16
dapat menurunkan fungsi-fungsi kekebalan tubuh, bahkan pola-pola respon yang lemah terhadap kesulitan dapat menyebabkan depresi
Canivel, 2010: 10. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori-teori yang
telah berkontribusi dalam menciptakan konsep kecerdasan adversitas ada tiga, yaitu psikologi kognitif, neurophysiologi, dan psikoneuroimunologi.
3. Dimensi Kecerdasan Adversitas
Stoltz 2007: 140 menjelaskan lebih dalam terkait kecerdasan adversitas. Kecerdasan adversitas terdiri atas empat dimensi, yaitu control
atau pengendalian, origin and ownership atau asal-usul dan pengakuan, reach atau jangkauan, dan endurance atau daya tahan. Dari keempat dimensi
tersebut memiliki akronim yang disebut dengan CO2RE. Adapun keempat dimensi dari kecerdasan adversitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kendali Control
Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana individu memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri ketika menghadapi sebuah
kesulitan Stoltz, 2005:141. Individu yang kecerdasan adversitasnya tinggi, akan cenderung mampu melakukan pengendalian yang kuat
terhadap peristiwa buruk, mampu bertahan dalam situasi yang sulit, memiliki tekat yang kuat dan tidak mudah menyerah, serta akan
membawa pengaruh positif terhadap tindakan dan pikiran saat mengalami situasi yang sulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Canivel
2010: 11, semakin tinggi pengendalian diri maka individu akan
17
menghasilkan tindakan yang positif. Sedangkan individu yang memiliki kecerdasan adversitas yang rendah, akan semakin kecil pula kendali yang
dirasakan, dan berakibat individu tersebut tidak berdaya dalam menghadapi kesulitan serta menyerah terhadap nasib.
b. Asal-usul dan pengakuan Origin and Ownership
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yakni siapa atau apa yang menjadi penyebab timbulnya kesulitan origin dan sejauh mana individu
dapat mengakui akibat dari kesulitan tersebut ownership. Origin berkaitan erat dengan penyesalan atau menyalahkan diri sendiri.
Menyalahkan diri sendiri itu baik, tetapi terkadang menjadi tidak baik atau destruktif kalau hal tersebut terjadi secara berlebihan. Individu yang
kecerdasan adversitasnya rendah, akan cenderung melihat dirinya sebagai satu-satunya penyebab dari timbulnya suatu kesulitan atau dalam hal lain
cenderung merasa bersalah secara berlebihan. Rasa bersalah memiliki dua fungsi penting. Pertama, rasa
bersalah dapat membantu individu untuk belajar dan menyesuaikan tingkah laku, sehingga dengan menyalahkan diri sendiri individu akan
melakukan perbaikan Canivel, 2010: 11. Kedua, rasa bersalah itu menjurus pada penyesalan. Penyesalan dapat membuat individu
mempertimbangkan apakah ada hal-hal yang dilakukan telah melukai hati individu lain. Perlu ditegaskan bahwa rasa bersalah atau penyesalan
dalam takaran yang wajar akan berdampak baik, namun sebaliknya jika penyesalan yang berlebihan akan menjadi destruktif. Semakin rendah
18
kecerdasan adversitas pada individu, maka semakin besar kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri, melampaui titik batas konstruktif, tapi
individu dengan kecerdasan adversitas yang tinggi akan belajar lebih baik dan efektif ketika selanjutnya menghadapi kesulitan yang sama Canivel,
2010: 11-12. Jadi dapat disimpulkan, semakin rendah kecerdasan adversitas
pada dimensi origin maka semakin besar pula kecenderunagn individu untuk menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Sebaliknya, semakin
tinggi kecerdasan adversitas, maka semakin besar kecenderungan individu menganggap penyebab timbulnya kesulitan berasal dari orang
lain atau dari luar dan menganggap penyebab kesulitan berasal dari dalam diri individu secara wajar.
Ownership berkaitan dengan individu mengakui keterlibatannya atas kesulitan yang ada serta bertanggung jawab semestinya atas
kesulitan yang terjadi. Semakin tinggi skor pengakuan ownership, semkain besar pula individu mengakui akibat dan bertanggung jawab atas
suatu perbuatan, apapun penyebabnya. Sebaliknya, semakin rendah skor pengakuan, semakin besar kecenderungan individu untuk menyalahkan
orang lain, tidak mengakui atau bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi, apapun penyebabnya.
c. Jangkauan Reach