Saluran Pemasaran 4 Saluran Pemasaran 5

118 pengemasan dan biaya pengangkutan. Sedangkan biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer adalah biaya penyimpanan, biaya penyusutan, biaya retribusi dan biaya pengemasan. Sistem pembayaran yang dilakukan pedagang pengecer ke petani adalah secara tunai.

6.1.4. Saluran Pemasaran 4

Saluran pemasaran ini digunakan oleh 16 petani responden atau sebanyak 40 persen dari total petani responden. Volume penjualan pada saluran ini sebesar 59.904Kgpanen atau sebesar 72 persen dari total volume penjualan Belimbing Dewa. Petani yang menjual belimbing ke Puskop merupakan anggota koperasi. Sebagian petani merasa perlu adanya wadah yang bisa menyalurkan inspirasi mereka dalam hal pengembangan dan pemasaran belimbing sehingga di bentuklah Pusat Koperasi belimbing. Dengan adanya Puskop, selain memiliki tempat untuk memasarkan hasil, petani bisa mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah yang bekerjasama dengan bank. Puskop membeli langsung belimbing dari kebun petani yang diangkut dengan mobil pendingin. Sortasi dan gradding dilakukan di koperasi yang dibagi kedalam tiga kelas : grade A berbobot diatas 250 gram ; grade B berbobot 150- 250 gram dam ; grade C kurang dari 150 gram atau buah cacat. Buah tersebut kemudian di packing, sebanyak 3-6 buah belimbing dikemas dengan menggunakan kertas wrapping, kemudian ditata di dalam kardus dengan muatan 10 Kg. Pada hari yang sama Puskop membawanya ke pedagang pengecer toko- toko buah, sampai saat ini ada 25 toko buah yang menjadi konsumen koperasi. 119

6.1.5. Saluran Pemasaran 5

Orientasi pasar pada saluran ini adalah supplier pasar moderen. Volume penjualan Belimbing Dewa pada saluran lima sebesar 23.296 Kgpanen atau sebesar 28 persen dari total volume penjualan Belimbing Dewa. Koperasi akan menjual belimbing ke gudang swalayan, seperti Carrefour, Superindo dan Makro. Rencananya koperasi akan menerapkan sisitem pemasaran ‘satu atap’ artinya seluruh petani belimbing di Kota Depok memasarkan belimbing ke Puskop agar dapat dibina guna meningkatkan kualitas dan taraf hidup petani belimbing. harga yang berlaku adalah harga yang terjadi di pasar dan disepakati kedua belah pihak yaitu antara petani dan Puskop. Petani yang tergabung dalam koperasi memiliki posisi tawar yang kuat sehingga strategi dan jaringan pemasaran telah terbangun. Puskop berupaya menjadi semacam Bulog, disaat saat harga belimbing tinggi Puskop dapat mengendalikannya agar semakin tidak melambung. Sedangkan ketika harga jatuh, belimbing tidak dihargai terlalu rendah sehingga para petani tidak terlalu rugi. Koperasai mengetahui harga pasar langsung dari survey pasar yang dilakukan oleh Koordinator Wilayah Korwil yang merupakan petani juga, kemudian informasi harga disampaikan saat rapat koperasi di kelompok tani, dan harga disepakati melalui rapat anggota.

6.2. Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran