Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

11

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mencakup dua aspek penting. Pertama, menganalisis efektivitas kebijakan harga pangan terhadap ketahanan pangan dan kedua, menganalisis dampak kebijakan harga pangan terhadap kestabilan ekonomi makro. Sebelum melangkah pada dua aspek tersebut, untuk menjustifikasi pentingnya penelitian ini juga dianalisis pangsa pengeluaran yang dibelanjakan untuk pangan terhadap pengeluaran total. Di Indonesia pengelolaan kebijakan pertanian dilakukan tersentralisasi. Alokasi dana yang digunakan untuk mendukung kebijakan pertanian, termasuk kebijakan harga pangan bersumber dari kredit bersubsidi yang dikucurkan oleh Bank Indonesia yang dikenal dengan Kredit Likuiditas Bank Indoneisia KLBI dan subsidi yang bersumber dari dana APBN. Variabel kebijakan harga pangan tersebut dianalsis secara sistem dengan menggunakan pendekatan ekonometrika model VECM bersama dengan variabel makro terkait lainnya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bersifat makro, sedangkan lingkupnya bersifat nasional. Walaupun demikian, penelitian ini juga menganalisis dampak kebijakan harga pangan terhadap ketahanan pangan. Konsep ketahanan pangan yang digunakan meliputi ketersediaan pangan di tingkat nasional, regional dan konsumsi ditingkat rumah tangga dan penduduk. Oleh karena itu penelitian ini juga menganalisis konsumsi di tingkat mikro dengan menggunakan data Susenas. Data Susenas yang tersedia dalam deret waktu tiga tahunan diinterpolasi menjadi data tahunan. Selanjutnya, data yang bersifat mikro tersebut diregresikan dengan data-data dalam lingkup makro, seperti kebijakan harga pangan, tingkat inflasi dan produk domestik bruto. Untuk mendukung hasil analisis, studi ini didukung juga oleh hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai ketahanan pangan di tingkat mikro dengan menggunakan data Susenas atau data primer. 12 Dari sisi teoritis, penelitian ini mengaitkan antara konsep-konsep ekonomi mikro dengan konsep-konsep ekonomi makro. Jelasnya, penelitian ini berupaya menganalisis dampak kebijakan mikro terhadap kondisi perekonomian makro Indonesia. Selama ini, lebih banyak studi yang menganalisis dampak kebijakan ekonomi makro terhadap kondisi mikro. Hal ini merupakan salah satu perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kalaupun ada penelitian yang sejenis ini, seperti yang dilakukan Dawe 2002 dan Timmer 1996, tetapi digunakan dengan metode analisis yang berbeda dan dibatasi pada komoditi beras, sedangkan penelitian ini mencoba meneliti komoditas pangan tidak hanya beras, tetapi mencakup komoditas pangan lainnya. Selain kelebihan yang ada, penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Paling tidak ada lima keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pertama, penelitian tidak menggabungkan aspek ketahanan pangan dan ekonomi makro ke dalam satu sistem persamaan. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan data. Data ketahanan pangan tersedia dalam deret tahunan dan tiga tahunan, sedangkan data lain tersedia dalam deret triwulanan. Jika dilakukan penggabungan dalam satu sistem, rentang waktu data tahunan yang terbatas, dinilai kurang mendukung analisis impulse response function IRF dan Forecast Error Variance Decomposition FEVD. Keterbatasan kedua, data konsumsi energi dan protein yang bersumber dari hasil Susenas tersedia dalam deret waktu tiga tahunan. Untuk mendapatkan data tahunan dilakukan interpolasi data dengan mengikuti trend data ketersediaan untuk dikonsumsi yang bersumber dari Neraca Bahan Makanan Indonesia yang juga diterbitkan BPS. Dalam melakukan interpolasi ditemui bahwa tidak semua trend data tiga tahunan pada dua sumber data memiliki arah yang sama. Ketiga, kebijakan harga pangan diproksi dari dana yang dikeluarkan untuk mendukung kebijakan harga pangan. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan 13 kredit input pertanian pangan, kebijakan kredit pengadaan output pangan, kebijakan subsidi input pertanian pangan dan kebijakan subsidi pengadaan output pangan. Jenis-jenis kebijakan tersebut tidak selalu dilakukan pemerintah sepanjang periode pengamatan, sehingga banyak data yang tidak kontinu. Kondisi ini menyebabkan tidak dapat dilihat pengaruh masing-masing kebijakan terhadap ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi makro. Di samping itu ada kebijakan yang berkaitan dengan harga pangan disalurkan melalui kredit pada koperasi KKPA, walaupun sebagian besar digunakan untuk pangan tetapi ada juga yang digunakan untuk bukan pertanian kerajian dan industri rumah tangga. Penelitian ini tidak dapat memisahkan dana yang hanya digunakan untuk pangan. Keempat, dana yang digunakan untuk kebijakan mendukung pertanian tanaman pangan, dalam hal ini kebijakan subsidi pupuk, banyak disalahgunakan untuk keperluan di luar tanaman pangan. Artinya pupuk bersubsidi yang digunakan untuk program pertanian pangan banyak digunakan untuk ke pertanian non pangan, industri dan ekspor. Keadaan ini disebabkan adanya perbedaan harga antara pupuk bersubsidi dengan pupuk nonsubsidi yang digunakan untuk non pertanian pangan. Penelitian ini tidak dapat memisahkan seberapa banyak dana subsidi yang digunakan tidak pada sasarannya. Terakhir, suatu kebijakan selalu menimbulkan trade-off. Simulasi kebijakan dengan menggunkan metode impulse response function tidak dapat menghilangkan hal tersebut karena tidak dapat menggunakan simulasi dua atau lebih guncangan secara bersamaan seperti pada model persamaan simultan. 14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.