Suatu ketika, sang raja memintanya untuk mencari istri. Baso pun pergi memenuhi keinginan sang raja. Sayang- nya, saat melihat istri Baso, sang raja juga jatuh hati padanya, dia pun memerintahkan Baso mencari musang berjanggut. Jika Baso tidak dapat menyanggupinya dalam tiga hari, maka raja akan membunuhnya. Baso pun mencerita- kan hal tersebut kepada istrinya. Akhirnya, ke- pala Baso tidak jadi dipenggal.

Kutipan berikut menggambarkan bahwa peran istri dalam fabel Musang Berjanggut ti- daklah inferior. Perempuan malah diberikan ke-sempatan untuk menyampaikan pendapat. Pendapatnya tidak hanya didengar, tetapi juga dipraktikkan. Hal tersebut menunjukkan bah- wa perempuan benar-benar dianggap “ada” bukan hanya dalam wujud fisik, tetapi juga ide.

Na anne I Baso lintakmi ammoterek ri ballakna na napauang bainenna. Takbangkami bainen- na I Baso allanngereki na nakana ri buraknen- na marak-maraengi antu pattujunna karaenga daeng, mingka tena na manngapa. Kipina- wang tongi sedeng anne pattujungku. Ka anjo daeng sirikku niaki ri katte na pacceta niaki ri nakke ri pammolikanta. Na nakanamo I Baso, “kamma tojengi andik jari antekamma pattu- juannu?”na nakanamo bainenna, “kammanne daeng!” ammoterekkik mange ri dallekang na- kipauang karaenga angkanaya, iapa nakkulle nigappa jinak akjanggoka sombangku punna bassi-bassikang kurungang bassi lompo nipake anjakkalaki. Assuro parekkik tallung batu ku- rungang bassi lompo nipake anjakkalaki.

Terjemahan: Setelah itu pulanglah I Baso ke rumahnya.

Kemudian hal itu disampaikannya kepada istrinya. Istrinya merasa heran mende- ngarkan perintah raja yang sangat tidak masuk akal sambil mengatakan kepada suaminya, “Sungguh ajaib perintah raja itu, Kakanda. Akan tetapi, tidak apalah. Aku harap Kakanda sudi mengikuti ke- inginanku. Bukankah kehormatan ada pa-

da Kakanda, demikian juga kasih sayang Kakanda tercurah padaku?” Berkatalah I Baso, “Benar apa yang Dinda katakan,

dan saya bersedia mendengarkan apa ke- inginanmu.” Berkatalah istrinya, “Begini Kakanda, kembalilah menghadap kepada raja dan beritahukan bahwa barulah da- pat ditangkap musang itu apabila ada ku- rungan besar yang terbuat dari besi yang dipakai untuk menangkapnya. Suruh buatlah tiga kurungan besi.”

Jika istri I Baso adalah perempuan hedonis masa kini, maka dia lebih memilih menjadi istri raja daripada istri seorang prajurit. Dengan menjadi istri raja, dia dapat memiliki apa saja_ banyak yang menganggap bahwa tradisi doek panaik lebih cenderung pada hal-hal yang ber- bau uang. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan- nya karena prinsip siri’ dan pacce-nya terhadap suami. Beberapa pakar mendefinisikan siri’ sebagai kehormatan. Maknun (2014: 1) menje- laskan bahwa siri mengandung makna perasa- an paling dalam pada lubuk hati manusia yang berkaitan dengan harkat, martabat, dan harga diri. Jika siri’ ini terganggu, akan lahir rasa malu tak terperikan baik bagi seseorang, keluarga, maupun kelompok masyarakat. Sedangkan rasa malu yang tak terperikan, menggugah hati nurani dan perasaan yang melahirkan rasa iba, toleransi, rasa senasib serta terdorong ikut aktif mengembalikan harkat, martabat, harga diri yang terganggu tadi. Walaupun harus melalui pengorbanan dan menghadapi risiko apa pun. Perasaan dan naluri yang terpancar secara oto- matis dari dalam inilah yang kemudian disebut pacce .

Sebagai contoh, dalam masyarakat Ma- kassar dikenal kata silariang atau kawin lari. Jika seorang anak perempuan kawin lari, maka demi menjaga kehormatan keluarganya, sang ayah, saudara pria, atau pamannya akan “menyakiti” pria yang kawin lari dengannya karena siri’ telah ternodai. Tindakan “menyakiti” tersebut merupakan wujud pacce. Itulah yang menye- babkan dahulu kala, ada beberapa orang yang membunuh karena masalah pelanggaran siri’ dan tidak mendapatkan hukuman karena masyarakat sepakat bahwa hal tersebut adalah hal yang lumrah dilakukan.

Sastra Anak: Representasi Tokoh Perempuan 293

Strategi yang disiapkan istri I Baso untuk memenuhi perintah raja yang mengadakan musang berjanggut dalam jangka waktu tujuh hari terbukti andal. Beberapa pesuruh raja yang datang, akhirnya terjebak dalam ku- rungan karena ternyata mereka juga punya niat yang sama dengan raja. Perempuan yang biasa distereotipkan lebih mengandalkan pera- saan daripada akal tidak berlaku pada istri I Baso. Dengan kecerdikannya, dia memanfaat- kan kecantikan dan akalnya menjebak para pesuruh raja, seperti kutipan berikut.

Sikalinna nakanamo Daeng Imang, “Teyama- ko akkana-kanai andik. Sannangko ka ia me- mang tomminne kujappa-jappai. Punna mate Daeng Basonu nuerok tonja ri nakke, inakkepa annikkaiko.” Sitabangi akbica-bicara, napatettekmi cincinna bainenna I Baso, natukguruk naung ri saringa. Laklolomi ammenteng la naung anngallei cin- cinna, nakanamo Daeng Imang, “Teyamako ammentengi andik. I nakkepa naung anngalleangko. Na naummo Daeng Imang. Na sungkena ti- mungang rabbanga, Daeng Imang antama ri bassi-bassikanga tamakkulle assuluk.

Terjemahan Berkatalah Daeng Imang, “Jangan berkata

begitu, Dinda, diamlah dan inilah sebab- nya saya datang ke sini untuk menyam- paikan bahwa apabila sebentar Daeng Ba- somu meninggal, sayalah yang akan me- ngawinimu.” Setelah mereka bercakap-cakap sebentar, istri I Baso mengetuk cincinnya. Kemudi- an cincin itu jatuh ke bawah kolong. Ketika istri I Baso hendak pergi mengambil cincin itu, tiba-tiba ia dilarang oleh Daeng Imang, “Janganlah engkau berdiri, nanti saya yang akan mengambil cincinmu.” Turunlah Daeng Imang dan setelah ia membuka pintu pagar kolong rumah, ter- sentaklah pemindas kurungan besi itu sehingga Daeng Imang terhempas masuk ke dalam dan tak dapat keluar lagi.

Tidak hanya itu, jargon yang terkenal “wa- nita dijajah pria” tidak terjadi dalam Musang Berjanggut. Sang raja malah yang tunduk un- tuk melakukan apa saja demi memperoleh hal yang diinginkannya, seperti laki-laki pada umumnya. Raja kehilangan akal sehat karena sangat menginginkan istri I Baso menjadi milik- nya. Kutipan berikut menunjukkan hal ter- sebut.

Nakanamo sombaya, “Apa tinjaknu andik?” Nakanamo bainenna I baso, “Tinjakku som- bangku, kukana, punna sallang ammuko mem- barak na kulompo na niak toodng sarengku accinik singarak, akburakne somba, kusuroi sompoi sallang kalengku annginroi benteng tanngaya pingtujung kamma jarang bai- baiang.” Apaji nanikutaknangmo ri sombaya angkana, “Jari siapa nuerok ampolei tinjaknu andik?” Na kanamo bainenna I Baso, “manna kamma- kammanne sombangku!” Na mangemo bainenna I Basok anngalle sak- mang nipinawangi ri sombaya riampikna ben- teng tanngaya. Accengkemi sombaya nipata- bang sakmanna nampa naik bainenna I Baso ri salangganna. Amminroi sikali naparekaki sakmanga. Maka pinruanna annginroi ben- tenga, appakaramulami accerak bawana som- baya. Maka pintallunngi annginroi benteng tanngaya sappemi bawana sombaya sikekdek. Gannaki pinngappak amminro pilak luarakmi sappena bawana sombaya pilak pakrisik tom- mi nasakring kapilak jai tommi pole cerakna.

