Masyarakat belajar Pemodelan Pembelajaran Kontekstual
25
C.
Kemampuan Berpikir Kritis 1.
Pengertian Berpikir dan Berpikir Kritis
Manusia adalah makhluk berpikir rasional. Manusia memiliki dorongan untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan berpikir terbentuk melalui aktivitas mental dan kognitif sejak manusia itu lahir. Dalam proses pembelajaran, siswa melakukan kegiatan
berpikir. Berpikir adalah aktivitas psikis yang intensional dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema yang harus dipecahkan. Solso
1988, dalam Sugihartono, dkk, 2007: 13 menyatakan bahwa berpikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru
melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran,
imajinasi dan pemecahan masalah. Santrock 2013: 375 memberikan pengertian
berpikir adalah
memanipulasi, mengolah
dan mentransformasikan informasi dalam memori. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan proses mental untuk memperoleh pengetahuan melalui interaksi yang kompleks
dalam mentransformasikan informasi. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir
dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Krulik dan Rudnick 1995: 2, menyebutkan bahwa bernalar berpikir mencakup
berpikir dasar
basic thinking
, berpikir kritis
critical thinking
, dan
26
berpikir kreatif
creative thinking
. Berpikir kritis adalah bagian dari berpikir tingkat tinggi kompleks.
Ennis 2011 menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Johnson 2007: 183 mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah. Menurut John W Santrock 2013: 359 berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif dan melibatkan evaluasi bukti.
R. Swartz dan D.N. Perkins dalam Izhab Zaleha Hassoubah 2007: 86 menyatakan bahwa berpikir kritis berarti:
a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang
akan diterima atau apa yang akan dilakukan dengan alasan yang logis. b.
Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan.
c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan
untuk menentukan serta menerapkan standar tersebut. d.
Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang mendukung suatu penilaian.
Menanamkan kebiasan berpikir kritis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang setiap saat akan hadir
dalam kehidupannya. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk