Konstruktivisme Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual

94 kubus, balok, tabung, dan kerucut. Siswa mengamati model bangun ruang dan mengidentifikasi sifat-sifatnya sesuai dengan langkah- langkah dalam Lembar Kerja Siswa LKS. Melalui kegiatan inkuiri, siswa belajar melakukan penyelidikan dengan langkah yang sistematis dan menggali informasi melalui pengembangan LKS yang dibuat peneliti tersebut pada lampiran 2. Pada siklus II, kegiatan siswa adalah menemukan jaring-jaring kubus dan balok. Guru membantu siswa menggunting rusuk-rusuk kardus bekas yang berbentuk kubus dan balok. Siswa melakukan kegiatan penemuan jaring-jaring kubus dan balok menggunakan media kado berbentuk kubus, kardus berbentuk balok, 6 buah persegi dan 6 buah segiempat. Siswa menyusun pola rangkaian 6 buah segiempat, lalu menggambar pola pada kertas berpetak. Setelah itu menggunting rangkaian pola yang digambar dan melipat rangkaian tersebut. Lalu, menentukan rangkaian mana yang membentuk bangun ruang atau tidak membentuk bangun ruang. Jika membentuk bangun ruang maka termasuk jaring-jaring kubusbalok. Jika tidak membentuk bangun ruang, maka bukan termasuk jaring-jaring bangun ruang.

c. Bertanya

Kegiatan bertanya dalam model pembelajaran CTL bermanfaat untuk menggali informasi, memperjelas konsep materi, dan mengetahui pemahaman siswa Trianto, 2010: 115. Siswa melakukan kegiatan bertanya pada siklus I dan II untuk memperjelas maksud soal maupun 95 prosedur dalam melaksanakan kegiatan inkuiri dalam LKS. Pada siklus I siswa bertanya kepada guru mengenai langkah kerja dalam LKS yang kurang jelas. Kegiatan bertanya tidak hanya siswa kepada guru tetapi juga guru kepada siswa. pertanyaan yang diajukan guru ketika awal pembelajaran untuk menggali informasi siswa dan mengingatkan pengalaman yang sesuai dengan materi agar siap dalam belajar. Selain bertanya kepada guru, siswa juga meminta pendapat siswa lain dalam satu kelompok dalam mencari jaring-jaring bangun ruang. pertanyaan siswa dalam menanyakan dan menanggapi ide dalam mencari pola susunan.

d. Masyarakat belajar

Komponen masyarakan belajar pada penerapan model pembelajaran kontekstual dapat membiasakan siswa untuk saling bekerja sama dalam memanfaatkan sumber belajar melalui kegiatan berbagi pengalaman Trianto, 2010: 116. Pada siklus I dan II komponen masyarakat belajar tampak melalui kerjasama dalam kelompok. Siswa saling bekerjasama dalam menemukan sifat-sifat bangun ruang dan menemukan jaring-jaring bangun ruang. Pada siklus I, siswa bekerjasama menemukan sifat-sifat bangun ruang dan saling membagi pengalaman dalam menjelaskan ciri-ciri bangun ruang yang ditemukan kepada siswa lain kelompok. Pada siklus II, siswa saling bekerja sama dan membagi tugas dalam menyusun segiempat, menggambar pola rangkaian, menentukan 96 jaring-jaring bangun ruang, dan menempelkan pola rangkaian pada kertas manila.

e. Pemodelan

Komponen pemodelan dalam pembelajaran kontekstualCTL membantu siswa belajar melalui berbagai model yang dapat ditiru siswa Rusman, 2011:196. Pemodelan dalam penelitian ini dengan mempelajari konsep matematika melalui benda konkret, siswa lain, dan guru. Pada siklus I, pemodelan menggunakan media benda konkret yang memudahkan siswa melihat benda-benda nyata, gambar benda nyata, dan model bangun ruang dalam menggolongkan benda tersebut ke dalam bangun ruang. Selain itu benda konkret juga membantu siswa dalam menemukan sifat-sifat bangun ruang. Selain menggunakan benda nyata, siswa dapat menjadi model dalam kegiatan berbagi pengetahuan melalui kegiatan berkunjung dan saling berbagi informasi. Pada siklus II, pemodelan terjadi ketika guru memodelkan cara menggunting wadah berbentuk kubus dan balok dalam menemukan jaring-jaring bangun ruang. Melalui pemodelan tersebut, siswa meniru langkah yang telah didemonstrasikan guru.

f. Refleksi

Komponen refleksi dalam pembelajaran kontekstualCTL memberikan kesempatas siswa untuk berpikir, menghayati, dan melakukan diskusi

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas Xi Ips 2 Sma N 2 Su

0 6 17

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Implementasi Model Pembelajaran Generative Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

0 2 17

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Implementasi Model Pembelajaran Generative Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

0 2 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPA SD MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 36

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.

0 3 27

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 16

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

1 1 50