105
individu akan belajar untuk menjadi lebih baik dan cerdas saat menghadapi situasi sulit yang sama.
c. Kecerdasan adversitas berdasarkan dimensi jangkauan reach
Pada dimensi kecerdasan adversitas yaitu jangkauan reach, terdapat 57 mahasiswa 29 berada pada kategori tinggi, sejumlah 125
mahasiswa 64 berada dalam kategori sedang, dan 13 mahasiswa 7 berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
mahasiswa BK yang menjadi sampel penelitian berada pada kategori sedang berdasarkan dimensi jangkauan reach, yang berarti mahasiswa
Bimbingan dan Konseling memiliki kemampuan yang cukup baik dalam membatasi kesulitan yang dialami agar tidak berpengaruh buruk terhadap
aspek kehidupan lain, namun terkadang individu juga kurang dapat membatasi kesulitan agar tidak berdampak buruk terhadap aspek
kehidupan lain. Stoltz 2007: 161 menjelaskan bahwa individu yang memiliki skor rendah pada dimensi jangkauan akan semakin tidak berdaya
dan kewalahan ketika berhadapan dengan situasi yang sulit. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan yang kurang dalam
membatasi kesulitan yang dialami. Sejalan dengan hal tersebut, Canivel 2010: 23 menyatakan bahwa individu dengan jangkauan yang rendah,
dapat mempengaruhi aspek lain dari kehidupan seperti panik, menjauh dari orang lain dan tidak dapat mengambil keputusan dengan baik.
106
d. Kecerdasan adversitas berdasarkan dimensi daya tahan endurance
Kecerdasan adversitas
berdasarkan dimensi
daya tahan
endurance, terdapat 14 mahasiswa 75 termasuk dalam kategori tinggi, sebanyak 49 mahasiswa 25 termasuk dalam kategori sedang,
dan tidak terdapat mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi sampel penelitian memiliki skor tergolong rendah pada dimensi daya tahan
endurance. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi sampel penelitian berada pada
kategori tinggi pada dimensi daya tahan endurance, yang berarti mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam hal daya tahan saat
menghadapi situasi yang sulit. Sejalan dengan hasl tersebut, Stoltz 2007: 164 menyatakan bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi
daya tahan endurance menganggap bahwa kesulitan yang terjadi merupakan sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil
kemungkinannya terjadi lagi. Sementara itu, Cornista Macasaest 2013: 52 menyatakan bahwa individu dengan skor kecerdasan adversitas yang
tinggi pada dimensi daya tahan, memiliki kemampuan yang baik untuk melewati, serta tetap memiliki harapan dan optimisme untuk dapat
melewati situasi yang sulit. Berdasarkan masing-masing dimensi, dapat diketahui hasil yang
rata-rata berbeda dari melihat skor kecerdasan adversitas secara umum. Meskipun pada skor secara umum tidak ditemukan mahasiswa yang
memiliki skor rendah atau termasuk dalam kategori rendah, namun pada
107
dimensi jangkauan reach terdapat beberapa mahasiswa yang tergolong pada kategori rendah.
Dari masing-masing dimensi pula dapat diketahui, meskipun mayoritas mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menjadi sampel
penelitian memiliki kecerdasan adversitas yang tergolong tinggi namun jika dilihat dari dimensi kendali control dan jangkauan reach, kategori
sedang masih memiliki persentase yang besar. Dengan kata lain, mahasiswa Bimbingan dan Konseling memiliki kemampuan yang cukup
dalam mengendalikan diri serta kesulitan dan kemampuan yang cukup dalam membatasi masalah atau kesulitan terhadap sisi kehidupan lain.
Keadaan tersebut menunjukkan meskipun mahasiswa Bimbingan dan Konseling telah dapat memahami penyebab timbulnya kesulitan dan
mampu menganggap bahwa peristiwa buruk atau kesulitan yang terjadi merupakan sesuatu yang bersifat sementara, pada keadaan sulit tertentu
masih mengalami kesulitan dalam mengendalikan diri dan situasi sulit, serta kurang mampu membatasi kesulitan agar tidak mempengaruhi aspek
kehidupan lain. Selain membahas kecerdasan adversitas secara umum pada
mahasiswa Bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dan berdasarkan dimensi, peneliti juga
akan membahas kecerdasan adversitas mahasiswa Bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
108
berdasarkan jenis kelamin, usia, semesnter, Indeks Prestasi Kumulatif IPK, dan pengalaman organisasi.
3. Kecerdasan Adversitas Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Semester, IPK, dan Pengalaman Organisasi
a. Kecerdasan adversitas berdasarkan jenis kelamin