Model Konseptual Pengembangan Usahatani Lahan Rawa Lebak UTLRL

penghambat bagi pembangunan pertanian selama ini Soetrisno, 1988. Untuk perlu diterapkan adalah sistem pemasaran produk pertanian yang efesien untuk diproses oleh industri. Seperti diketahui, sistem pemasaran produk pertanian umumnya kurang efisien sehingga menyebabkan besarnya kehilangan, kerusakan dan penurunan mutu serta ongkos angkut yang mahal sehingga harga produk bahan mentah untuk industri menjadi mahal dan kualitasnya juga rendah. Produk usahatani pada tahap lebih lanjut, juga dapat dikelola menjadi produk lain yang dapat berkontribusi dalam rangka memberikan nilai tambah usaha. Nilai tambah ini dapat diartikan sebagai peningkatan manfaat dari produk pertanian. Yang dimaksud adalah nilai produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai tambah adalah merupakan sejumlah nilai jasa return terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, dan ketrampilan menejemen pengelolaan Wright, 1987. Dalam rangka mengelola produk pertanian untuk memperoleh nilai tambah, hendaknya didekati dengan kajian yang lebih mendasar. Kajian untuk memperoleh nilai tambah produk hasil pertanian dapat pula dilakukan dengan melibatkan lembaga riset, perguruan tinggi dan BPTP. Dalam hal peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan melalui peningkatan produksi pertanian. Peningkatan produksi diharapkan dapat memberikan jaminan pendapatan petani. Meningkatnya pendapatan petani diharapkan dapat menciptakan surplus keuangan yang selanjutnya dapat diinvestasikan kembali untuk meningkatkan produktivitas usahatani dan daya beli petani khususnya pada produk lain yang tidak dihasilkan sendiri oleh petani.

7.5 Model Konseptual Pengembangan Usahatani Lahan Rawa Lebak UTLRL

Secara skematis hubungan antara faktor dan komponen yang menyusun model sistem pertanian terpadu yang dirumuskan dalam penelitian ini, sebagaimana disajikan pada Gambar 31. Gambar 31 Model konseptual pengembangan UTLRL berbasis sumberdaya lokal Bentuk pertanian terpadu yang dapat ditawarkan dari hasil penelitian ini terdiri atas berbagai pola sesuai dengan kondisi kepemilikan lahan dan jenis tanaman yang diusahakan oleh petani di kedua lokasi penelitian. Pola yang dirumuskan ini dalam rangka mengakomodir, yaitu 1 petani yang hanya memiliki lahan usahatani padi dan karet, dan 2 petani yang memiliki lahan usahatani padi, karet dan kelapa sawit. Dari jenis kepemilikan lahan usahatani oleh petani di lokasi penelitian tersebut, selanjutnya dilakukan simulasi model usahatani terpadu yang memberikan nilai pendapatan tertinggi Tabel Lampiran 21 dan 22. Selain pertimbangan aspek ekonomis, penentuan kedua jenis ternak dalam penerapan model ini dilakukan berdasarkan ketersediaannya di lokasi penelitian dan pengetahuan petani terhadap usaha ternak tersebut. Hal ini dimaksudkan agar supaya lebih memudahkan di dalam pemeliharaan dan adopsi teknologi pengelolaannya. Implementasi bentuk model pertanian terpadu terpilih, secara lengkap diuraikan berikut ini. 1. Pola usahatani tanaman Pangan, Perkebunan dan Ternak berbasis sumberdaya tanaman pangan lokal Pola usahatani antar tanaman pangan, perkebunan dan ternak yaitu p93, p95 atau pola padi, karet dan sapi, padi, karet dan itik, memberikan pandapatan masing-masing sebesar Rp11 335 010,- dan Rp12 181 010,-. Dan integrasi p101, p103 atau pola padi, karet, kelapa sawit dan sapi, padi, karet, kelapa sawit dan itik, memberikan pendapatan sebesar Rp21 337 181,- dan Rp22 183 181,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 76. Tabel 76 Pola usahatani tanaman pangan padi, jagung, perkebunan karet, sawit dan ternak No Simbol pola tanam Pola padi – karet dan ternak Nilai pendapatan Rp Tanaman Jenis ternak Padi Karet Kelapa sawit Pola usahatani padi – karet dan ternak 1. p93 Padi Karet - Sapi 11 335 010 2. p95 Padi Karet - Itik 12 181 010 Pola usahatani padi – karet - sawit dan ternak 1. p101 Padi Karet Kelapa sawit Sapi 21 337 181 2. p103 Padi Karet Kelapa sawit Itik 22 183 181 Sumber: Hasil olahan Hasil usahatani p103 atau pola padi, karet, kelapa sawit dan itik Gambar 32 menunjukkan hasil pendapatan tertinggi mencapai Rp22 183 181,- dan diikuti integrasi p101 pola padi, karet, kelapa sawit dan sapi mencapai Rp21 337 181. Sedangkan pola p93 atau pola padi, karet dan sapi hanya mencapai Rp17 737 181,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Pola usahatani padi, karet, sawit dan ternak 2. Pola usahatani musin tanam 1 MT1 dan MT2 padijagung dan Tanaman Perkebunan dan Ternak Pola usahatani p5, p51 atau pola padi - ratun, karet dan sapi, padi - ratun, karet dan itik, dapat memberikan pandapatan petani sebesar Rp15 728 550,- dan Rp16 574 550,-. Integrasi p9, p55 atau pola padi - ratun, padi, karet dan sapi, padi - ratun, padi, karet dan itik, memberikan pendapatan memberikan pendapatan sebesar Rp14 465 800,- dan Rp15 311 500,-. Sedangkan integrasi p13, p59 atau pola padi - ratun, jagung, karet dan sapi, padi - ratun, jagung, karet dan itik, memberikan pendapatan Rp12 432 300,- dan Rp13 278 300,-. 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 p93 p95 p101 p103 Pen d ap atan R p th n Pola usahatani Integrasi p11, p15, p57 dan p61 atau pola padi - ratun, padi, karet, sawit dan sapi, padi - ratun, jagung, karet, sawit dan sapi, padi - ratun, padi, karet, sawit dan itik, dan padi - ratun, jagung, karet, kelapa sawit dan itik, memberikan pendapatan masing-masing sebesar Rp24 468 000,-, Rp22 434 500,-, Rp25 314 000,-, dan Rp23 280 500,-. Integrasi p17, p63 atau pola padi, padi, karet dan sapi padi, padi, karet dan itik, memberikan pendapatan sebesar Rp13 944 000 dan Rp14 790 000,-. Integrasi p21, p67 atau pola padi, jagung, karet dan sapi, padi, jagung, karet dan itik, juga memberikan pendapatan Rp11 910 500,- dan Rp12 756 500,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 77. Tabel 77 Pola usahatani tanaman pangan padi, jagung, perkebunan karet, sawit dan ternak No Simbol pola tanam Musim tanam dengan berbagai pola padi – jagung dan ternak Nilai pendapa tan Rp MT 1 MT 2 Perkebunan Jenis ternak Padi Ratun Karet Kelapa sawit Pola usahatani padi - ratun, karet, sawit dan ternak 1 p5 padi ratun - karet - Sapi 15 728 550 2 p51 padi ratun - karet - Itik 16 574 550 Pola usahatani padi - ratun - padi, karet, sawit dan ternak 1 p9 padi ratun padi karet - Sapi 14 465 800 2 p55 padi ratun padi karet - Itik 15 311 500 Pola usahatani padi - ratun - jagung, karet, sawit dan ternak 1 p13 padi ratun jagung karet - Sapi 12 432 300 2 p59 padi ratun jagung karet - Itik 13 278 300 Pola usahatani padi - ratun - jagung, karet, sawit dan ternak 1 p11 padi ratun padi karet sawit Sapi 24 468 000 2 p15 padi ratun jagung karet sawit Sapi 22 434 500 3 p57 padi ratun padi karet sawit Itik 25 314 000 4 p61 padi ratun jagung karet sawit Itik 23 280 500 Pola usahatani padi - padi, karet, sawit dan ternak 1 p17 padi - padi karet - Sapi 13 944 000 2 p63 padi - padi karet - Itik 14 790 000 Pola usahatani padi - jagung, karet, sawit dan ternak 1 p21 padi - jagung karet - Sapi 11 910 500 2 p67 padi - jagung karet - Itik 12 756 500 Sumber: Hasil olahan Hasil usahatani p57 dan p11 atau pola padi - ratun, padi, karet, kelapa sawit dan itik dan padi - ratun, padi, karet, kelapa sawit dan sapi Gambar 33, menunjukkan hasil pendapatan tertinggi masing-masing mencapai Rp25 313 981 dan Rp24 467 981,-. Pendapatan ini dapat melewati nilai KHL yang diperlukan oleh petani di lokasi penelitian masing-masing sebesar 5,19 dan 1,91. Sedangkan integrasi p61, p53, p15 dan p7 atau pola padi - ratun, jagung, karet, kelapa sawit dan itik, padi - ratun, sawit dan itk, padi - ratun, jagung, kelapa sawit dan sapi, dan padi - ratun, kelapa sawit dan sapi berturut-turut mencapai Rp23 280 481,-, Rp22 704 981,-, Rp22 434 481,- dan Rp21 858 981,-. Dari hasil ini petani masih memerlukan berturut-turut sekitar 2,99, 5,39, 6,52 dan 8,92 untuk memenuhi KHL. Sedangkan integrasi p5 atau pola padi - ratun, karet dan sapi hanya mencapai Rp11 856,81,- atau memerlukan sekitar 50,59 untuk memenuhi KHL petani di lokasi penelitian. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 33 Pola usahatani tanaman padi, tanaman perkebunan dan ternak 3. Integrasi usahatani berdasarkan luas kepemilikan lahan petani Integrasi usahatani tanaman dan ternak yang dapat memenuhi Kebutuhan Hidup Layak KHL petani baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang sebagaimana disajikan dalam bentuk matriks Tabel 78. 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 p5 p51 p9 p55 p13 p59 p11 p57 p17 p63 p21 p67 Pan d ap atan R p th n Pola usahatani Tabel 78 Matriks luas kepemilikan lahan petani berbasis padi untuk memenuhi KHL Petani P Luas Kepemilikan Lahan Padi p 0,4-0,5 ha 0,5-1,0 ha 1,0-1,5 ha 1,5-2,0 ha Sungai Ambangah Kombinasi dengan Karet k Sapi s dan Itik i k 1 , s2 dan i3 s2 dan i3 s2 dan i3 s1 dan i3 k 1 , 2 s2 dan i3 s2 dan i3 s1 dan i3 s1 dan i3 k 1 , 5 s1 dan i3 s1 dan i3 s3 atau i3 i3 k 2 , 5 s3 atau i3 s3 atau i3 s2 atau i2 i2 k 3,0 s3 atau i2 s2 atau i2 s2 atau i2 i2 Kombinasi Padi, Karet dan Sawit k 1 , sw 1,0 s2 atau i2 s2 atau i2 s1 atau i1 s1 atau i1 k 1 , 2 sw 1,0 s2 atau i2 s2 atau i2 s1 atau i1 s1 atau i1 k 1 , 5 sw 1,0 s1 atau