Terjemahan Berkatalah sang raja, “Nazar apakah itu?” Menjawablah istri si Baso, saya pernah ka- takan apabila nanti besok atau lusan kalau saya sudah besar lalu kawin dengan raja, akan kusuruh pikul diriku olehnya menge- lilingi tiang sebanyak tujuh kali sebagai ku-

da tunggangan.” Bertanya lagi sang raja, “Jadi, kapan na-

zarmu itu kamu tunaikan?” Menjawablah istri I Baso, “Biar sekarang, tuanku!” Pergilah istri I Baso mengambil kekang

kemudian diikuti oleh sang raja di dekat kemudian diikuti oleh sang raja di dekat

Terjemahan:

sangilah kekang kemudian naiklah istri I Menjawablah Nenek Pattironaik, “Ah, Baso di bahunya. Berputar satu kali, dua

mengapa engkau mau ditakut-takuti. Ayo kali, mulailah mulut sang raja berdarah.

kita ke sana, biarlah saya yang mengha- Ketiga kalinya sudah mulai sobek, keempat

dapinya.”

kalinya semakin melebar sobekan itu, dan Kata sang Macan, “Saya sudah takut kem- semakin banyak mengeluarkan darah.

bali ke sana. Kalau kau mau pergi, pergi- Setelah cukup lima kali berkeliling sudah

lah, nanti saya yang tunjukkan tempat- sampai di telinga sakitnya, semakin men-

nya.”

jadi-jadi dan darahnya semakin bercu- Kutipan berikut menggambarkan bahwa curan. nenek Pattironaik tidak dihinggapi kekhawatir- Kutipan di atas menggambarkan bahwa

an dan ketakutan sedikit pun. Rasa ingin tahu raja mengikuti keinginan istri I Baso untuk me-

yang besar tidak dapat dihalangi oleh apa pun. nyegerakan pemenuhan hajatnya agar mereka

Usianya boleh saja tua, fisiknya juga telah ter- juga dapat segera menikah.

kikis waktu, tetapi dia memiliki keberanian

4.3 Dongeng Pelanduk dengan Macan

yang lebih besar dibanding macan. Padahal macan terkenal sebagai salah satu binatang

Dongeng Pelanduk dan Macan menokoh-

buas penghuni hutan.

kan kerbau, macan, pelanduk, dan nenek Patti- Macan yang terlanjur diliputi rasa takut

ronaik. Kerbau menjadi tahanan sang macan tetap bertahan untuk tak kembali ke tempat dia

sehingga dia sakit keras dan sangat kurus ka- mendengar suara yang tak dikenalinya, tetapi

rena dilarang makan oleh macan. Kerbau lalu nenek Pattironaik menjaminkan dirinya, bah-

menawarkan agar dia diberi kesempatan se- wa apa pun yang terjadi, dia tidak akan me-

tahun untuk menggemukkan badan sehingga ninggalkan macan sendirian. Nenek Pattiro-

ketika kematiannya telah tiba, macan dapat naik malah bertekad melawan, seperti kutipan

menikmati daging empuknya. Saat perjanjian

berikut.

telah tiba, kerbau menangis dan pelanduk le- wat tidak sengaja. Mereka lalu mengatur stra-

Nakanamo, “Tena, punna tena nakamma tegi untuk menjebak macan. Strategi mereka

Macang anggalleko passikkok na nupasisikkok berhasil, macan benar-benar ketakutan dan

ayakku na epanu. Tena kulari. Punna lariak, berlari. Dalam pelariannya dia bertemu nenek

lari tongko, mateko mate tongak. Tena ta sipa- Pattironaik. Keduanya lalu ke tempat awal ma-

gulungku Nenek Pattironaik ka sallo memang- jak amboyai.”

can berlari dan akhirnya meninggal. Kerbau pun akhirnya selamat dari ancaman macan.

Terjemahan:

Dalam dongeng Pelanduk dan Macan, ne- Menjawablah Nenek Pattironaik, “Tidak nek Pattironaik bukan tokoh utama. Nenek

begitu. Jika kamu tidak percaya ambillah tali kemudian ikatkan pinggangku dengan

Pattironaik digambarkan sebagai perempuan ketiakmu. Saya tidak akan lari. Kalau eng- yang berani, bahkan lebih berani dari seekor

kau mati, maka saya pun akan mati. Biar- macan. Berikut kutipannya

lah saya yang bertarung dengan raksasa Nakanamo Nenek Pattironaik, “Ha, erok

penghuni hutan ini, sudah lama saya men- tongko kau nipakamallak, erangak nainakke

carinya.”

anngewai.” Nenek Pattironaik menjadi gambaran Nakanamo lapong Macang, “Punna erokko

bahwa perempuan Makassar adalah perempu- aklampa, lampamako, inakke mallak sikalimak

an yang tidak takut mengambil risiko dan ber- ammoterek, kujokjokampako tujunna.”

juang mempertahankan hal yang diyakininya. Keberaniannya menjaminkan hidupnya pada

PROSIDING PROSIDING

sitas Negeri Yogyakarta. kembali. Arti harfiahnya sebenarnya adalah le- Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra bih kupilih tenggelam daripada harus kembali.

Feminis: Sebuah Pengantar . Jakarta: Penerbit Jika sesuatu yang diperjuangkan mengancam

PT Gramedia Pustaka Utama nyawa, maka lebih baik mati di medan juang Mariati, Sri. 2012. “Sastra Anak dan Kesadaran

daripada kembali tanpa membawa hasil apa- Feminis dalam Sastra.” Prosiding. Yog-

apa. Selain itu, perempuan Makassar bukanlah yakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Univer-

perempuan yang oportunis, jika berdampak sitas Negeri Yogyakarta.

buruk, maka keburukannya dinikmati bersa- ma-sama, begitupun jika sebaliknya karena me- Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian reka membedakan dirinya dengan hewan. He-

Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya wan yang dipegang adalah talinya, tetapi Noerdin, Endriana, dkk. 2005. Representasi

manusia kata-katanya. Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah . Jakarta: Women Research

5. Simpulan

Institute.

Setelah menganalisis representasi tokoh Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak, perempuan dalam dongeng Makassar, penulis

Pengantar Pemahaman Dunia Anak . Yogya- menyimpulkan bahwa dongeng Makassar

karta: Gadjah Mada University Press. tidak bermuatan diskriminasi perlakuan antara Rizal, Syamsul dan Sahabuddin Nappu. 1993. perempuan dan pria. Meskipun dunia ramai

Sastra Makassar Klasik . Jakarta: Pusat menggaungkan bahwa otot merupakan salah

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, satu ciri pembeda antara perempuan dan laki-

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan laki, dalam dongeng Makassar, tokoh yang me- Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Pene-

mainkan peran perempuan malah digambar- litian Sastra Anak . Jakarta: Yayasan Pustaka

kan menggunakan kekuatan fisik mereka.

Obor Indonesia

Penelitian ini hanya terbatas pada bebera- pa dongeng karena hanya menggunakan do- Tarigan, H., G. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. ngeng yang telah terdokumentasi, sementara

Bandung: Angkasa

dongeng yang telah terdokumentasi tersebut Wheeler. 2015. Literary Terms and Definition: ada yang termuat berulang-ulang dalam buku

F. Laman: https://web.cn.edu/kwheeler/ yang berbeda, oleh karena itu, untuk simpulan

lit_terms_F.html. Diunduh tanggal 24 yang yang lebih komprehensif mengenai repre-

September 2015

sentasi perempuan dalam dongeng Makassar, penulis menyarankan menggunakan data yang lebih banyak.