Gambar 4.6 Perbandingan Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pada gambar 4.6 terlihat bahwa presentase pada setiap indikator berpikir kreatif matematis siswa di kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dari
kelas kontrol. Perolehan presentase tertinggi dicapai oleh indikator berpikir fluency, presentase tersebut dicapai oleh kelas eksperimen dengan nilai
77,30. Sedangkan prosentase terendah diperoleh kelas kontrol dengan nilai 48,75 untuk indikator originality.
1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pembelajaran strategi heuristik ini memberikan kebebasan siswa baik mengemukakan idegagasan mereka maupun menanggapi pendapat siswa
lainnya, sehingga bisa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mengemukakan ide-ide yang ada digunakan dalam menyelesaikan
masalah.
Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan strategi heuristik di kelas eksperimen yaitu, pada tahap eksplorasi guru menggali pengetahuan
prasyarat siswa mengenai materi yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan menantang. Adapun tujuannya yaitu untuk memancing
siswa agar terbiasa berperan aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap
materi yang akan dipelajari. Kemudian, pada tahap elaborasi siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk berdiskusi agar merangsang siswa
lebih kreatif, khususnya dalam mengemukakan pendapat, ide atau gagasan. Setelah siswa duduk sesuai dengan kelompoknya, langkah selanjutnya
yaitu pembagian LKS yang dikerjakan secara berkelompok. Guru sebagai fasilitator berkeliling kelas untuk membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS menuntut siswa untuk
menggunakan strategi heuristik tebak dan periksa yaitu dengan cara menebak terlebih dahulu jawabanya dan kemudian memeriksa tebakan tersebut sesuai
dengan kondisi soal yang diberikan dalam LKS. Dengan strategi ini membantu siswa untuk menyadari bahwa kenyataan bahwa tebakan dalam
matematika mendapat tempat dan tidak harus dihindari. Hal ini sejalan dengan pendapat Polya dalam Mathematics for Elementary Teachers 2004 yaitu
matematika dalam pembuatannya berasal dari menebak. Jika tebakan pertama gagal, maka pertanda bahwa siswa menuju ke dalam tebakan yang lebih baik.
Bahkan jika dalam proses menebak tidak menghasilkan jawaban yanng tepat. Maka disinilah proses mengembangkan ide yang daa dalam pikiran siswa,
sehingga memunculkan proses berpikir kreatif. Pada tahap konfirmasi, setelah diskusi kelompok kecil dilakukan, guru
meminta perwakilan kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya sedangkan kelompok lain bertugas untuk menanggapi. Pada
akhir proses pembelajaran dikelas eksperimen, guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Setelah proses pembelajaran berlangsung seperti proses pembelajaran diatas, terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Pada pertemuan pertama
masih banyak siswa yang tampak bingung dalam mengerjakan LKS yang diberikan karena mereka belum terbiasa mencari sendiri informasi yang