kondisi prasarana jalan desa, 7 keberadaan balai penyuluh pertanian, dan 8 kios saprodi.
Hasil analisis keberlanjutan untuk Desa Sungai Ambangah pada Gambar 19a dapat diketahui bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi
kelembagaan mencapai 54,82 atau pada kategori cukup berkelanjutan.
a b
Gambar 19 Indeks dan status keberlanjutan a, dan atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi kelembagaan b di rawa lebak Desa Sungai
Ambangah
Hasil analisis leverage dimensi kelembagaan, dari tujuh atribut yang dianalisis Gambar 19b terdapat tiga atribut sensitif yang mempengaruhi
usahatani di rawa lebak saat ini, yaitu 1 keberadaan petugas penyuluh lapangan, 2 ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan 3 keberadaan
lembaga sosial. Ketiga atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Sebagaimana
diketahui bahwa tanpa modal, suatu usaha tidak akan dapat berjalan walaupun syarat-syarat yang lain untuk menjalankan atau mendirikan suatu usaha sudah
dimiliki. Untuk maksud tersebut, biasanya sebelum suatu usaha dijalankan, terlebih dahulu dilakukan analisis pemodalan. Analisis pemodalan dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan tanah atau sewa lahan serta biaya investasi seperti pembelian bibit,
pupuk, biaya tenaga kerja dan pascapanen. Dari hasil wawancara di lapangan, semua responden mengatakan mereka kekurangan modal. Untuk mengatasi
kekurangan modal tersebut, diperlukan lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman modal usaha, maka keberadaan lembaga keuangan skala
mikro merupakan salah satu alternatif jalan keluarnya Tim Penulis PS, 2008.
RAPLEBAK Ordination
DOWN UP
BAD GOOD
-100 -50
50 100
150 200
20 40
60 80
100 120
Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability
S u
m b
u Y
s e
te la
h R
o ta
s i:
S k
a la
S u
s ta
in a
b il
it y
54.82 Analisis Leverage Dimensi Kelembagaan Sungai Ambangah
1 2
3 4
5 6
7 8
Keberadaan kelompok tani
Intensitas pertemuan kelompok tani
Keberadaan lembaga sosial
Ketersediaan lembaga keuangan mikro
Keberadaan petugas penyuluh pertanian
Kondisi prasarana jalan desa
keberadaan balai penyuluh pertanian
Ketersediaan kios saprodi
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Sedangkan dalam konteks lembaga sosial dimaksudkan adalah lembaga yang dapat mengatur individu-individu dalam berinteraksi. Suparlan 2004 dalam
Rudito dan Femiola 2008 menjabarkan secara lebih rinci bahwa dalam pranata sosial komuniti, diatur status dan peran untuk melaksanakan aktivitas pranata
yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa peran-peran tersebut terangkai membentuk sebuah sistem yang disebut sebagai pranata sosial atau institusi
sosial yakni sistem antar hubungan norma-norma dan peranan-peranan yang diadakan dan dibakukan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap
penting oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan lembaga penyedia modal dan lembaga sosial sebagai atribut sensitif merupakan atribut
yang perlu mendapat perhatian. Dengan tersedianya kedua lembaga tersebut diharapkan nilai indeks dimensi ini akan menjadi meningkat dimasa yang akan
datang.
Sedangkan hasil analisis keberlanjutan untuk Desa Pasak Piang pada Gambar 20a dapat diketahui bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi
kelembagaan mencapai 52,19 atau pada kategori cukup berkelanjutan.
a b
Gambar 20 Indeks dan status keberlanjutan a, dan atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi kelembagaan b di rawa lebak Desa Pasak Piang
Hasil analisis leverage dimensi kelembagaan, dari tujuh atribut yang dianalisis Gambar 20b terdapat dua atribut sensitif yang mempengaruhi
usahatani di rawa lebak saat ini, yaitu 1 ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan 2 keberadaan lembaga sosial. Kedua atribut sensitif yang mempengaruhi
keberlanjutan dimensi kelembagaan ini juga sama dengan atribut sensitif untuk Desa Sungai Ambangah di atas, dengan demikian berdasarkan uraian yang telah
disampaikan sebelumnya, maka kedua atribut sensitif ini, merupakan atribut
Analisis Leverage Dimensi Kelembagaan Pasak Piang
1 2
3 4
5 6
Keberadaan kelompok tani
Intensitas pertemuan kelompok tani
Keberadaan lembaga sosial
Ketersediaan lembaga keuangan mikro
Keberadaan petugas penyuluh pertanian
Kondisi prasarana jalan desa
keberadaan balai penyuluh pertanian
Ketersediaan kios saprodi
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
RAPLEBAK Ordination
DOWN UP
BAD GOOD
-100 -50
50 100
150 200
20 40
60 80
100 120
Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability
S u
m b
u Y
s e
te la
h R
o ta
s i:
S k
a la
S u
s ta
in a
b il
it y
52.19
penting untuk diperhatikan apabila ingin meningkatkan nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan di masa yang akan datang.
