Watun III : wilayah sepanjang 200-300 depa =510 m menjorok masuk
dari batas akhir watun II, dengan hidrotopografinya lebih rendah dari watun II.
Watun IV : wilayah yang lebih dalam menjorok masuk dari batas akhir
watun III, dengan hidrotopografinya relatif paling rendah. Watun I, II, III sampai IV masing-masing identik dengan istilah lebak
dangkal, lebak tengahan, lebak dalam, dan lebak sangat dalam atau lebung deepwater land.
Berdasarkan ada dan tidaknya pengaruh sungai, rawa lebak dibagi dalam tiga tipologi, yaitu 1 lebak sungai, 2 lebak terkurung, dan 3 lebak setengah
terkurung Kosman dan Jumberi, 1996 dalam Noor 2007. Batasan dan klasifikasi lebak menurut ada tidaknya pengaruh sungai sebagai berikut.
Lebak sungai : lebak yang sangat nyata mendapat
pengaruh dari sungai sehingga tinggi rendahnya genangan sangat
ditentukan oleh muka air sungai. Lebak terkurung
: lebak yang tinggi rendahnya genangan ditentukan oleh besar kecilnya curah
hujan dan air rembesan seepage dari sekitarnya.
Lebak setengah terkurung : lebak yang tinggi rendahnya genangan
ditentukan oleh besar kecilnya curah hujan, rembesan, dan juga sungai
sekitarnya.
2.2 Karakteristik Ekologi Lahan Rawa Lebak
Lahan rawa lebak Noor, 2007 termasuk ekologi lahan basah wetland yang dicirikan oleh suasana genangan dalam waktu yang panjang. Bentuk
wilayah yang menyerupai cekungan dengan dasar yang luas dengan drainase yang jelek. Lahan rawa lebak merupakan dataran banjir sungai dengan beda
muka air antara musin hujan dan musin kemarau lebih dari 2 meter, disamping itu juga merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 5 meter di atas
permukaan laut. Fisiografinya merupakan cekungan dengan batas daerah yang berlereng 4
– 10 persen, sehingga tidak ada pengaruh nyata dari pasang surut air laut Irianto, 2006. Tanah lahan rawa lebak dapat berupa tanah organik
gambut, tanah mineral endapan sungai, dan endapan marin. Pada tanah gambut, kematangan gambut umumnya termasuk gambut saprik. Sedangkan
pada tanah mineral tekstur umumnya liat, liat berdebu, sampai lempung liat berdebu, dengan konsistensi lekat dan plastis Arifin et al., 2006. Gambut saprik
matang yaitu gambut yang sudah melapuk lanjut, bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan apabila diremas kandungan seratnya
kurang dari 15 persen Permentan No 14 tahun 2009. Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan
antara 2 000-3 000 mm per tahun dengan 6 - 7 bulan basah bulan basah = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan 200 mm atau antara 3 - 4 bulan
kering bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan 100 mm. Bulan basah berlangsung pada bulan OktoberNopember sampai MaretApril,
sedangkan bulan kering berlangsung antara bulan Juli sampai September. Suhu udara pada kawasan ini berkisar antara 24 - 32
o
C dan kelembaban nisbi 80-90. Pengaruh iklim sangat kuat pada musin kemarau karena rawa lebak sebagai
kawasan terbuka. Penguapan pada kawasan terbuka cukup tinggi, sehingga suhu udara dapat mencapai 35 - 40
o
C Ismail et al., 1996; Arifin et al., 2006 dalam Noor, 2007.
2.3 Sumberdaya Lokal