Aspek Perkembangan Sosial Aspek Perkembangan Emosi

24

c. Bercerita tanpa Alat Peraga

Bercerita tanpa alat peraga disebut juga bercerita secara langsung. Penggunaan metode bercerita dengan teknik langsung ini dapat digunakan bersama-sama dengan metode bercakap-cakap. Guru, tanpa dibebani untuk memaksimalkan media dapat mendekati siswa, dapat bergerak ke sana kemari, dan melakukan tanya jawab dengan anak dengan leluasa. Menurut Wright 1998: 13-14, teknik bercerita ini sebaiknya digunakan jika guru memiliki alasan sebagai berikut : 1 Anak-anak merasakan sesuatu yang bersifat pribadi, yakni cerita dari guru, bukan dari buku. Sesuatu yang bersumber dari guru dapat diharapkan memiliki hubungan dengan kehidupan anak, karena guru hidup dalam lingkungan budaya yang relatif sama dengan anak. 2 Cerita guru yang bersumber dari pengalaman sehari-hari memiliki efek yang lebih kuat pada anak. 3 Lebih mudah bagi anak untuk memahami cerita yang diceritakan secara langsung dari pada memahami cerita yang disampaikan melalui buku. 4 Guru dapat melihat langsung reaksi anak muka, tubuh, pemahaman, dan perhatian dengan lebih cepat. 5 Guru dapat menggunakan bahasa yang sama dengan anak, yakni kata-kata yang sama-sama dimengerti anak dan guru. 25 Bercerita sacara langsung tanpa alat peraga memerlukan strategi dan langkah-langkah tertentu: 1 Jangan duduk membungkuk, posisi duduk tegap tetapi santai, 2 Pahami dengan baik cerita yang akan diceritakan: alur, tokoh, karakter tokoh, dialog-dialog, dan pesan yang terselip di dalamnya, 3 Maksimalkan ekspresi wajah dan gerak tangan untuk memerankan apa yang dialami tokoh, seperti sedih, panik, gembira, atau malu. 4 Sentuh perasaan anak apabila belum menunjukkan daya empati. 5 Sentuh, dekati, dan belailah anak jika diperlukan untuk membangkitkan kebesertaan atau engagement anak dalam cerita. 6 Sesekali keluarlah dari cerita untuk berdialog dengan anak sejenak. 7 Berikan pertanyaan cerita dan non-cerita pada anak setelah selesai bercerita. 8 Bimbing anak untuk malakukan refleksi melalui cerita. Tancapkan nilai-nilai edukasi dan moral pada diri anak.

d. Mengekspresikan Karakter Tokoh

Cerita anak pada dasarnya adalah wacana persuasif. Dikatakan demikian, karena cerita anak mementingkan pendengar, guna mempengaruhi, meyakinkan, dan mendorong perilaku tertentu. Guru dapat mengembangkan pengekspresian karakter melalui tiga ekspresi dasar yang dapat dikembangkan lebih jauh Tadkiroatun, 2008: 139- 142 yaitu: 1 Ekspresi Sedih