Skenario Model Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berkelanjutan

yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel terkait output di dalam sistem. Kuadran ini terdapat empat faktor, yaitu 1 pemeliharaan yang intensif, 2 penggunaan jenis unggul, 3 penerapan tataruang sektor pertanian, dan 4 keterpaduan kebijakan. Kuadran IV kiri bawah merupakan kelompok faktor yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri atas enam faktor, yaitu 1 tingkat pendidikan formal petani, 2 peningkatan indeks pertanaman, 3 industri pengolahan, 4 teknis budidaya konservasi, 5 pemupukan yang rasional, dan 6 kandungan bahan organik tanah. Berdasarkan hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor Gambar 27 di atas, dari 22 faktor kunci yang teridentifikasi didapatkan tujuh faktor yang mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan faktor yang rendah. Dan lima faktor yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar factor. Keduabelas faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat kondisi state yang mungkin terjadi di masa depan untuk pengelolaan rawa lebak berkelanjutan di Desa Pasak Piang.

6.3 Skenario Model Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berkelanjutan

Pengembangan model pengelolaan lahan rawa lebak berkelanjutan dilakukan dengan analisis keberlanjutan terhadap kondisi saat ini eksisting dan analisis kebutuhan pemangku kepentingan stakeholders. Analisis keberlanjutan dengan MDS diperoleh nilai indeks dan status keberlanjutan masing-masing dimensi. Dimensi yang digunakan untuk menilai keberlanjutan pengelolaan rawa lebak sebanyak lima dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan. Dari kelima dimensi tersebut mencakup 37 atribut. Hasil analisis leverage, terhadap kelima dimensi keberlanjutan, diperoleh atribut-atribut sensitif yang berpengaruh dalam pengelolaan rawa lebak. Terhadap atribut-atribut sensitif tersebut, kemudian dilanjutkan dengan analisis prospektif untuk menentukan faktor-faktor pentingpengungkit yang diperkirakan akan memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem yang akan dibangun dalam upaya untuk mendisain model pengelolaan rawa lebak secara berkelanjutan. Analisis kebutuhan pemangku kepentingan dilakukan untuk mengetahui preferensi kebutuhan stakeholders pada masa yang akan datang. Faktor-faktor yang menjadi kebutuhan pemangku kepentingan tersebut, kemudian dianalisis dengan analisis prospektif untuk memperoleh faktor-faktor pentingpengungkit terhadap pengelolaan rawa lebak berkelanjutan pada masa yang akan datang. Selanjutnya faktor-faktor pentingpengungkit dari hasil analisis keberlanjutan dan analisis pemangku kepentingan digabungkan dan untuk selanjutnya dilakukan analisis prospektif, untuk memperoleh faktor-faktor pentingpengungkit yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun skenario pengembangan model pengelolaan rawa lebak. Skenario yang akan dibangun, menggunakan tiga skenario yaitu skenario I, skenario II, dan skenario III, ketiganya merupakan gambaran kondisi masa depan. Pada setiap skenario- skenario tersebut, akan dilakukan beberapa perbaikan terhadap faktor-faktor pentingpengungkit yang diperoleh sebelumnya. Selanjutnya, skenario-skenario yang telah ditetapkan kemudian disimulasikan melalui analisis MDS, untuk dinilai kembali indeks dan status keberlanjutannya. Tabel 51 menggambarkan perubahan kondisi state pada masing-masing skenario yang akan disusun. Tabel 51 Uraian masing-masing skenario untuk pengembangan model pengelolaan rawa lebak di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang Skenario Uraian I Tetap pada kondisi saat ini dan dilakukan sedikit perbaikan melalui peningkatan skoring pada beberapa faktor penting khususnya pada dimensi yan tidak berkelanjutan II Melakukan perbaikan melalui peningkatan skoring terhadap beberapa faktor penting pada semua dimensi, tetapi tidak maksimal III Melakukan perbaikan melalui peningkatan skoring terhadap beberapa faktor penting pada semua dimensi, secara maksimal Perbaikan terhadap faktor-faktor penting melalui ketiga skenario, dilakukan dengan cara meningkatkan nilai skor terhadap atribut sensitif atau faktor penting baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Pada skenario I, dengan melakukan peningkatan nilai skor terhadap beberapa atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dari masing-masing dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan. Perubahan skoring dimaksud selengkapnya pada Tabel 52. Tabel 52 Atribut sensitif masing-masing dimensi yang dinaikkan pada skenario I untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Atribut sensitifFaktor penting Skoring Saat ini eksisting Skenario I Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Dimensi ekologi 1. 2. Periode tergenang Produktivitas lahan 2 2 1 1. 2. 3. 4. Kandungan BO tanah Produktivitas lahan Periode tergenang Penggunaan pupuk 2 2 2 1 2 1 Dimensi ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. Harga produk usahatani Ketersediaan sarana produksi Keuntungan usahatani Produksi usahatani Ketersediaan modal usahatani 2 1 2 1 1 1. 2. 3. 4. Harga produk UT Ketersediaan sarana produksi Keuntungan UT Efesiensi ekonomi 2 2 2 1 2 Dimensi sosial budaya 1. 2. 3. Pola hub. Masyarakat dlm pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Jumlah RT petani 1 1 1 1. 2. 3. 4. 5 6. Peran adat dlm kegiatan pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Pola hub. Masyarakat dlm pertanian Jumlah RT petani Tingkat pendidikan formal petani Intensitas konflik 2 1 1 2 1 1 1 Dimensi teknologi 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Pengendalian gulma Pemupukan 1 1 1 1 1 2 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Ketersediaan mesin pompa air Ketersediaan mensin pasca panen 1 1 1 Dimensi kelembagaan 1. 2. 3. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan petugas penyuluh lapangan Keberadaan lembaga sosial 2 1 1 2 1. 2. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan lembaga sosial 2 1 2 Sumber: Hasil Olahan Hasil perubahan nilai skor pada beberapa dimensi keberlanjutan di skenario I Tabel 52, selanjutnya dianalisis kembali dengan menggunakan Rap- Lebak, untuk mengetahui peningkatan indeks keberlanjutan yang telah disusun. Pada skenario I, untuk Desa Sungai Ambangah atribut yang dinaikkan nilai skornya terdiri atas: produktivitas lahan, ketersediaan sarana produksi, rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian, pemupukan, ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan ketersediaan petugas penyuluh pertanian. Sedangkan untuk Desa Pasak Piang, atribut yang dinaikkan nilai skornya terdiri atas: produktivitas lahan, penggunaan pupuk, ketersediaan sarana produksi, rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian, ketersediaan mesin pompa air, dan ketersediaan lembaga keuangan mikro. Hasil analisis menggunakan Rap-Lebak Tabel 53, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi, baik untuk Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 53. Tabel 53 Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan rawa lebak untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang pada skenario I No Dimensi Nilai indeks Eksisting Skenario I Selisih Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang 1 Ekologi 39,55 45,36 45,29 54,00 5,74 8,64 2 Ekonomi 35,04 24,20 54,43 44,54 19,39 20,34 3 Sosial Budaya 43,89 48,30 48,39 55,82 4,50 7,52 4 Teknologi 37,53 28,92 42,30 40,33 4,77 11,41 5 Kelembagaan 54,82 52,19 56,74 56,78 1,59 5,37 6 Gabungan 45,40 44,92 47,59 50,01 2,19 5,09 Sumber: Hasil olahan Pada skenario II, dengan melakukan peningkatan nilai skor terhadap beberapa atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan masing-masing dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Untuk Desa Sungai Ambangah atribut yang dinaikkan skornya terdiri atas: produktivitas lahan, ketersediaan sarana produksi, rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu, pengendalian gulma, dan keberadaan petugas penyuluh pertanian. Sedangkan untuk Desa Pasak Piang, atribut yang dinaikkan nilai skornya terdiri atas: produktivitas lahan, penggunaan pupuk, ketersediaan sarana produksi, jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu, ketersediaan mesin pasca panen, dan ketersediaan lembaga keuangan mikro. Perubahan skoring dimaksud selengkapnya pada Tabel 54. Tabel 54 Atribut sensitif masing-masing dimensi yang dinaikkan pada skenario II untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Atribut sensitifFaktor kunci Skoring Saat ini eksisting Skenario II Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Dimensi ekologi 1. 2. Periode tergenang Produktivitas lahan 2 2 2 1. 2. 3. 4. Kandungan BO tanah Produktivitas lahan Periode tergenang Penggunaan pupuk 2 2 2 2 2 2 Dimensi ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. Harga produk usahatani Ketersediaan sarana produksi Keuntungan usahatani Produksi usahatani Ketersediaan modal usahatani 2 1 2 2 1 1. 2. 3. 4. Harga produk UT Ketersediaan sarana produksi Keuntungan UT Efesiensi ekonomi 2 2 2 2 2 Dimensi sosial budaya 1. 2. 3. Pola hub. Masyarakat dlm pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Jumlah RT petani 1 1 2 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. Peran adat dlm kegiatan pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Pola hub. Masyarakat dlm pertanian Jumlah RT petani Tingkat pendidikan formal petani Intensitas konflik 2 1 1 2 2 1 1 Dimensi teknologi 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Pengendalian gulma Pemupukan 1 1 1 2 2 2 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Ketersediaan mesin pompa air Ketersediaan mensin pasca panen 1 2 1 1 Dimensi kelembagaan 1. 2. 3. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan petugas penyuluh lapangan Keberadaan lembaga sosial 2 1 2 2 1. 2. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan lembaga sosial 2 2 2 Sumber: Hasil Olahan Hasil analisis menggunakan Rap-Lebak pada skenario II, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi, baik untuk Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 55. Tabel 55 Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan rawa lebak untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang pada skenario II No Dimensi Nilai indeks Eksisting Skenario II Selisih Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang 1 Ekologi 39,55 45,36 50,89 68,46 11,34 23,10 2 Ekonomi 35,04 24,20 74,93 60,26 39,89 36,06 3 Sosial Budaya 43,89 48,30 56,38 66,40 12,49 18,10 4 Teknologi 37,53 28,92 60,28 51,98 22,75 23,06 5 Kelembagaan 54,82 52,19 63,35 64,31 8,20 12,90 6 Gabungan 45,40 44,92 56,69 56,16 11,29 11,24 Sumber: Hasil olahan Sedangkan pada skenario III, dengan melakukan peningkatan nilai skor terhadap beberapa atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dari masing-masing dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Untuk Desa Sungai Ambangah atribut yang dinaikkan skornya pada skenario ini terdiri atas: produktivitas lahan, pola hubungan masyarakat dalam kegiatan pertanian, jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu, ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan keberadaan petugas penyuluh pertanian. Sedangkan untuk Desa Pasak Piang, atribut yang dinaikkan nilai skornya pada skenario ini terdiri atas: penggunaan pupuk, ketersediaan sarana produksi, rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu, ketersediaan mesin pasca panen, ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan keberadaan lembaga sosial. Perubahan skoring dimaksud selengkapnya pada Tabel 56. Tabel 56 Atribut sensitif masing-masing dimensi yang dinaikkan pada skenario III untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Atribut sensitifFaktor kunci Skoring Saat ini eksisting Skenario IIII Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Dimensi ekologi 1. 2. Periode tergenang Produktivitas lahan 2 2 3 1. 2. 3. 4. Kandungan BO tanah Produktivitas lahan Periode tergenang Penggunaan pupuk 2 2 2 2 2 3 Dimensi ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. Harga produk usahatani Ketersediaan sarana produksi Keuntungan usahatani Produksi usahatani Ketersediaan modal usahatani 2 1 2 2 1 1. 2. 3. 4. Harga produk UT Ketersediaan sarana produksi Keuntungan UT Efesiensi ekonomi 2 2 2 3 2 Dimensi sosial budaya 1. 2. 3. Pola hub. Masyarakat dlm pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Jumlah RT petani 1 2 2 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. Peran adat dlm kegiatan pertanian RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Pola hub. Masyarakat dlm pertanian Jumlah RT petani Tingkat pendidikan formal petani Intensitas konflik 2 1 1 2 3 1 1 1 Dimensi teknologi 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Pengendalian gulma Pemupukan 1 1 1 3 2 2 1. 2. 3. Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu Ketersediaan mesin pompa air Ketersediaan mensin pasca panen 1 3 1 2 Dimensi kelembagaan 1. 2. 3. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan petugas penyuluh lapangan Keberadaan lembaga sosial 2 2 3 2 1. 2. Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan lembaga sosial 2 3 3 Sumber: Hasil Olahan Hasil analisis menggunakan Rap-Lebak pada skenario III, menunjukkan bahwa juga terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi, baik untuk Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 57. Tabel 57 Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan rawa lebak untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang pada skenario III No Dimensi Nilai indeks Eksisting Skenario III Selisih Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang Sui Ambangah Pasak Piang 1 Ekologi 39,55 45,36 59,71 79,89 20,71 34,53 2 Ekonomi 35,04 24,20 92,91 67,11 57,87 42,91 3 Sosial Budaya 43,89 48,30 90,55 80,18 46,66 31,88 4 Teknologi 37,53 28,92 76,68 72,58 39,15 43,66 5 Kelembagaan 54,82 52,19 85,70 76,23 30,55 24,82 6 Gabungan 45,40 44,92 62,70 62,92 17,30 18,00 Sumber: Hasil olahan 6.4 Nilai Indeks Keberlanjutan masing-masing Skenario dan Gabungan antara MDS dan Kebutuhan Stakeholders dari lima Dimensi dan Nilai BC ratio, Persentase KHL, dan Lm antara Kondisi Eksisting dengan masing-masing Skenario Sebelum dilakukan penyusunan rekomendasi model pengelolaan lahan rawa lebak berkelanjutan melalui tiga skenario, Tabel 58 di bawah ini merangkum hasil analisis berupa: nilai indeks keberlanjutan masing-masing skenario dan nilai indeks keberlanjutan gabungan antara MDS dan kebutuhan stakeholders. Hasil selengkapnya sebagaimana disajikan pada Tabel 58. Tabel 58 Nilai indeks keberlanjutan masing-masing dimensi, nilai indeks keberlanjutan gabungan antara MDS dan kebutuhan stakeholders antara kondisi eksisting dengan masing-masing skenario di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang Desa Dimensi Nilai indeks keberlanjutan Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III Sungai Ambangah Ekologi Ekonomi Sosial budaya Teknologi Kelembagaan Gabungan 39,55 35,04 43,89 37,53 54,82 45,40 45,29 54,43 48,39 42,30 56,74 47,59 50,89 74,93 56,38 60,28 63,35 56,69 59,71 92,91 90,55 76,68 85,70 62,70 Pasak Piang Ekologi Ekonomi Sosial budaya Teknologi Kelembagaan Gabungan 45,36 24,20 48,30 28,92 52,19 44,92 54,00 44,54 55,82 40,33 56,78 50,01 68,46 60,26 66,40 51,98 64,31 56,16 79,89 67,11 80,18 72,58 76,23 62,92 Sumber: Hasil olahan Hasil analisis keberlanjutan antara masing-masing skenario dan kondisi saat ini eksisting yang dirangkum dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram sebagaimana disajikan pada Gambar 28 dan 29. Untuk Desa Sungai Ambangah Gambar 28 memperlihatkan bahwa dari kelima dimensi keberlanjutan yang dianalisis, diperoleh hasil pada skenario I, yaitu terdapat dua dimensi yang dikategorikan cukup berkelanjutan yaitu dimensi ekonomi dan kelembagaan yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan masing-masing sebesar 54,43 dan 56,74. Untuk skenario II, dari kelima dimensi yang dianalisis diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 50,89 – 74,93 atau pada kategori cukup berkelanjutan untuk semua dimensi. Sedangkan pada skenario III, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 59,71 untuk dimensi ekologi atau pada kategori cukup berkelanjutan, dan empat dimensi lainnya diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 76,68 – 92,91 atau pada kategori berkelanjutan. Untuk Desa Pasak Piang Gambar 29 memperlihatkan bahwa kelima dimensi keberlanjutan yang dianalisis, diperoleh hasil pada skenario I, yaitu terdapat tiga dimensi yang dikategorikan cukup berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, sosial budaya dan kelembagaan yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan masing-masing sebesar 54,00, 55,82, dan 56,78. Untuk skenario II, diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 51.98 – 68,46 atau pada kategori cukup berkelanjutan untuk semua dimensi. Dan pada skenario III, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 67,11 untuk dimensi ekonomi dan 72,58 untuk dimensi teknologi atau keduanya pada kategori cukup berkelanjutan, dan tiga dimensi lainnya diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 76,23 – 80,18 atau pada kategori berkelanjutan. Tabel 59 di bawah ini merangkum hasil analisis berupa: nilai BC ratio, persentase KHL dan Lm antara kondisi eksisting dengan masing-masing skenario di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang untuk masing-masing skenario. Tabel 59 Nilai BC ratio, persentase KHL dan Lm haKK antara kondisi eksisting dengan masing-masing skenario di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang Desa Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III Sungai Ambangah BC ratio 2,02 2,04 2,16 2,29 Padi 3,3 3,37 3,67 3,87 Karet 1,23 1,25 1,35 1,41 Sawit 1,52 1,53 1,55 1,57 KHL 29,92 30,98 32,02 37,39 Lm haKK 3,15 2,99 2,35 1,91 Padi 11,48 11,23 10,2 9,49 Karet 5,49 5,35 4,8 4,42 Sawit 2,21 2,13 1,79 1,56 Pasak Piang BC ratio 10,22 11,20 13,29 13,49 Padi 4,8 5,3 5,89 6,51 Karet 24,35 26,75 29,44 32,35 Sawit 1,52 1,55 1,59 1,63 KHL 35,7 39,5 43,78 48,39 Lm haKK 2,54 1,84 1,06 0,22 Padi 12,63 11,28 9,77 8,14 Karet 3,76 3,41 3,02 2,6 Sawit 2,21 1,81 1,32 1,10 Sumber: Hasil olahan, 1 Benefit Cost ratio, 2 Kebutuhan Hidup Layak, 3 Luas Lahan Minimal Hasil tiga skenario yang telah disusun Tabel 59 diperoleh nilai BC ratio gabungan tiga tanaman yang diusahakan dan kemudian dibandingkan antara kondisi eksisting dengan skenario I, II dan III, memperlihatkan peningkatan nilai BC ratio masing-masing sebesar 0,02, 0,14 dan 0,27 untuk Desa Sungai Ambangah dan 0,98, 3,07 dan 3,27 di Pasak Piang. Persentase nilai kebutuhan hidup layak KHL antara kondisi eksisting dan skenario I, II dan III, juga terjadi peningkatan masing-masing sebesar 1.06, 2,10 dan 7,47 untuk Desa Sungai Ambangah dan 3,80, 8,08 dan 12,69 di Pasak Piang. Untuk nilai luas lahan minimal Lm, gabungan tiga tanaman yang diusahakan dan juga dibandingkan antara kondisi eksisting dengan skenario I, II dan III, memperlihatkan penurunan kebutuhan luas lahan minimal, masing- masing seluas 2,99 haKK, 2,35 haKK dan 1,91 haKK di Desa Sungai Ambangah dan 1,84 haKK, 1,06 haKK dan 0,22 haKK di Pasak Piang. Tabel 60 Pendapatan dan nilai tambah pendapatan dari kondisi eksisting terhadap masing-masing skenario yang disusun untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang Desa Jenis tanaman Pendapatan Rphath Nilai tambah pendapatan Rphath Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III Skenario I Skenario II Skenario III Sui Ambangah Padi 2 090 000 2 135 771 2 325 961 2 609 000 45 771 235 961 519 000 Karet 4 370 000 4 465 703 4 859 003 5 126 000 95 703 489 003 756 000 Kelapa sawit 10 862 527,6 11 100 416,95 12 088 906,97 13 559 968,66 237 889,35 12 26 379,37 2 697 441,06 Jumlah 17 322 527,6 17 701 890,95 19 273 870,97 21 294 968,66 379 363,35 1 951 343,37 3 972 441,06 Pasak Piang Padi 1 900 000 2 102 350 2 330 160 2 575 450 202 350 430 160 675 450 Karet 6 387 667 7 067 953,54 7 833 834,81 8 658 482,62 680 286,54 1 446 167,81 2 270 815,62 Kelapa sawit 10 862 527,6 12 019 386,79 13 321 803,85 14 724 156,16 1 156 859,19 2 459 276.25 3 861 628,56 Jumlah 19 150 194,6 21 189 690,32 23 485 798,66 25 958 088,78 2 039 495,72 4 335 604,06 6 807 894,18 Sumber: Hasil olahan Ket: Nilai perkiraan pendapatan per tahun per hektar Dari hasil analisis tiga skenario di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan petani dari saat ini eksisting terhadap masing-masing skenario, dari masing-masing komoditas yang diusahakan yaitu padi, karet dan kelapa sawit baik di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang selengkapnya disajikan pada Tabel 60. Hasil analisis Tabel 59 menunjukkan bahwa petani di Desa Sungai Ambangah pada skenario I, II, dan III akan memperoleh peningkatan pendapatan dari keadaan saat ini eksisting masing-masing sebesar Rp306 744,3,- Rp1 778 874,- dan Rp2 750 181,-. Sedangkan untuk petani di Desa Pasak Piang, menunjukkan bahwa pada skenario I, II, dan III akan memperoleh peningkatan pendapatan dari keadaan saat ini eksisting masing-masing sebesar Rp1 820 582,04,- Rp2 132 771,61,- dan Rp6 077 154,12,-. Hasil analisis keberlanjutan antara masing-masing skenario dan kondisi saat ini eksisting yang dirangkum dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram sebagaimana disajikan pada Gambar 28 dan 29. Untuk Desa Sungai Ambangah Gambar 28 memperlihatkan bahwa dari kelima dimensi keberlanjutan yang dianalisis, diperoleh hasil adalah untuk skenario I, hanya terdapat dua dimensi yang dikategorikan cukup berkelanjutan yaitu dimensi ekonomi dan kelembagaan yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan, masing-masing sebesar 54,43 dan 56,74. Untuk skenario II, dari kelima dimensi yang dianalisis diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 50,89 – 74,93 atau pada kategori cukup berkelanjutan untuk semua dimensi. Sedangkan pada skenario III, dari kelima dimensi yang dianalisis diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 59,71 untuk dimensi ekologi atau pada kategori cukup berkelanjutan, dan keempat dimensi yang lainnya diperoleh nilai indeks keberlanjutan, berkisar antara 76,68 – 92,91 atau pada kategori cukup berkelanjutan dan sangat berkelanjutan baik. Gambar 28 Indeks keberlanjutan lima dimensi keberlanjutan masing-masing pada kondisi eksisting, skenario I, II, dan III untuk Desa Sungai Ambangah Sedangkan untuk Desa Pasak Piang Gambar 29 memperlihatkan bahwa dari kelima dimensi keberlanjutan yang dianalisis, diperoleh hasil untuk skenario I, terdapat tiga dimensi yang dikategorikan cukup berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, sosial budaya dan kelembagaan yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan, masing-masing sebesar 54,00, 55,82, dan 56,78. Untuk skenario II, dari kelima dimensi yang dianalisis diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 51,98 – 68,46 atau pada kategori cukup berkelanjutan untuk semua dimensi. Sedangkan pada skenario III, dari kelima dimensi yang dianalisis diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 67,11 untuk dimensi ekonomi dan 72,58 untuk dimensi teknologi atau keduanya pada kategori cukup berkelanjutan, dan tiga dimensi lainnya diperoleh nilai indeks keberlanjutan berkisar antara 76,23 – 80,18 atau pada kategori cukup berkelanjutan dan sangat berkelanjutan baik. Gambar 29 Indeks keberlanjutan lima dimensi keberlanjutan masing-masing pada kondisi eksisting, skenario I, II, dan III untuk Desa Pasak Piang SUNGAI AMBANGAH Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III 20 40 60 80 100 Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial Budaya Dimensi Teknologi Dimensi Kelembagaan PASAK PIANG Eksisting Skenario I Skenario II Skenario III 20 40 60 80 100 Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial Budaya Dimensi Teknologi Dimensi Kelembagaan Dari masing-masing skenario yang telah disusun di atas, diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan dari kondisi eksisting. Untuk memilih skenario yang terbaik, dari ketiga skenario tersebut, didasarkan pada perhitungan jarak euclidian antara nilai indeks keberlanjutan pada kondisi eksisting dengan nilai indeks keberlanjutan pada masing-masing skenario baik untuk Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 61 dan 62 Tabel 61 Jarak euclidian antara kondisi eksisting dan masing-masing skenario di Desa Sungai Ambangah A. Eksisting dan Skenario I No Dimensi X2 X1 X2- X1 X2-X1 2 Y2 Y1 Y2- Y1 Y2-Y1 2 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 45,29 54,43 48,39 42,30 56,74 39,55 35,04 43,89 37,53 55,15 5,74 19,39 4,50 4,77 1,59 32 9476 375 9721 20 25 22 7529 2 5281 -5,38 19,69 6,25 1,44 6,06 3,93 6,25 0,92 4,18 6,65 9,31 13,39 5,33 -2,74 0,59 86 6761 179 2921 28 4089 7 5076 0 3481 ΣX 2 -X 1 2 : 454 4507 ΣY 2 -Y 1 2 : 302 2328 a+b: 756 6835 distance: 21 8322 B. Eksisting dan Skenario II 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 50.89 74.93 56.38 60.28 63.35 39.55 35.04 43.89 37.53 55.15 11.34 39.89 12.49 22.75 8.20 128.5956 1.591.2121 156.0001 517.5625 67.24 -8.54 28.03 14.36 14.00 5.56 3.93 6.25 0.92 4.18 6.65 12.47 21.78 13.44 9.82 -1.09 155.5009 474.3684 180.6336 96.4324 1.1881 ΣX 2 -X 1 2 : 869 3982 ΣY 2 -Y 1 2 : 908.1234 a+b: 1777.522 distance: 30.3511 C. Eksisting dan Skenario III 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 59,71 92,91 90,55 76,68 85,70 39,55 35,04 43,89 37,53 55,15 20,16 57,87 46,66 39,15 30,55 406 4256 3.348 9369 2 177 1556 1 532 7225 933 3025 -15,87 34,39 24,74 21,93 9,56 3,93 6,25 0,92 4,18 6,65 19,80 28,14 23,82 17,75 2,91 392,04 791 8596 567 3924 315 0625 8 4681 ΣX 2 -X 1 2 : 1339 7280 ΣY 2 -Y 1 2 : a+b: distance: 2074 823 3414 551 60 5667 Sumber: Data primer dan hasil olahan Hasil analisis pada Tabel 61 menunjukkan bahwa di Desa Sungai Ambangah, diperoleh jarak euclidian antara kondisi eksisting dengan skenario I, II, dan III masing-masing sebesar 21,83, 30,35 dan 60,57. Dari hasil tersebut, diperoleh bahwa nilai euclidian yang terbesar adalah pada skenario III atau jarak yang paling baik. Dengan demikian dari ketiga