i1 s1 atau i1 s1 atau i1 + k 2,5 sw 1,0 + + + + k 3,0 sw 1,0 + + + + 0,5-0,8 0,8-1,0 1,0-2,0 Pasak Piang Kombinasi Padi dan Karet k 1 , s1 dan i3 s1 dan i3 s1 dan i2 k 1 , 2 s1i2 atau i3 s1 dan i2 s3 atau s1i2 k 1 , 5 s1i2 atau i3 i2 s3 atau i2 k 2 , 5 s1 atau i1 + + Kombinasi Padi, Karet dan Sawit k 1 , sw 1,0 s1 atau i1 s1 atau i1 + k 1 , 2 sw 1,0 + + + k 1 , 5 sw 1,0 + + + k 2 , 5 sw 1,0 + + + Ket: P=petani; p=padi; k=karet; sw=sawit; p 0,4-2,0 =luas lahan padi; k 1,0-3,0 =luas lahan karet; sw 1,0 =luas lahan sawit; s1=1 ekor sapi; s2=2 ekor sapi; s3=3 ekor sapi; i=50 ekor itik; i2=100 ekor itik; i3=150 ekor itik dan +=memenuhi KHL tanpa kombinasi dengan ternak. 16 2 Berdasarkan Tabel 78 dapat dinyatakan persamaan matematis yang dapat mendeskripsikan hubungan antar variabel terikat pendapatan petani dengan variabel bebas yang terdiri atas pendapatan bersih dari usahatani padi ax1, pendapatan bersih dari usahatani karet bx2, pendapatan bersih dari usahatani kelapa sawit cx3, pendapatan bersih dari usaha ternak sapi dy, pendapatan bersih dari usaha ternak itik ez. Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk kombinasi Tanaman Padi, Karet dan Ternak: Y = ax1 + bx2 + dy + ez..…..…………………….…………………6 2. Untuk kombinasi Tanaman Padi, Karet, Sawit dan Ternak: Y = ax1 + bx2 + cx3 +dy + ez……..……………………………….7 Dimana : Y = pendapatan RpKK x1 = Rpha padi a i = luas pemilikan lahan padi ha x2 = Rpha karet b i = luas pemilikan lahan karet ha x3 = Rpha sawit c i = luas pemilikan lahan sawit ha y = Rpekor sapi d i = jumlah sapi ekor z = Rpekor itik e i = jumlah itik ekor Selain itu, dari Tabel 78 dapat dideskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pendapatan yang memenuhi Kebutuhan Hidup Layak KHL petani di Desa Sungai Ambangah dapat dicapai dengan mengkombinasi tanaman dan ternak, sebagai berikut: a. Y = 0,4-2,0x1 + 1,0- 1,5x2 + 1,0x3 + 2y atau 100z………..………………...8 b. Y = 0,4-1,52,0x1 + 1,5-1,81,5-2,5x2 + 32y atau 150100z ………………...9 c. Y = 0,4-1,5x1 + 1,0-1,5x2 + 1-2y + 150z ……………………………………..10 2. Pendapatan yang memenuhi Kebutuhan Hidup Layak KHL petani di Desa Pasak Piang dapat dicapai dengan mengkombinasi tanaman dan ternak, sebagai berikut: a Y =0,5-1,0x1 + 1,0x2 + 1,0x3 + 1y atau 50z.............................................11 c. Y =0,5-1,5x1 + 1,5-2,5x2 + 1-3y atau 50- 150z…..……………………………12 d. Y =0,5-1,5x1 + 1,0x2 + 1y + 150z .…………..………..…………………........13 3. Selain itu, pendapatan yang memenuhi Kebutuhan Hidup Layak KHL petani di Desa Sungai Ambangah dan Desa Pasak Piang dapat dicapai tanpa harus mengkombinasikan usahatani tanaman dengan ternak, bentuk persamaannya: a. Y = 0,4- 1,5x1 + 2,5x2 + 1,0x3..………………………………………………...14 b. Y = 0,5-1,5x1 + 1,2-1,5x2 + 1,0x3 dan atau 0,8-1,5x1 + 2,5x2 ………….15 Mengacu pada persamaan umum 6 dan 7 serta persamaan yang disesuaikan dengan luas kepemilikan lahan padi, pada kondisi dimana tanaman kelapa sawit belum memasuki masa berproduksi menghasilkan, maka persamaan yang digunakan masih mengikuti persamaan 10, 11 dan 14,15

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN