132 adalah jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat produk yang dipasarkan,
kondisi untuk keluar masuk pasar dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar.
6.3.1 Petani
Jumlah pembeli yang banyak dan produk yang dijual homogen, serta adanya hambatan bagi petani untuk keluar pasar karena adanya hubungan bisnis
yang erat dengan tengkulak menyebabkan struktur pasar yang dihadapi petani mengarah pada pasar oligopoli. Di lokasi penelitian terdapat sembilan tengkulak,
dan banyak pedagang pengecer yang menggambarkan bahwa pelaku pembelian belimbing relatif banyak. Penentuan harga belimbing oleh tengkulak berdasarkan
harga yang berlaku di pasar. Informasi harga yang dimiliki petani yang menjual belimbing kepada tengkulak dan pedagang pengecer tradisional dirasakan kurang.
Petani umumnya hanya mendapatkan informasi harga dari tengkulak dan teman sesama petani, sedangkan bagi petani yang menjual langsung ke Puskop, mereka
mengetahui informasi pasar dengan baik karena mereka memiliki koordinator wilayah yang juga merupakan petani yang survey langsung ke pasar, kemudian
informasi pasar tersebut di sampaikan saat rapat anggota di kelompok tani masing-masing maupun saat di Puskop, sehingga petani memiliki daya tawar,
jaringan dan strategi pemasaran yang kuat.
6.3.2 Pedagang Pengumpul Tengkulak
Struktur pasar yang dihadapi oleh tengkulak mengarah pada oligopoli murni karena jumlah tengkulak yang sedikit, tengkulak tidak bebas untuk
menentukan harga, walaupun harga berdasarkan negosiasi namun seringkali harga ditentukan oleh pedagang besar. Mudah tidaknya bagi tengkulak untuk memasuki
133 pasar dapat dilihat dari sisi ekonomis yaitu besarnya kisaran omset penjualan dan
modal yang dimiliki tengkulak. Bila kisaran omset penjualan tengkulak tinggi, berarti tengkulak memiliki modal yang besar dan bila penjualan belimbing rendah
berarti tengkulak memiliki modal yang rendah. Artinya besarnya omset penjualan berimplikasi pada besarnya modal yang menyebabkan tengkulak dapat bertahan
lama di pasar. Namun tidak selalu kondisi ini berlaku karena dalam keadaan normal jika permintaan akan belimbing rendah, walaupun modal yang dimiliki
tengkulak besar maka omset penjualan akan rendah. Hambatan untuk memasuki pasar bagi tengkulak termasuk tinggi karena
tengkulak di masing-masing kecamatan telah memiliki petani langganan sehingga petani tidak menjual belimbing ke tengkulak yang bukan langganannya.
Tengkulak membutuhkan modal yang cukup besar dan pengalaman berjualan agar usahanya dapat berjalan dengan lancar. Informasi pasar diperoleh tengkulak
langsung dari pasar maupun dari sesama tengkulak. 6.3.3
Pusat Koperasi Belimbing Dewa
Struktur pasar yang dihadapi oleh Puskop adalah struktur pasar oligopoli, karena jumlah petani yang banyak. Puskop juga melakukan diskriminasi harga
yaitu menjual produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda dan pada pasar yang berbeda. Jumlah koperasi belimbing di Kota Depok hanya satu yaitu di
Kecamatan Sawangan. Puskop melakukan differensiasi produk berdasarkan ukuran berat yang
dibagi ke dalam tiga kelas yaitu grade A, B dan C. Pembagian kelas produk ini mengakibatkan adanya perbedaan harga pada masing-masing kelas produk.
Mudah tidaknya koperasi untuk memasuki pasar dilihat dari sisi non ekonomis
134 karena koperasi adalah lembaga non keuangan yang tidak berorientasi pada
keuntungan namun pada kesejahteraan anggotanya. Sisi non ekonomis terkait dengan perijinan dari pemerintah setempat.
6.3.4 Pedagang Besar