perdesaan maupun di perkotaan. Nilai ambang kecukupan pangan untuk tingkat pengeluaran rumah tangga di daerah perdesaan berkisar antara 240
– 320 kg per orang per tahun, sedangkan untuk daerah perkotaan berkisar antara 360
– 480 kg per orang per tahun.
Untuk mengukur apakah suatu keluarga tani telah hidup layak, yakni apabila keluarga tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan meliputi pangan,
tempat tinggal, pakaian, pendidikan, kesehatan, kegiatan sosial, rekreasi, asuransi dan tabungan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka jumlah pendapatan
bersih yang harus diperoleh setiap keluarga tani untuk dapat hidup layak minimal senilai beras 320 kg per th x harga Rpkg x jumlah anggota keluarga x 2,5
Sinukaban, 2007.
2.7 Sistem Usahatani Berkelanjutan
Usahatani merupakan suatu industri biologis yang memanfaatkan materi dan proses hayati untuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya yang
dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem praproduksi, produksi, panen, pascapanen, distribusi, dan pemasaran Adnyana, 2001. Menurut Rifai
dalam Soehardjo dan Dahlan 1973 usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang diperuntukan bagi produksi di lapangan
pertanian, dimana tatalaksana organisasi tersebut dilaksanakan oleh seseorang atau sekumpulan orang-orang. Defenisi usahatani menurut Fardiyanti dalam
Sunarso 2005 adalah kegiatan dibidang pertanian yang mengorganisasikan alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi dibidang pertanian.
Usahatani merupakan kegiatan yang menggunakan faktor produksi sumberdaya alam, modal dan tenaga kerja untuk menghasilkan produk pertanian yang
bermanfaat bagi manusia. Faktor-faktor produksi dalam usahatani antara lain: faktor produksi alam,
faktor produksi tenaga kerja, faktor produksi modal dan pengelolaan. Modal menurut Soehardjo dan Dahlan 1973 adalah barang-barang bernilai ekonomi
yang digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau meningkatkan produksi. Modal dalam usahatani yaitu:
1. Tanah beserta bagian-bagian yang terdapat di atasnya seperti tanggul saluran air.
2. Bangunan-bangunan seperti; kandang ternak, lumbung, gudang.
3. Alat-alat pertanian dan mesin; alat-alat sederhana yaitu: bajak, garu, cangkul, linggis, mesin traktor, pengolah tanah, mesin penanam dan
mesin pemungut hasil. 4. Tanaman dan ternak.
5. Sarana produksi pertanian yang terdiri dari, bibit, pupuk, obat, pengendali hama dan penyakit tanaman.
6. Uang tunai untuk membeli perlengkapan produksi yang diperlukan. Menurut Mosher dalam Soehardjo dan Dahlan 1973 pengelolaan
usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisasi dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin sehingga
produksi pertanian memberikan hasil yang lebih baik. Dalam pengambilan keputusan, patani dihadapkan pada berbagai prinsip usahatani yaitu:
1. Penentuan perkembangan harga Penentuan tentang harga faktor produksi dan komoditas yang akan
diusahakan relatif penting karena keuntungan usaha tergantung pada harga yang berlaku;
2. Kombinasi beberapa cabang usaha Jika terdapat lebih dari satu cabang usaha, seorang petani akan
dihadapkan pada pilihan kombinasi yang baik sehingga didapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya dalam setahun;
3. Pemilihan cabang usaha Penentuan cabang usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan
ekonomi seperti: luas lahan usahatani, tipe usahatani, produktivitas tanah, persediaan tenaga kerja, biaya mendirikan cabang usaha, keadaan harga
diwaktu cabang usaha itu menghasilkan; 4. Penentuan cara produksi
Penentuan cara produksi terdiri atas: penentuan jumlah dan jenis pupuk yang digunakan, jarak tanam, cara bercocok tanam dan lain sebagainya;
5. Pembelian sarana produksi yang diperlukan Petani perlu menentukan apakah uang yang dimilikinya hendak
digunakan untuk membeli makanan, pupuk atau membeli peralatan; 6. Pemasaran hasil pertanian
Masalah pemasaran yang sering dihadapi petani adalah waktu, tempat, cara penjualan, kualitas produksi, cara pengepakan yang efisien, alat
yang digunakan dan lain-lain;
7. Pembiayaan usahatani Biaya jangka panjang biaya pengembangan dan perluasan usaha dan
biaya jangka pendek biaya pertanaman, biaya perbaikan alat, serta biaya hidup petani dan keluarganya selama menunggu musim panen; dan
8. Pengelolaan modal dan pendapatan Perubahan usahatani kearah yang lebih komersiil untuk memperoleh
peningkatan pendapatan merupakan masalah karena kurangnya modal yang mereka miliki. Pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi
kebanyakan ditujukan untuk komsumsi keluarga. Usahatani dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu subsistem dan
komersial. Usahatani subsistem diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan penggunaan alat yang masih sederhana, sedangkan usahatani
komersial lebih berorientasi bisnis dan diarahkan pada pemenuhan permintaan pasar agar keuntungan yang diperoleh semakin besar.
Sistem usahatani dikatakan berkelanjutan jika dalam pengelolaannya menerapkan teknologi yang ramah lingkungan atau tidak menimbulkan
eksternalitas negatif pada lingkungan baik lingkungan biofisik maupun lingkungan sosial ekonomi pada tingkat mikro maupun makro. Menurut Adnyana 2001
beberapa strategi yang dapat diterapkan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan sistem usahatani berkelanjutan, yaitu 1 sistem usahatani yang ingin dicapai
sedapat mungkin diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya internal untuk mensubtitusi penggunaan sumberdaya eksternal; 2 mengurangi penggunaan
pupuk buatan yang bersumber dari sumberdaya yang tidak dapat pulih; 3 menekan intensitas penggunaan pestisida dan herbisida serta penerapan
pengendalian hama terpadu PHT secara massal; 4 memperluas penerapan rotasi tanaman dan diversifikasi horizontal untuk meningkatkan kesuburan tanah,
pengendalian hama penyakit, meningkatkan produktivitas dan menekan risiko; dan 5 mempertahankan residu tanaman maupun input eksternal serta
penanaman tanaman penutup tanah guna mempertahankan kelembaban dan kesuburan tanah.
Menurut Suryana et al. 1998 konsep berkelanjutan mengandung pengertian bahwa pengembangan produk pertanian harus tetap memelihara
kelestarian sumberdaya alan dan lingkungan hidup guna menjaga keberlanjutan pertanian dalam jangka panjang lintas generasi inter-generational sustainability,
antara lain dengan mengembangkan sistem usahatani konservasi, penerapan
pengendalian hama terpadu PHT, dan kepatuhan pada prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL pertanian. Perlu pula diterapkan prinsip
pengembangan sistem usahatani berkelanjutan. Prinsip ini mengandung ciri bahwa sistem usahatani perlu memiliki kemampuan merespon perubahan pasar,
inovasi teknologi yang terus-menerus, menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup Departemen Pertanian, 2001. Menurut Pambudy 1999 sejalan dengan perkembangan pembangunan
bidang pertanian, kegiatan usahatani perlu pula dilaksanakan melalui pendekatan teknis, terpadu, dan agribisnis: 1 pendekatan teknis, dilakukan
dengan tujuan peningkatan produksi pertanian, sehingga dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan pertanian dengan upaya: a penggunaan bibit
unggul; b menekan kejadian hama dan penyakit tanaman melalui kegiatan penolakan, pencegahan, penyelidikan, pemberantasan, dan pengendalian
penyakit, dan c penggunaan pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman; 2 pendekatan terpadu, dengan cara melakukan pembinaan secara pasif melalui
tiga penerapan teknologi, yaitu teknologi produksi, ekonomi dan sosial. Penerapan teknologi produksi dilakukan melalui: perbaikan mutu bibit,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan pengelolaan tanah. Sebagai pendukung penerapan teknologi produksi diterapkan pula teknologi ekonomi
berupa perbaikan pascapanen dan pemasaran, sedangkan penerapan teknologi sosial dilakukan dengan mengorganisir petani dalam kelompok tani dan koperasi;
dan 3 Pendekatan agribisnis, sistem agribisnis berarti pemanfaatan tanah atau lahan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan usahatani yang berorientasi
pada peningkatan pendapatan petani. Sistem agribisnis juga merupakan kegiatan yang mengintegrasikan pembangunan sektor pertanian secara simultan
dalam arti luas dengan pembangunan industri dan jasa yang terkait dalam suatu kluster industri industrial cluster yang mencakup empat subsistem
Saragih, 2000. Keempat subsistem tersebut adalah: 1 subsistem agribisnis hulu upstream off-farm agribussiness, yaitu kegiatan ekonomi produksi dan
perdagangan yang menghasilkan sapronak seperti bibit, pupuk, dan pestisida; 2 subsistem agribisnis budidaya pertanian on-farm agribussiness, yaitu
kegiatan ekonomi yang selama ini disebut sebagai kegiatan budidaya pertanian; 3 subsistem agribisnis hilir downstream off-farm agribussiness, yaitu kegiatan
ekonomi yang mengola dan memperdagangkan hasil pertanian; 4 subsistem
jasa penunjang supporting institution, yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi kegiatan usahatani seperti perbankan, asuransi, koperasi, transportasi, Balai
Penyuluh Pertanian BPP, kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian.
Menurut Irawan dan Pranadji 2002, agribisnis merupakan sistem terpadu yang meliputi empat bagian subsistem yaitu: 1 subsistem pengadaan dan
distribusi sarana dan prasarana produksi yang akan dipergunakan sebagai input produksi pada subsistem budidaya; 2 subsistem produksi atau usahatani, yang
akan menghasilkan produk pertanian primer, misalnya daging, beras, jagung dan lain-lain; 3 subsistem pengolahan hasil dan pemasaran, dan 4 subsistem
pelayanan pendukung, berupa fasilitas jalan, kredit, kebijakan pemerintah dan lain-lain.
2.8 Indikator untuk Mengukur Keberlanjutan