Manfaat Teoritis Tujuan Penelitian
11
pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa dipandang memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan baru
tersebut berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sejalan dengan pengertian belajar dalam pandangan konstrutivisme,
Piaget Erman Suherman, 2003:38 mengemukakan bahwa pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau struktur kognitif.
Perkembangan skema berlangsung terus menerus melalui adaptasi lingkungannya. Skema akan membentuk pola penalaran tertentu pada
pikiran anak melalui proses asimilasi dan akomodasi Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep- konsepprinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui
proses internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran matematika
berorientasi pada: 1 pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi, 2 dalam pengerjaan matematika, setiap
langkah siswa dihadapkan kepada apa, 3 informasi baru harus dikaitkan dengan pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang
mentransformasikan, mengorganisasikan,
dan menginterpretasikan
pengalamannya, dan 4 pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yang mereka katakan atau tulis.
12
Adapun ciri-ciri pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Herman Hudojo yang dikutip oleh Rusdy 2004,
dalam Rofiah, 2010:12 adalah sebagai berikut: a.
Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar dilakukan
melalui proses pembentukan pengetahuan. b.
Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya pemberian masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep matematika melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
d. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa dengan
guru ataupun siswa dengan siswa. e.
Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika
menjadi menarik dan siswa lebih semangat untuk mempelajarinya. Gagne dalam Erman Suherman, dkk 2003:33 menyebutkan bahwa
belajar matematika memiliki 2 obyek, yaitu obyek langsung dan tak langsung. Obyek langsung berupa fakta, ketrampilan, konsep dan aturan,
sedangkan obyek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan