Pengertian Metode Cerita Kajian tentang Metode Cerita

19 melalui pertanyaan dan jawaban, nasehat pencerita yang sejenak keluar dari cerita, atau dialog antar tokoh. Amanat mencakup segenap persoalan hidup dan kehidupan, seluruh masalah yang mencakup harkat dan martabat manusia. Secara garis besar, persoalan manusia itu dapat dibedakan menjadi persoalan manusia hubungannya dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungannya dengan alam, manusia dengan tuhan, dan manusia dengan dirinya sendiri.

c. Plot atau Alur Cerita

Plot adalah peristiwa-peristiwa naratif yang disusun dalam serangkaian waktu. Walaupun berisi urutan kejadian, tiap kejadian dalam plot dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain. Cerita anak seyogyanya disesuaikan dengan daya perhatian dan memori span anak. Karena rentang memori anak masih terbatas dan rentang atensi atau perhatian anak masih berkisar 15 menit, maka tidak bijaksana jika anak disuguhi cerita yang panjang. Anak-anak justru akan merasa bosan mendengarnya.

d. Latar

Latar adalah unsur cerita yang menunjukkan kepada penikmatnya di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung. Latar dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok- 20 kelompok sosial, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari cerita. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah tempat didalam wujud fisiknya seperti kolam ikan, gunung, pantai, lubang, sungai, jalan Sudjiman, 1992: 44-45.

e. Sarana Kebahasaan

Cerita, karena disampaikan dengan kata-kata, disebut dunia dalam kata. Sebab, “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata. Agar apa yang disampaikan itu sampai kepada penikmat yang dituju dan juga bisa dipahami, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat usia, sosial, dan pendidikan penikmatnya. Jadi karakteristik cerita terdiri dari tema, amanat, latar, sarana kebahasaan dan plot atau alur cerita yang menjadikan metode cerita bisa digunakan oleh orang tua atau guru dengan lebih baik dalam memberikan cerita pada anak.

3. Aspek-aspek yang Perlu Dikembangkan melalui Cerita

Menurut Tadkiroatun 2008: 47-67, aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dikembangkan dalam sebuah cerita meliputi:

a. Aspek Perkembangan Bahasa

Cerita dalam konstelasi ini, dimaksudkan sebagai stimulus perkembangan bahasa anak secara komprehensif. Oleh karena cerita disampaikan melalui bahasa, maka pengembangan aspek-aspek linguistik pun perlu memperoleh prioritas. 21 Cerita juga dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan bahasa daerah, terutama agar anak tidak kehilangan kesempatan untuk mengakuisisi bahasa daerah ragam tinggi. Hal tersebut mendorong anak berperilaku baik. Anak-anak yang terbiasa berkomunikasi dalam bahasa daerah ragam tinggi cenderung bersikap sopan dan mampu menahan diri Monks, 1998: 148.

b. Aspek Perkembangan Sosial

Aspek perkembangan sosial yang perlu dikembangkan melalui cerita anak adalah: 1 Kecakapan berkawan yang meliputi konsep asosiasi, konvensasi percakapan, rasa memiliki, dan persahabatan. 2 Kecakapan berbuat baik yang meliputi kecakapan merawat, bersikap lemah lembut, kecakapan menolong, dermawan, melindungi, mengembangkan kepekaan, dan kepedulian. 3 Kecakapan berteman dan berbelas kasih; yang meliputi kemampuan menerima perbedaan bangsa, suku, agama, dan usia.

c. Aspek Perkembangan Emosi

Proses perkembangan anak akan maksimal hanya jika anak- anak itu mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan pertumbuhan struktur intelektual dan mempraktikkan sosial dan membina hubungan dengan orang lain. Keluasan konteks bersosialisasi anak memberikan pengalaman pada anak bagaimana