Selanjutnya Tabel 45, menunjukkan atribut-atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan rawa lebak berdasarkan hasil analisis
leverage terhadap seluruh atribut yang diberikan penilaian. Dari 38 atribut yang diberikan penilaian terhadap rawa lebak di Desa Sungai Ambangah, diperoleh 16
atribut sensitif. Sedangkan di Desa Pasak Piang dari 38 atribut yang diberikan penilaian, diperoleh 19 atribut sensitif. Selanjutnya atribut-atribut sensitif ini akan
digunakan sebagai faktor pentingfaktor pengungkit untuk memperbaiki status keberlanjutan pengelolaan rawa lebak pada masa yang akan datang, baik di
Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang. Tabel 45 Atribut sensitif mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan rawa lebak
di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang
Sungai Ambangah Pasak Piang
No Atribut sensitif
Skor No
Atribut sensitif Skor
1 2
3 4
5
6 7
8
9 10
11 12
13 14
15 16
Harga produk usahatani Ketersediaan sarana produksi
Keuntungan usahatani Produksi usahatani
Pola hubungan masyarakat dalam usahatani
Ketersediaan lembaga keuangan mikro Ketersediaan modal usahatani
Rumahtangga petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian
Keberadaan petugas penyuluh lapangan
Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu
Pengendalian gulma Periode tergenang
Jumlah rumah tangga petani Produktivitas lahan
Keberadaan lembaga sosial Pemupukan
14,0 11,6
9,5 7,5
7,4
7,1 7,0
6,8
6,7 6,6
6,5 6,4
5,9 5,7
5,6 5,5
1 2
3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14
15 16
17 18
19 Peran adat dalam kegiatan pertanian
Harga produk usahatani Rumah tangga petani yg pernah
mengikuti penyuluhan pertanian Pola hubungan masyarakat dalam
usahatani Jumlah rumah tangga petani
Ketersediaan sarana produksi Kandungan bahan organik tanah
Produktivitas lahan Keuntungan usahatani
Efesiensi ekonomi Periode tergenang
Tingkat pendidikan formal petani Intensitas konflik
Jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu
Ketersediaan lembaga keuangan mikro Keberadaan lembaga sosial
Ketersediaan mesin pompa air Penggunaan pupuk
Ketersediaan mesin pasca panen 15,6
14,5 12,5
11,5 9,5
9,0 8,9
8,2 8,1
7,9 7,5
7,1 7,0
6,8
6,7 6,0
5,6 5,3
5,1
6.1.6 Pola indeks keberlanjutan usahatani rawa lebak dalam diagram layang Nilai indeks untuk setiap dimensi di Desa Sungai Ambangah Gambar 21
menunjukkan adanya keragaman antara satu dimensi dengan dimensi yang lain. Dari diagram layang ini dapat diketahui bahwa dimensi mana yang lebih
diutamakan untuk dikelola agar dimensi tersebut menjadi cukup berkelanjutan atau nilai indeks di atas 50 atau bahkan nilai indeksnya bisa lebih besar dari
75 kategori berkelanjutan.
Dari kelima dimensi yang dianalisis ternyata dimensi kelembagaan yang mempunyai nilai indeks relatif terbesar yaitu 54,82 cukup berkelanjutan, jika
dibandingkan dengan empat dimensi lainnya yang semuanya berada pada kategori kurang berkelanjutan. Dimensi yang paling rendah nilai indeks
keberlanjutannya adalah dimensi ekonomi yang hanya mencapai 35,04 kurang berkelanjutan. Keadaan ini sesuai dengan hasil analisis dimensi ekonomi
Gambar 13a, hasil ini menunjukkan bahwa apabila ingin ditingkatkan status keberlanjutan dari kategori ‗kurang‘ menjadi ‗cukup‘ berkelanjutan, perlu
mengelola atribut-atribut sensitif yang berpengaruh terhadap keberlanjutan
dimensi ekonomi, terutama mengelola harga produk usahatani, ketersediaan sarana produksi, keuntungan usahatani, produksi usahatani, dan ketersediaan
modal usahatani. Sedangkan nilai indeks untuk setiap dimensi di Desa Pasak Piang Gambar 22 juga menunjukkan adanya keragaman antara satu dimensi
dengan dimensi yang lain. Dari diagram layang ini dapat diketahui bahwa dimensi mana yang lebih diutamakan untuk dikelola agar dimensi tersebut
menjadi berada pada kategori nilai indeks juga di atas 50 kategori cukup berkelanjutan atau di atas 75 kategori berkelanjutan.
Dari kelima dimensi yang dianalisis ternyata dimensi kelembagaan yang mempunyai nilai indeks sebesar 52,19 atau pada kategori cukup berkelanjutan,
sedangkan tiga dimensi lainnya yaitu ekologi, sosial budaya dan teknologi berada pada kategori kurang berkelanjutan, dan satu dimensi yaitu ekonomi berada
pada kategori tidak berkelanjutan atau dengan nilai indeks keberlanjutan hanya mencapai 24,20. Keadaan ini sesuai dengan hasil analisis dimensi ekonomi
Gambar 14a. Dari hasil ini, mengindikasikan bahwa apabila dimensi ini ingin ditingkatkan status keberlanjutan dari kategori ‗tidak‘ berkelanjutan menjadi
‗cukup‘ berkelanjutan atau bahkan berkelanjutan, maka perlu mengelola atribut- atribut sensitif yang berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi.
Atribut-atribut sensitif tersebut adalah mengelola harga produk usahatani, ketersediaan sarana produksi, keuntungan usahatani, dan efisiensi ekonomi.
Nilai S-Stress yang dihasilkan dimasing-masing dimensi, mempunyai nilai yang lebih kecil dari ketentuan 0.25, dengan asumsi bahwa semakin kecil dari
0,25 semakin baik. Sedangkan nilai Koefesien Determinasi R
2
disetiap dimensi cukup tinggi mendekati 1. Dengan demikian, kedua parameter statistik tersebut
menunjukkan seluruh atribut yang digunakan dalam setiap dimensi di kedua lokasi penelitian sudah cukup baik menerangkan keberlanjutan sistem
pengelolaan rawa lebak Tabel 46. Tabel 46 Nilai Stress dan R
2
status keberlanjutan pengelolaan rawa lebak dimasing-masing lokasi penelitian
Parameter dan lokasi penelitian
Dimensi keberlanjutan Ekologi
Ekonomi Sosial Budaya Teknologi
Kelembagaan S-Stress
Sungai ambangah
0,1389946 0,1507659
0,1500685 0,1397085
0,1476557 Pasak Piang
0,1374439 0,1484612
0,1525913 0,1383314
0,1415626 R
2
Sungai Ambangah
0,9459976 0,9281701
0,937069 0,9467362
0,9419487 Pasak Piang
0,9416752 0,9301242
0,923359 0,9450684
0,9477773 Sumber: Data primer diolah
Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai status indeks
keberlanjutan pengelolaan rawa lebak pada selang kepercayaan 95 persen didapatkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan 1 antara hasil
analisis MDS dengan analisis Monte Carlo Tabel 47. Kecilnya perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis dari kedua metode tersebut
membuktikan bahwa 1 kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, 2 ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, 3 proses
39.55 35.04
43.89 37.53
54.82 20
40 60
80 100
Ekologi
Ekonom
Sosial Budaya
Teknologi Kelembaga
an 45.36
24.2 48.3
28.92 52.19
20 40
60 80
100 Ekologi
Ekonomi
Sosial Budaya
Teknologi Kelembaga
an
Gambar 21 Diagram layang analisis indeks dan status keberlanjutan rawa
lebak di Sungai Ambangah Gambar 22 Diagram layang analisis indeks dan
status keberlanjutan rawa lebak di Pasak Piang
Sungai Ambangah Pasak Piang
analisis yang dilakukan secara berulang-ulang relatif stabil, dan 4 kesalahan pemasukkan data dan data yang hilang dapat dihindari. Perbedaan ini juga
menunjukkan bahwa sistem yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Beberapa parameter hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa metode Rap-Lebak
cukup baik dipergunakan sebagai salah satu instrumen dalam evaluasi keberlanjutan pengelolaan rawa lebak.
Tabel 47 Perbedaan Indeks keberlanjutan antara Rap-Lebak MDS dengan Monte Carlo Pada masing-masing Lokasi Penelitian
Dimensi keberlanjutan
Indeks keberlanjutan Perbedaan selisih
MDS MONTE CARLO
Sungai Ambangah
Pasak Piang
Sungai Ambangah
Pasak Piang
Sungai Ambangah
Pasak Piang
Ekologi Ekonomi
Sosial Budaya Teknologi
Kelembagaan 39,55
35,04 43,89
37,53 54,82
45,36 24,20
48,30 28,92
52,19 38,86
35,87 43,58
37,83 54,35
45,88 24,32
48,47 29,60
52,77 0,69
0,83 0,31
0,30 0,47
0,52 0,12
0,17 0,68
0,58
Sumber: Data primer diolah
6.2 Variabel-Variabel Dominan dalam Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berkelanjutan