Matematika sekolah Pembelajaran Matematika SD

17 d. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. e. Pembelajaran matematika mendorong siswa untuk melakukan penalaran. f. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.

B. Pembelajaran Kontekstual

Guru harus memilih strategi, metode dan teknik yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Pemilihan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang tepat dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan pemahaman konsep siswa. Salah satu strategimodel pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan mengembangkan pola pikir matematika tersebut adalah pembelajaran kontekstual. Belajar akan lebih bermakna jika anak langsung mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahui konsep materi. Pembelajaran kontekstualCTL merupakan konsep belajar yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai keluarga anggota masyarakat. Kontekstual memiliki kata dasar konteks, berasal dari bahasa Latin “ Contexere ” yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan jati diri yang terjalin bersama Weber’s New World dictionary, 1968. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia 18 nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Depdiknas, 2002. Johnson 2007: 57 menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Sebagai suatu sistem, CTL membantu siswa melihat makna dengan cara mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Sebagai suatu model pembelajaran, CTL memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL. Adapun ada tiga prinsip ilmiah yang sering digunakan, yaitu: prinsip saling ketergantungan interdepence , diferensiasi differetiation , dan pengorganisasian self organization . Prinsip pertama adalah prinsip ketergantungan, prinsip ini menuntun pada penciptaan hubungan, bukan isolasi. para pendidik dapat menolong siswa membuat hubungan-hubungan untuk menemukan makna Elaine B. Johnson, 2007: 75 Dalam prinsip diferensiasi differetiation , pembelajaran kontekstual menantang siswa untuk menghormati keunikan masing-masing,untuk menghormati perbedaan-perbedaan untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda dan menyadari bahwa perbedaaan menjadi suatu keragaman Elaine B. Johnson, 2007: 86. Prinsip yang ketiga yakni pengorganisasian diri self organization , sistem 19 CTL membantu siswa dalam mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapatkan manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian otentik, mengulas usaha-usaha dalam tujuan yang jelas dan standar tinggi serta kegiatan yang berpusat pada siswa. Ciri khas dalam pembelajaran kontekstualCTL adalah terdapat 7 prinsipkompenen pembelajaran. Adapun tujuh komponen utamanya, yaitu: konstruktivisme constructivism , inkuiri inquiry , bertanya questioning , masyarakat belajar learning community , pemodelan modelling , refleksi reflection , dan penilaian sebenarnya authentic assesment .

1. Konstruktivisme

constructivism Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata Rusman, 2011:193. Belajar yang bermakna menghadirkan pengetahuan dan proses-proses kognitif yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah. Sejalan dengan konsep belajar bermakna, Piaget mengemukakan bahwa pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau struktur kognitif. Perkembangan skema berlangsung terus menerus melalui adaptasi lingkungannya. Adaptasi dari lingkungan membentuk skema baru melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga terbentuk pengetahuan. 20 Asimilasi merupakan proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru kedalam skemata yang telah terbentuk. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam schemata yang telah terbentuk secara tidak langsung. Proses asimilasi tidak tidak menghasilkan perubahan skemata, melainkan pertumbuhan skemata secara kuantitas. Sedangkan akomodasi menghasilkan perubahan skemata secara kualitas Erman Suherman, 2001: 38. Struktur kognitif tersebut juga menjadi dasar dalam konstruktivisme. Esensi dari teori konstruktivisme adalah kegiatan siswa dalam menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi ini menjadi milik mereka sendiri. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide yang siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dari benak mereka sendiri. Untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan, guru harus bisa memfasilitasi siswa agar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pengalaman yang mereka dapatkan akan lebih bermakna.

2. Inkuiri

inquiry Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan telah diperkenalkan dalam pembelajaran inquiry and discovery Rusman, 2011:194.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas Xi Ips 2 Sma N 2 Su

0 6 17

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Implementasi Model Pembelajaran Generative Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

0 2 17

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Implementasi Model Pembelajaran Generative Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

0 2 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPA SD MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 36

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.

0 3 27

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 16

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

1 1 50