22
harus mengasosiasikan emosi dasar, memahami perasaan, dan mulai menyadari konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya.
d. Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif ditunjukkan dengan perkembangan kemampuan merencanakan, menggunakan strategi untuk mengingat
dan mencari solusi permasalahan Brewer, 1995: 26. Hal tersebut diwujudkan dalam jawaban anak mengenai fakta dan sarana cerita.
Cerita juga dapat mendorong perkembangan moral karena amanatnya didasarkan pada konsep keadilan, tingkah laku, etika, dan
kejujuran. Hal tersebut dilandasi oleh berbagai kaidah yang berkonteks, membina anak berpikir secara rasional tentang salah dan
benar. Cerita dapat dianggap sebagai “pengajaran” salah-benar serta realisasi nilai-nilai yang didasarkan pada pertimbangan afektif dan
eksperensial. Jadi aspek-aspek yang perlu dikembangkan orang tua atau guru
dalam memberikan metode cerita pada anak adalah aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan sosial, aspek perkembangan emosi, dan
aspek perkembangan kognitif. Dari aspek-aspek yang dikembangkan dalam metode cerita tersebut menjadikan anak bisa mengembangkan
kepribadiannya sesuai dengan tujuan dari tema cerita yang dipaparkan.
4. Teknik Penyajian Cerita
Untuk menyajikan cerita secara menarik, diperlukan beberapa persiapan Tadkiroatun, 2008: 119-147, diantaranya:
23
a. Memilih dan Mempersiapkan Tempat
Aktivitas bercerita tidak harus dilakukan di dalam kelas. Kegiatan bercerita dapat dilakukan di mana pun, asal memenuhi
kriteria kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti di teras,
di kelas, di bawah pohon, di ruang tamu, di kebun binatang, di dalam mobil, bahkan di arena bermain anak-anak. Pada prinsipnya, yang
terpenting tempat tersebut dapat menampung semua anak, nyaman, teduh, bersih, dan aman.
Apabila ruangan yang disediakan relatif besar dan jumlah anak relatif banyak, tempat ditata semi melingkar, setengah oval, separuh
empat persegi panjang. Penataan ini memungkinkan anak lebih dekat dengan pencerita sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Oleh
karena itu, kehadiran pengeras suara akan sangat membantu kelancaran proses penceritaan.
b. Bercerita dengan Alat Peraga
Cerita dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu yang disebut sebagai bercerita dengan alat peraga. Alat peraga yang paling
sederhana adalah buku, kemudian gambar, papan panel, boneka, dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan ketrampilan tersendiri
yang memungkinkan penggunaan alat peraga itu berfungsi optimal.