Dinamika Pangsa Pengeluaran Pangan 1. Menurut Kelompok Pendapatan
136
5.4. Dinamika Pangsa Pengeluaran Pangan 5.4.1. Menurut Kelompok Pendapatan
Dengan menggunakan data publikasi BPS dapat dianalisis dinamika pangsa pengeluaran pangan sebagai indikator ketahanan pangan dan kesejahteraan penduduk
selama periode 1969-2002. Dari Gambar 23 ada dua informasi yang dapat diperoleh. Pertama Saat awal pembangunan, yaitu periode 1969-1981, kelompok penduduk
berpendapatan tinggi yang merubakan sebagian kecil 20 penduduk Indonesia, lebih banyak menerima manfaat pembangunan dibandingkan kelompok penduduk
berpendapatan sedang dan rendah. Hal itu diindikasikan oleh pangsa pengeluaran
pangan kelompok penduduk berpendapatan tinggi hanya 40 persen. Sementara itu sebagian besar penduduk 80 berpendapatan menengah dan rendah masih
menghadapi masalah ketahanan pangan, karena pangsa pengeluaran pangannya masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 60 – 70 persen.
Kedua, setelah periode 1981-2002 dapat dikatakan bahwa dampak pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat selama ini bersifat stagnan.
Program peningkatan kesejahteraan yang dilakukan sifatnya hanya jangka pendek, sehingga memberikan masalah baru pada waktu berikutnya sehingga berdampak
negatif pada kesejahteraan penduduk. Hal ini terus berulang sehingga cenderung status quo. Ini terlihat dari stabilnya senjang pendapatan dan stabilnya fluktuasi
grafik masing-masing kelas pendapatan. Jika ada upaya yang sungguh-sungguh untuk memperkecil senjang seharusnya arah grafik dari kelompok pendapatan rendah dan
sedang menurun mendekati grafik kelompok pendapatan tinggi. Bukti empirik menunjukkan bahwa: lima konglomerat agribisinis menguasai
sekitar satu juta hektar lahan perkebunan; lima industri ayam ras menguasai lebih dari 60 persen agribisnis ayam ras; hampir dua juta petani di Jawa digusur dan
menjadi buruh tani karena lahan mereka digunakan untuk pembangunan prasarana
137 ekonomi, kawasan industri dan perumahan tanpa diberi kompensasi memadai;
meningkatnya jumlah petani gurem dan buruh tani; dan berkurangnya penguasaan lahan per petani Kasryno, 2000.
Kebijakan yang selama ini dilakukan tidak ada yang mendukung pada peningkatan kesejahteraan kelompok pendapatan menengah dan rendah. Kalaupun
ada manfaatnya relatif sedikit. Ini dapat dilihat dari grafik kedua kelompok ini yang turunnya sangat landai. Menurut Kasryno 2000, keberhasilan pembangunan
ekonomi dicirikan oleh peningkatan kualitas hidup masyarakat dan produktivitas tenaga kerja. Selain dua hal tersebut, keberhasilan pembangunan pertanian juga
dicirikan oleh meningkatnya penguasaan lahan dan aset produktif per tenaga kerja pertanian. Dengan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini belum berhasil.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1969 1972 1975 1978 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002
Tahun Pangsa
Rendah Sedang
Tinggi
Sumber: BPS diolah
Gambar 23. Dinamika Pangsa Pengeluaran Pangan Penduduk menurut
Kelompok Pendapatan di Indonesia Tahun 1969-2002
138 Gambar 24 makin membuktikan bahwa kesejahteraan yang dinikmati
kelompok berpendapatan tinggi mampu mengubah pola konsumsi mereka sehingga pangsa pengeluaran untuk kelompok padi-padian menjadi cukup rendah dan stabil di
sekitar lima persen. Pengeluaran tersebut merupakan bagian kecil dari pengeluaran pangan kelompok ini. Artinya pada kelompok ini ketahanan pangan yang tercapai
tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi dari sisi kualitas keanekaragaman pangan. Analisis data antar waktu ini konsisten dengan analisis data penampang lintang
sebelumnya Tabel 13 dan Tabel 14.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1969 1972 1975 1978 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002
Tahun Pangsa
Rendah Sedang
Tinggi
Sumber: BPS diolah
Gambar 24. Dinamika Pangsa Pengeluaran Padi-padian Penduduk selama Sebulan menurut Kelompok Pendapatan di Indonesia, Tahun
1969-2002
139