skenario yang disusun untuk Desa Sungai Ambangah, yang terbaik adalah skenario III. Tabel 62 Jarak Euclidian antara kondisi eksisting dan masing-masing skenario di desa Pasak Piang A. Eksisting dan Skenario I No Dimensi X 2 X 1 X 2 -X 1 X 2 -X 1 2 Y 2 Y 1 Y 2 -Y 1 Y 2 -Y 1 2 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 54,00 44,54 55,82 40,33 56,78 45,36 24,20 48,30 28,92 51,41 8,64 20,34 7,52 11,41 5,37 746 496 413 7156 565 504 130 1881 288 369 2,88 34,52 21,81 -3,55 4,28 2,26 18,10 8,34 1,76 4,25 0,62 16,42 13,47 5,31 0,03 0,3844 2696,6164 181,4409 28,1961 0,0009 ΣX 2 -X 1 2 : 703 9406 Y 2 -Y 1 2 : 2906,6387 a+b: 2202,6981 distance: 39,8511 B. Eksisting dan Skenario II 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 68,46 60,26 66,40 51,98 64,31 45,36 24,20 48,30 28,92 51,41 23,10 36,06 18,10 23,06 12,9 533,61 1 300 3236 327,61 531 763,6 166 ,41 3,30 42,45 30,62 -4,66 7,58 2,26 18,10 8,34 1,76 4,25 1,04 24,35 22,28 6,42 3,33 1,0816 592 9225 496 3984 41 2164 11 0889 ΣX 2 -X 1 2 :1559.3936 ΣY 2 -Y 1 2 : 1142 707,8 a+b: 2702 1014 distance: 431 252 C. Eksisting dan Skenario III 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan 79,89 67,11 80,18 72,58 76,23 45,36 24,20 48,30 28,92 51,41 34,53 42,91 31,88 43,66 24,82 1 192 3209 1 841 2681 1 016 3344 1 906 1956 616 0324 10,37 47,69 34,87 -12,56 22,60 2,26 18,10 8,34 1,76 4,25 8,11 29,59 26,53 14,32 18,35 65,7721 875,5681 703,8409 205,0624 336,7225 ΣX 2 -X 1 2 : 616.0324 Y 2 -Y 1 2 : a+b: distance: 2 186 966 2 802 9989 456 013 Sumber: Data primer dan hasil olahan Sedangkan hasil analisis pada Tabel 62 menunjukkan bahwa di Desa Pasak Piang, diperoleh jarak euclidian antara kondisi eksisting dengan skenario I, II, dan III masing-masing sebesar 39,85, 43,12 dan 45,60. Dari hasil tersebut, diperoleh bahwa nilai euclidian yang terbesar juga pada skenario III atau jarak yang paling baik. Dengan demikian bahwa dari ketiga skenario yang disusun untuk Desa Pasak Piang, yang terbaik adalah skenario III.

VII. MODEL PENGEMBANGAN DAN STRATEGI PENERAPAN USAHATANI DI RAWA LEBAK

7.1 Sumberdaya Lokal Rawa Lebak

Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya manusia, sumberdaya alam, baik hayati maupun nonhayati, dan sumberdaya buatan. Berdasarkan Undang-Undang RI tentang Sistem Budidaya Tanaman Nomor 12 Tahun 1992, disebutkan bahwa sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. Selanjutnya pada pasal 2 disebutkan bahwa sistem budidaya tanaman sebagai bagian pertanian berasaskan manfaat, lestari, dan berkelanjutan. Sedangkan pasal 3 disebutkan bahwa sistem budidaya tanaman bertujuan: a. meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil tanaman, guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, industri dalam negeri, dan memperbesar ekspor; b. meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani; c. mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Hasil observasi lapangan dan studi literatur menunjukkan bahwa sumberdaya lokal potensial yang terdapat di lokasi penelitian yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan rawa lebak untuk kegiatan usahatani berkelanjutan yang dipilah menjadi empat kelompok yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya teknologi dan sumberdaya kelembagaan dan institusi pendukung. Tabel 63 menyajikan potensi sumberdaya lokal di kawasan rawa lebak baik di Desa Sungai Ambangah maupun Desa Pasak Piang. Tabel 63 Potensi sumberdaya lokal di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang No Jenis dan Potensi Sumberdaya Lokasi Desa Keterangan Sui Ambangah Pasak Piang 1. Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk jiwa 5 002 3 001 Penduduk berdasarkan jenis kelamin jiwa - Laki-laki - Perempuan 2 554 2 448 1 537 1 464