VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Dari serangkaian hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat direkomendasikan kebijakan model pengembangan usahatani lahan rawa
lebak berbasis sumberdaya lokal untuk berkelanjutan. Istilah kebijakan menurut Spitzer 1987 adalah sebuah rangkaian konsep yang digunakan sebagai
pedoman dan dasar rencana untuk melaksanakan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan menurut Sasmojo 2001,
kebijakan merupakan himpunan arahan atau ketentuan yang dibentuk untuk menciptakan iklim dalam rangka menfasilitasi berlangsungnya strategi, lebih jauh
lagi berupa program dan proyek, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Model pengembangan usahatani rawa lebak dari hasil penelitian ini merupakan suatu bentuk rekomendasi kebijakan yang apabila diterapkan secara
konsisten, maka diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan rawa lebak yang ada saat ini khususnya di kedua lokasi penelitian. Dari model yang dibangun
sebagai pilihan dalam penerapan usahatani lahan rawa lebak berkelanjutan, dengan mempertimbangkan ketersediaan biaya, keberlanjutan ekologi rawa
lebak, nilai manfaat yang diperoleh petani dalam rangka pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak KHL masyarakat petani, maka rekomendasi kebijakan yang
dirumuskan sebagaimana disajikan dalam Tabel 79.
Tabel 79 Rekomendasi kebijakan model usahatani rawa lebak berkelanjutan Komponen Model UT
Rekomendasi Kebijakan Indikator
Strategi Program
1. Pola tanam dan indeks pertanaman
2. Pemeliharaan ternak Inovasi teknologi Asistensi teknis sistem pertanian terpadu dan
fasilitasi penyediaan infrastruktur pendukung sistem pertanian terpadu
1. Produktivitas lahan
2. Pendapatan petani
3. Petani dan kelompok tani
4. Ketersediaan modal usahatani
5. Ketersediaan lembaga keuangan
mikro 6. Peran aktif lembaga
penyuluh pertanian 7. Dukungan lembaga
riset Penguatan
modal sosial Peningkatan modal sosial petani RL melalui,
bantuan permodalan
dapat berupa
subsidi pembibitan ternak dan pengadaan bibit tanaman
dan bibit ternak unggul, Mendorong terwujudnya organisasi tani dan jaringan tani yang kuat dan
berakar, Mendorong penguatan modal keloktif petani, peninjauan kembali dan penguatan sistem
kelembagaan penyuluhan pertanian yang telah ada dan menfasilitasi terbentuknya kerjasama antara
lembaga riset dan kelompok tani
8. Pengelolaan pascapanen dan
pemasaran hasil Penanganan
pascapanen Menggalakan
sistem alih
teknologi melalui
pendidikan dan latihan kepada petani, pengadaan sarana
dan prasarana
pengolahan dan
penanganan hasil usahatani. Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya pasar pertanian yang
lebih adil dalam bentuk organisasi rantai pasok dan rantai pemasaran yang lebih baik, termasuk
regulasi pengaturan harga produk usahatani dan meningkatkan layanan informasi bagi petani
166
Dalam upaya optimasi lahan pertanian, dapat dilakukan dengan cara pengaturan pola tanam cropping patern, pergiliran tanaman dan diversifikasi
usahatani. Secara operasional indeks pertanaman IP dapat ditingkatkan dengan melakukan penanaman dua sampai tiga kali tanam dalam satu tahun
pada lahan yang sama dengan menggunakan jenis tanaman yang sama contohnya: padi
– ratun – padi dan atau menggunakan jenis tanaman yang berbeda pergiliran tanaman, contohnya: padi
– ratun - jagung. Sistem usahatani yang digeluti oleh petani saat ini, secara umum belum
dapat memenuhi kebutuhan hidup layak KHL keluarga petani dengan 5 orang anggota keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha
lain agar supaya KHL petani dapat terpenuhi. Kepada petani yang hanya memiliki lahan garapan seluas 0,4
– 1,2 hektar padi dan 1,0 – 2,5 hektar karet direkomendasikan untuk melakukan pemeliharaan ternak rata-rata berkisar
antara 2 – 3 ekor sapi dan 100 – 150 ekor itik.
Sebagaimana diketahui bahwa kelompok tani mempunyai peran yang cukup penting. Oleh karena itu, dalam penerapan sistem pertanian terpadu, diharapkan
setiap petani tergabung dalam kelompok tani. Peran kelompok tani tersebut, antara lain adalah sebagai: 1 wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap PKS serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehinga produktivitas
meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan lebih sejahtera; 2 merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam
kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain; 3 usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani secara
keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Modal dalam arti luas merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan
usahatani. Tanpa adanya modal, petani akan sulit untuk mengembangkan usahataninya. Selama ini menurut Damihartini 2005, sumber modal oleh petani
dilakukan dengan jalan menyisihkan sebagian hasil pertanian pada musim tanam yang lalu dan untuk tujuan produksi pada musim tanam berikutnya.
Lembaga keuangan mikro sebagai upaya penyediaan jasa keuangan terutama simpanan dan kredit dan jasa-jasa keuangan lain yang diperuntukan
kepada keluarga miskin dan berpenghasilan rendah dan tidak memiliki akses
terhadap bank komersial Arsyad, 2008. Rekomendasi lembaga penyedia jasa keuangan atau penyediaan modal usahatani adalah lembaga keuangan mikro
petani rawa lebak LKMPRL. Pembentukan LKMPRL menjadi hal yang tidak terpisahkan, karena sistem perkreditan pertanian yang ada masih kurang
berpihak pada petani secara penuh. Dengan kehadiran LKMPRL diharapkan dapat menciptakan iklim yang menunjang kegiatan usahatani.
Peningkatan profesionalisme penyuluh pertanian menjadi sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, mengingat tantangan pertanian di masa-masa yang akan
datang semakin besar. Profesionalime penyuluh sangat ditentukan oleh sistem pengelolaan kelembagan penyuluh itu sendiri. Kelembagaan yang ada sangat
terkait dengan sistem pendanaan dan peraturan-peraturan yang mengatur tatalaksana organisasi penyuluh pertanian.
Partisipasi dan dukungan lembaga riset dan perguruan tinggi dalam rangka ikut serta untuk mengatasi permasalahan dan tantangan pertanian sangat perlu
dilakukan. Sebagaimana diketahui bersama, potensi riset sangat besar sebagai salah satu instrument atau metode, untuk mewujudkan pengelolaan pertanian
yang berwawasan agribisnis dan hal itu hanya dapat diwujudkan oleh petani atau pelaku agribisnis yang profesional. Keterbatasan-keterbatasan yang sifatnya
inheren dan ekternal dalam usahatani memerlukan kajian yang kontinyu. Dilain pihak, metode atau jenis penelitian apapun membutuhkan waktu untuk
menghasilkan informasi dan teknologi. Pengelolaan pascapanen bertujuan untuk mempertahan kualitas dan mutu
produk hasil pertanian. Penanganan pasca panen menurut Kitinoja dan Kader 1993 dimulai sejak komoditas dipisahkan dari tanaman dipanen dan berakhir
apabila komoditas tersebut dikonsumsi atau digunakan. Mesin pengolahan padi dan karet di kedua lokasi sudah tersedia, tetapi kondisi di lapangan menunjukkan
keberadaan mesin pengolahan dengan sarana pendukung yang ada sangat tidak memadai. Sebagai contoh mesin pengolahan padi dimasing-masing lokasi
penelitian hanya terdapat satu unit. Dengan tempat penjemuran yang sangat terbatas dan tidak memiliki gudang penyimpanan, kondisi ini kurang
menguntungkan bagi petani, mengingat kedua lokasi tersebut mempunyai iklim basah, dengan curah hujan yang cukup tinggi.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN