Menghidupkan Suasana Cerita Teknik Penyajian Cerita

29 mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.

6. Kelemahan Cerita dan Bercerita

Menurut Tadkiroatun 2008: 161-170, kelemahan atau masalah seputar cerita dan bercerita yang berhasil diidentifikasi, yaitu: a Cerita Tuna Makna Cerita tuna makna adalah cerita, namun ia tidak menyuguhkan suatu deskripsi nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai kehidupan yang dapat diidentifikasi, diinterpretasi, dihayati, dan dimiliki oleh siswa. Cerita tuna makna tidak berusaha mentranmisikan budi pekerti luhur, seperti tolong menolong, toleransi, hormat- menghormati, patuh pada orang tua, rendah hati, disiplin diri, dan mengembangkan kepekaan nurani. b Interpolasi dan Korupsi Berlebihan Interpolasi yang menyangkut fakta cerita, seperti peristiwa yang ditambah-tambah, munculnya nama-nama baru yang disengaja, dan dialog-dialog yang tidak gayut membuat cerita sejarah kehilangan kesejarahannya. Selain interpolasi, korupsi yang berlebihan pun merupakan masalah. Banyaknya unsur-unsur cerita yang hilang dapat mengakibatkan sebuah cerita menjadi tidak jelas dan membingungkan. c Improvisasi Lepas Konteks 30 Improvisasi yang dilakukan tanpa melihat kadar dan kepentingan dalam cerita dapat dikategorikan sebagai improvisasi lepas konteks. Improvisasi ini terjadi karena pencerita terlalu intens atau masuk-merasuk kedalam improvisasinya sendiri, sehingga beresiko kehilangan kaitan dengan cerita. d Imajinasi Tak Terkendali Masa anak-anak adalah masa perkembangan imajinasi. Namun adakalanya, anak mengalami kesulitan membedakan dunia nyata dan dunia khayali. Karena latar belakang pengetahuan anak belum maksimal, mereka belum dapat membedakan bahwa apa yang ada dalam cerita belum tentu ada dalam realita. Ketika diceritakan tentang cerita makhluk halus misalnya, anak-anak menganggap bahwa cerita itu betul-betul nyata. Hal ini menunjukkan bahwa fantasi telah menguasainya. Si anak merasa diikuti oleh bayang-bayang tokoh jahat dalam cerita itu. Menurut Walgito 1997: 102-104, dengan fantasi anak dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Anak akan terus terbawa ke alam yang tidak nyata. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode cerita akan terjadi karena adanya cerita tuna makna, interpolasi dan korupsi berlebihan, improvisasi lepas konteks, dan imajinasi tak terkendali.