Analisis Kelayakan Usahatani ANALISIS PENDAPATAN DAN KEBUTUHAN RUMAHTANGGA

V. ANALISIS PENDAPATAN DAN KEBUTUHAN RUMAHTANGGA

5.1 Analisis Kelayakan Usahatani

Berbagai cara penilaian atau analisis usahatani dibidang pertanian telah dikembangkan dan digunakan. Cara penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis return cost ratio atau RC ratio dan benefit cost ratio atau BC ratio. Pada prinsipnya analisis RC ratio dan BC ratio adalah sama, hanya saja pada analisis BC data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. Sedangkan analisis RC, data yang dipentingkan adalah besarnya penerimaan. Dari hasil analisis ini diharapkan dapat diketahui apakah usahatani yang sedang berlangsung di lokasi studi sudah berjalan secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif apabila suatu usahatani dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan sebaik-baiknya. Dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi masukkan Soekartawi, 2002. Secara umum hasil investigasi di lapangan diketahui bahwa tingkat pendapatan petani usahatani dari tanaman padi dan tanaman karet di Desa Sungai Ambangah dan Desa Pasak Piang relatif berbeda kecuali untuk tanaman kelapa sawit. 5.1.1 Usahatani padi Hasil wawancara lebih lanjut terhadap petani di Sungai Ambangah bahwa penerimaan usahatani padi mencapai Rp3,0 juta per hektar, sedangkan di Pasak Piang hanya mencapai Rp2,4 juta per hektar per tahun. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh perbedaan dalam hal penggunaan pupuk, di Desa Sungai Ambangah penggungaan pupuk urea, SP 36 , dan KCl masing-masing dengan dosis 100 kg, 50 kg, dan 50 kg. Sedangkan di Desa Pasak Piang penggunaan pupuk masing-masing hanya mencapai 25 kg urea, 25 kg SP 36 , dan tanpa diberikan pupuk KCl Tabel lampiran 7 dan 8. Adanya perbedaan pemberian input produksi ini, mengakibatkan total biaya produksi pengeluaran di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang juga berbeda. Di Sungai Ambangah biaya produksi pengeluaran usahatani padi mencapai Rp910 000,- sedangkan di Pasak Piang hanya mencapai Rp500 000,- per hektar. Perbedaan biaya pengeluaran tersebut juga berimplikasi terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendapatan yang diperoleh dengan tanpa memperhitungkan nilai sewa lahan dan pajak masing-masing adalah Rp2,09 juta per hektar per tahun di Sungai Ambangah dan Rp1,9 juta per hektar per tahun di Pasak Piang, dengan nilai RC rasio masing-masing 3,3 dan 4,8. Selengkapnya hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Hasil analisis usahatani padi di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang hath Uraian Sungai Ambangah Pasak Piang Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Pendapatan Rp RC ratio 3 000 000 910 000 2 090 000 3,30 2 400 000 500 000 1 900 000 4,80 Sumber: Hasil olahan Hasil uji sensitivitas usahatani padi pada kondisi eksisting di Desa Sungai Ambangah, apabila terjadi penurunan produksi, harga, dan biaya produksi masing-masing 20, masih memberikan nilai ekonomi yang positif. Apabila asumsi-asumsi ini terjadi, maka untuk nilai RC ratio pada semua asumsi yang berupa penurunan produksi, harga dan biaya produksi lebih besar dari 1 atau menguntungkan. Berdasarkan nilai RC ratio tersebut, menunjukan bahwa usahatani padi di Desa Sungai Ambangah masih menguntungkan untuk diusahakan. Selengkapnya hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Hasil analisis sensitivitas usahatani padi akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Sungai Ambangah ha No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp RC ratio 1 Tanpa fluktuasi 3 000 000 910 000 2 090 000 3,30 2 Biaya produksi naik 20 3 000 000 1 092 000 1 908 000 2,75 3 Harga produksi turun 20 2 400 000 910 000 1 490 000 2,64 4 Harga turun dan biaya naik 20 2 400 000 1 092 000 1 308 000 2,20 5 Produksi dan harga turun 20 1 920 000 910 000 1 010 000 2,11 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 1 920 000 1 092 000 828 000 1,76 7 Produksi tetap harga naik 20 3 600 000 910 000 2 690 000 3,96 8 Produksi turun harga naik 20 2 880 000 910 000 1 970 000 3,16 Ket: Diskonto 18 Hasil uji sensitivitas usahatani padi pada kondisi eksisting di Desa Pasak Piang, apabila terjadi penurunan produksi, harga, dan biaya produksi masing- masing 20, juga masih memberikan nilai ekonomi yang positif. Apabila asumsi- asumsi ini terjadi, maka untuk nilai RC ratio pada semua asumsi yang berupa penurunan produksi, harga dan biaya produksi juga lebih besar dari 1 atau menguntungkan. Berdasarkan nilai RC ratio tersebut, menunjukkan bahwa usahatani padi di Desa Pasak Piang juga masih menguntungkan untuk diusahakan Tabel 28. Tabel 28 Hasil analisis sensitivitas usahatani padi akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Pasak Piang ha No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp RC ratio 1 Tanpa fluktuasi 2 400 000 500 000 1 900 000 4,80 2 Biaya produksi naik 20 2 400 000 600 000 1 800 000 4,00 3 Harga produksi turun 20 1 920 000 500 000 1 420 000 3,84 4 Harga turun dan biaya naik 20 1 920 000 600 000 1 320 000 3,20 5 Produksi dan harga turun 20 1 536 000 500 000 1 036 000 3,07 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 1 536 000 600 000 936 000 2,56 7 Produksi tetap harga naik 20 2 880 000 500 000 2 380 000 5,76 8 Produksi turun harga naik 20 2 304 000 500 000 1 804 000 4,61 Sumber: Hasil Olahan 5.1.2 Usahatani karet Hasil investigasi di lapangan baik di Desa Sungai Ambangah maupun Desa Pasak Piang, diketahui bahwa tanaman karet yang diusahakan petani saat ini telah berumur sekitar 25 tahun. Secara umum bahwa tanaman karet hanya berproduksi sampai umur 30 tahun, tetapi menurut informasi yang diperoleh melalui petani di lapangan tanaman karet dapat berproduksi sampai umur 35-40 tahun. Namun demikian, untuk keperluan dalam tulisan ini, analisis usahatani karet dilakukan pada saat penelitian dilaksanakan. Dari hasil investigasi lebih lanjut diketahui bahwa produksi karet yang diperoleh dapat mencapai 990 kg per hektar di Sungai Ambangah dan 950 kg per hektar di Pasak Piang dengan harga mencapai Rp8 000,- per kg di Sungai Ambangah dan Rp7 000,- per kg di Pasak Piang. Dengan demikian pendapatan setiap rumahtangga petani dalam setahun pada kondisi eksisting untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang masing- masing sebesar Rp4 370 000,- dan Rp6 387 667,- per tahun Tabel 29. Sedangkan proyeksi pendapatan petani untuk tahun ke 27 hingga tahun ke 34 masing-masing desa penelitian ini, secara lengkap disajikan pada Tabel lampiran 9 dan 10. Tabel 29 Hasil analisis usahatani karet di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang hath Uraian Sungai Ambangah Pasak Piang Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Pendapatan Rp BC ratio 7 920 000 3 550 000 4 370 000 1,23 6 650 000 262 333 6 387 667 24,35 Sumber: Hasil Olahan Dari hasil analisis usahatani karet, petani di Desa Pasak Piang memperoleh pendapatan 46,17 lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pendapatan petani di Desa Sungai Ambangah. Perbedaan pendapatan dikedua lokasi penelitian ini lebih disebabkan oleh perbedaan dalam hal pemberian input produksi. Biaya input produksi menurut Soekartawi 2002 diklasifikasi sebagai biaya tidak tetap atau biaya variabel contohnya adalah biaya untuk sarana produksi. Dalam hal ini pemberian dan penggunaan pestisida dalam proses pemeliharaan tanaman karet di Desa Pasak Piang lebih rendah jika dibandingkan dengan Desa Sungai Ambangah. Hal itu mengakibatkan, komponen biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan usahatani karet di Desa Pasak Piang juga menjadi rendah. Hasil analisis Tabel 29 menunjukkan bahwa komponen biaya pengeluaran di Desa Pasak Piang hanya mencapai 7,59 dari biaya pengeluaran di Desa Sungai Ambangah. Konsekuensi dari keadaan ini, petani dikedua lokasi penelitian tersebut memperoleh pendapatan yang berbeda pula. Hasil uji sensitivitas usahatani karet Tabel 30 pada kondisi eksisting di Desa Sungai Ambangah, apabila terjadi penurunan produksi, harga, dan biaya produksi masing-masing 20, hanya pada saat produksi dan harga turun dan biaya naik, pada saat produksi tetap dan harga naik, dan pada saat produksi turun dan harga naik nilai BC ratio lebih besar dari 1. Sedangkan pada kondisi biaya produksi naik, harga produksi turun, harga turun dan biaya naik, dan produksi dan harga turun nilai BC ratio yang diperoleh lebih kecil dari 1 Tabel 30. Tabel 30 Hasil analisis sensitivitas usahatani karet di rawa lebak akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Sungai Ambangah No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp BC ratio 1 Tanpa fluktuasi 7 920 000 3 550 000 4 370 000 1,23 2 Biaya produksi naik 20 7 920 000 4 260 000 3 660 000 0,86 3 Harga produksi turun 20 6 336 000 3 550 000 2 786 000 0,78 4 Harga turun dan biaya naik 20 6 336 000 4 260 000 2 076 000 0,49 5 Produksi dan harga turun 20 5 068 800 3 550 000 1 518 800 0,43 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 5 068 800 4 260 000 808 800 1,19 7 Produksi tetap harga naik 20 9 504 000 3 550 000 5 954 000 1,68 8 Produksi turun harga naik 20 7 603 200 3 550 000 4 053 200 1,14 Sumber: Hasil Olahan Selanjutnya hasil uji sensitivitas usahatani karet di Desa Pasak Piang, apabila terjadi penurunan atau kenaikkan produksi, harga, dan biaya produksi masing-masing 20, semua asumsi yang dianalisis menunjukkan nilai BC ratio lebih besar dari 1. Berdasarkan nilai BC ratio tersebut, menunjukkan bahwa usahatani karet di Desa Pasak Piang menguntungkan untuk diusahakan Tabel 31. Tabel 31 Hasil analisis sensitivitas usahatani karet di rawa lebak akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Pasak Piang No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp BC ratio 1 Tanpa fluktuasi 6 650 000 262 333 6 387 667 24,35 2 Biaya produksi naik 20 6 650 000 314 799,6 6 335 200,4 20,12 3 Harga produksi turun 20 6 336 000 262 333 5 281 667 20,13 4 Harga turun dan biaya naik 20 6 336 000 314 799,6 5 229 200,4 16,61 5 Produksi dan harga turun 20 5 068 800 262 333 4 172 867 15,91 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 5 068 800 314 799,6 4 120 400,4 13,09 7 Produksi tetap harga naik 20 9 504 000 262 333 8 053 667 30,70 8 Produksi turun harga naik 20 7 603 200 262 333 6 390 467 24,36 Sumber: Hasil Olahan 5.1.3 Usahatani kelapa sawit Berdasarkan hasil investigasi terhadap petani di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang diketahui bahwa kelapa sawit yang diusahakan saat ini masih berumur 2,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kurang lebih 6 – 12 bulan ke depan tanaman kelapa sawit akan memasuki masa berbunga dan berbuah. Secara umum, pertumbuhan kelapa sawit di lapangan juga sangat baik. Pada Tabel lampiran 11 memperlihatkan bahwa komponen biaya pada tahun pertama relatif lebih besar jika dibandingkan dengan pada tahun kedua dan ketiga. Hal ini dikarenakan adanya komponen biaya pembelian bibit tanaman dan pembukaan lahan. Pada tahun pertama sampai tahun ketiga pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit masih negatif, dan memasuki tahun keempat pendapatan usahatani mulai positif. Pendapatan usahatani kelapa sawit cukup signifikan diperoleh masing-masing dari yang tertinggi adalah pada tahun ke 18, 22, 23 dan 24. Tabel 32 Hasil analisis usahatani kelapa sawit di rawa lebak Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang hath Uraian Sungai Ambangah dan Pasak Piang Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Pendapatan Rp BC ratio 17 989 745,59 7 127 218,00 10 862 527,60 1,52 Sumber: Hasil Olahan Dari hasil analisis usahatani tanaman kelapa sawit baik di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang Tabel 32, memperlihatkan bahwa petani di kedua desa tersebut hanya memperoleh pendapatan masing-masing sebesar Rp10 862 527,60,- per tahun selama usahatani kelapa sawit diusahakan. Sedangkan nilai BC ratio diperoleh adalah 1,52 atau dikategorikan menguntungkan. Hasil uji sensitivitas usahatani kelapa sawit pada kondisi eksisting di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang, apabila terjadi penurunan produksi, harga, dan biaya produksi masing-masing 20, secara umum masih menguntungkan. Apabila asumsi-asumsi ini terjadi, maka nilai BC ratio pada kondisi tanpa fluktuasi, produksi dan harga turun dan biaya naik, produksi tetap harga naik , dan produksi turun harga naik, memberikan nilai lebih besar dari 1, sedangkan apabila produksi dan harga turun, dan produksi dan harga dan biaya naik 20, maka nilai BC ratio masing-masing hanya mencapai 0,92 dan 0,60 atau tidak menguntungkan, karena lebih kecil dari 1 Tabel 33. Tabel 33 Hasil analisis sensitivitas usahatani kelapa sawit di rawa lebak akibat fluktuasi harga, produksi dan biaya produksi di Desa Pasak Piang No Asumsi Penerimaan Rp Pengeluaran Rp Total pendapatan Rp BC ratio 1 Tanpa fluktuasi 17 989 745,59 7 127 218 10 862 527,59 1,52 2 Biaya produksi naik 20 17 989 745,59 8 552 661,6 9 437 083,99 1,10 3 Harga produksi turun 20 17 140 304,97 7 127 218 10 013 086,97 1,40 4 Harga turun dan biaya naik 20 17 140 304,97 8 552 661,6 8 587 643,37 1,00 5 Produksi dan harga turun 20 13 712 243,98 7 127 218 6 585 025,98 0,92 6 Produksi dan harga turun 20 dan biaya naik 20 13 712 243,98 8 552 661,6 5 159 582,38 0,60 7 Produksi tetap harga naik 20 25 710 457,46 7 127 218 18 583 239,46 2,61 8 Produksi turun harga naik 20 20 568 365,97 7 127 218 13 441 147,97 1,89 Sumber: Hasil Olahan 5.2 Analisis Pendapatan dan Kebutuhan Rumahtangga 5.2.1 Pendapatan rumahtangga petani