Pengujian Hipotesis HASIL PENELITIAN
siswa agar terbiasa berperan aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap
materi yang akan dipelajari. Kemudian, pada tahap elaborasi siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk berdiskusi agar merangsang siswa
lebih kreatif, khususnya dalam mengemukakan pendapat, ide atau gagasan. Setelah siswa duduk sesuai dengan kelompoknya, langkah selanjutnya
yaitu pembagian LKS yang dikerjakan secara berkelompok. Guru sebagai fasilitator berkeliling kelas untuk membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS menuntut siswa untuk
menggunakan strategi heuristik tebak dan periksa yaitu dengan cara menebak terlebih dahulu jawabanya dan kemudian memeriksa tebakan tersebut sesuai
dengan kondisi soal yang diberikan dalam LKS. Dengan strategi ini membantu siswa untuk menyadari bahwa kenyataan bahwa tebakan dalam
matematika mendapat tempat dan tidak harus dihindari. Hal ini sejalan dengan pendapat Polya dalam Mathematics for Elementary Teachers 2004 yaitu
matematika dalam pembuatannya berasal dari menebak. Jika tebakan pertama gagal, maka pertanda bahwa siswa menuju ke dalam tebakan yang lebih baik.
Bahkan jika dalam proses menebak tidak menghasilkan jawaban yanng tepat. Maka disinilah proses mengembangkan ide yang daa dalam pikiran siswa,
sehingga memunculkan proses berpikir kreatif. Pada tahap konfirmasi, setelah diskusi kelompok kecil dilakukan, guru
meminta perwakilan kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya sedangkan kelompok lain bertugas untuk menanggapi. Pada
akhir proses pembelajaran dikelas eksperimen, guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Setelah proses pembelajaran berlangsung seperti proses pembelajaran diatas, terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Pada pertemuan pertama
masih banyak siswa yang tampak bingung dalam mengerjakan LKS yang diberikan karena mereka belum terbiasa mencari sendiri informasi yang
diberikan dalam soal, dan siswa masih ada yang mengobrol atau menggangu temannya yang mengerjakannya.
Pada saat hasil diskusi dipresentasikan di kelas, siswa masih kesulitan mengungkapkan ide dan gagasannya. Hal ini disebabkan oleh faktor kebiasaan
siswa pada pembelajaran sebelumnya yang bersifat pasif, siswa hanya mendengarkan guru dan mencatat apa yang ditulis guru dan kurang adanya
interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang belum dipahami.
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa mulai antusias mengikuti pembelajaran. Mereka lebih aktif dalam proses diskusi, mulai berani
menengemukakan gagasan dan ide-ide yang relevan dalam menyelesaikan masalah yang terdapat dalam soal atau menanggapi pendapat temannya.
Sedangkan untuk kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional disekolah menggunakan metode
ceramah, tanya jawab dan latihan. Pertama-tama guru menerangkan materi dan memberikan contoh soal. Keterlibatan siswa hanya sebatas mendengarkan
dan mencatat konsep-konsep yang diberikan. Apabila ada siswa yang kurang pahammengerti, maka siswa dapat bertanya kepada guru.Setelah guru selesai
menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas kontrol ini, siswa tidak
terlibat secara optimal dan cenderung pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam mengungkapkan ide dan
gagasannya didalam kelas. Dengan demikian, siswa belajar dengan hafalan. Namun kelebihan dari kelas kontrol ini adalah siswa dapat mengerjakan
dengan lancar dan sistematis terhadap soal yang diberikan guru, dengan catatan soal tersebut sesuai dengan contoh soal yang telah dijelaskan. Apabila
soal yang diberikan berbeda dengan contoh yang dijelaskan, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya.