Ringkasan Hasil DAMPAK KEBIJAKAN HARGA PANGAN TERHADAP

202 panjang variabilitas neraca perdagangan sangat ditentukan oleh guncangan kebijakan perdagangan 21.72, kebijakan moneter 46.93, dan guncangan investasi 13.95. Sementara itu kebijakan harga pangan baik langsung maupun tidak langsung tidak mampu menjelaskan variabilitas neraca perdagangan.

7.6. Ringkasan Hasil

Kebijakan harga pangan menyebabkan meningkatnya penawaran uang sehingga sejak dilakukan kebijakan harga pangan sampai dengan triwulan kelima terjadi inflasi sebesar 1.5 persen. Dampak tersebut sejak triwulan kedua sudah diantisipasi pemerintah dengan melakukan sterilisasi sehingga penawaran uang terus menurun sampai triwulan keenam yang menyebabkan inflasi turun kembali dan stabil sejak triwulan ke-12 pada level 1.0 persen. Kebijakan harga pangan yang didukung oleh pengadaan sarana produksi pertanian dan pangan melalui impor, baik jangka pendek maupun jangka panjang, menyebabkan defisit neraca perdagangan. Defisit tersebut selain menyebabkan kontraksi PDB juga menyebabkan inflasi akibat adanya inflasi yang diimpor. Dengan demikian kebijakan harga pangan yang didukung oleh impor sarana produksi dan impor pangan menyebabkan terjadinya stagflasi. Kebijakan harga pangan dalam jangka pendek dapat menurunkan pertumbuhan pengangguran hingga -1.81 persen pada triwulan kedua, kemudian sejak triwulan ke-14 stabil pada level –0,60 persen. Penurunan angka pengangguran tersebut dapat terjadi pada sektor pangan akibat meningkatnya aktivitas pengadaan pangan maupun pada sektor non pangan akibat meningkatnya permintaan tenaga kerja oleh pengusaha untuk meningkatkan produksi akibat terjadinya inflasi. Kebijakan moneter yang menyebabkan peningkatan penawaran uang sampai dengan triwulan pertama berdampak pada peningkatan inflasi yang terjadi hingga 203 puncaknya pada triwulan kedua yaitu 0.33 persen. Namun dalam jangka panjang kebijakan moneter mampu menurunkan inflasi hingga terjadi deflasi dan stabil pada level -0.06 persen sejak triwulan ke-15. Deflasi tersebut terjadi akibat naiknya sukubunga mengikuti kenaikan inflasi pada triwulan pertama setelah kebijakan moneter. Sukubunga yang meningkat menyebabkan meningkatnya capital inflow sehingga nilai tukar terapresiasi. Kenaikan nilai tukar hingga triwulan keempat dan kemudian stabil dalam jangka panjang menyebabkan inflasi mengalami penurunan dan stabil sejak triwulan ke-15. Apresiasi rupiah yang terjadi cukup signifikan turun dari 0.00 persen pada awal kebijakan menjadi 4.23 persen hingga triwulan ketiga dan selanjutnya stabil akibat adanya kebijakan moneter menyebabkan daya saing produk ekspor Indonesia menurun. Dalam jangka panjang penurunan daya saing menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit sehinggga belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan peningkatan pengangguran. Kebijakan perdagangan yang mendorong neraca perdagangan N-X meningkat menyebabkan BOT surplus. Namun demikian surplus tersebut terus menurun hingga triwulan ketiga dan mulai stabil sejak triwulan ke-11. Penurunan surplus tersebut dikarena penguatan nilai tukar yang berefek balik terhadap BOT akibat menurunnya daya saing produk ekspor Indonesia. Dalam jangka pendek hingga triwulan ketiga BOT surplus tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi mencapai 0.71 persen. Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi makin menurun sejalan dengan menurunnya surplus BOT dan menurunnya pertumbuhan investasi. Dalam jangka panjang, penguatan nilai tukar rupiah menyebabkan impor semakin meningkat sehingga inflasi juga meningkat akibat adanya impor inflasi. Peningkatan nilai tukar yang menyebabkan meningkatnya impor, namun tidak menyebabkan peningkatan investasi tidak mampu menurunkan tingkat pengangguran. 204 Empat indikator stabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: lamanya waktu fluktuasi sejak dari adanya kebijakan sampai mencapai stabil, perbedaan fluktuasi maksimum dan minimum amplitudo akibat adanya suatu kebijakan, perbedaan laju pertumbuhan saat awal kebijakan dan saat dampak kebijakan mencapai stabil, dan koefisien variasi akibat adanya kebijakan. Dari emapat indikator stabilitas tersebut ditemukan bahwa secara relatif kebijakan harga pangan tidak menyebabkan instabilitas ekonomi dibandingkan kebijakan moneter dan kebijakan perdagangan. Terdapat hubungan kausalitas antara kebijakan harga pangan dengan inflasi, dimana inflasi dipengaruhi oleh kebijakan harga pangan dan kebijakan harga pangan dilakukan sebagai reaksi untuk mengendalikan inflasi. Namun dampak saling mempengaruhi antara inflasi dan kebijakan harga pangan tidak secara langsung tetapi membutuhkan lag waktu hingga triwulan keempat. Lag waktu tersebut wajar karena aksi kebijakan harga pangan hingga mencapai dampaknya membutuhkan waktu. Variabilitas kebijakan harga pangan dijelaskan oleh guncangan kebijakan harga pangan itu sendiri 47.05 - 99.98, sedangkan variabel lain yang mampu menjelaskannya hanya inflasi yaitu sejak triwulan keempat 8.09 hingga mencapai stabilitas jangka panjang pada triwulan ke-35 28.15. Ini artinya pemerintah melakukan kebijakan harga pangan tanpa banyak mempertimbangkan faktor-faktor yang digunakan dalam model, kecuali inflasi. Pertimbangannya lebih ditujukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan stabilitas nasional. Dalam jangka panjang, sejak triwulan kedelapan 10.09 hingga triwulan ke- 35 13.05 kebijakan moneter secara langsung sangat menentukan variabilitas pengangguran dan sejak triwulan keempat 26.77 hingga triwulan 35 46.93 kebijakan moneter secara langsung menentukan variabilitas neraca perdagangan dan secara tidak langsung dapat mengendalikan inflasi melalui pengendalian nilai tukar dengan variabilitas 7.37 sejak triwulan keempat hingga 19.46 pada tiwulan ke-35. 205 Demikian juga secara tidak langsung kebijakan moneter menentukan PDB melalui nilai tukar dengan variabilitas 13.66 sejak triwulan keempat dan 22.11 setelah stabil pada triwulan ke-35. 206 Tabel 27. Peran berbagai Guncangan terhadap Variabilitas Ekonomi Makro Sumber Guncangan Variabel Endogen Triwulan Ke depan Tingkat harga Kebijakan Harga Pangan Nilai Tukar Pengangguran Kebijakan Moneter Output Suku Bunga Investasi BOT 0 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 89.90 0.07 6.85 0.25 0.35 2.34 0.02 0.16 0.06 4 56.91 3.52 34.48 0.28 0.19 3.78 0.06 0.43 0.35 8 41.12 5.55 46.66 0.20 0.11 4.89 0.04 1.01 0.42 12 38.13 5.64 49.57 0.16 0.11 4.90 0.03 1.02 0.45 20 36.38 5.67 51.42 0.12 0.08 4.90