Ruang Sayuran Kesimpulan Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage Di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang

Tabel 19. Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Ruang Sub Ruang Aktivitas Tipe Aktivitas Intesitas Aktivitas Fasilitas Ruang Agrowisata  Ruang Tanaman Hias dan Buah  Pengamatan aktivitas budi daya oleh petani  Menikmati pemandangan lanskap pertanian dan pegunungan yang ada disekitar tapak  Bersantai, istirahat, berfoto.  Memetik buah, membeli tanaman hias  Pasif dan aktif  Intensif  rumah makan, saung peristirahatan, parkir, gedung pusat tanaman hias, gedung pengelola, papan informasi.  Ruang Teknologi Pertanian  Pengamatan dan praktek inovasi teknologi berupa pembuatan pakan ternak  Pengamatan aktivitas kemasyarakatan dan kebudayaan Desa Ketep  Pengamata ragam tanaman hias warga  Mengamati arsitektur rumah warga  Pasif dan aktif  Intensif dan semi intensif  Gedung pembuatan pakan, koridor taman, parkir, nursery tanaman hias warga, saung, toilet  Ruang Tanaman Sayuran  Pengamatan dan mencoba secara langsung budi daya tanaman, out bond, istirahat, bersantai, pengamatan terhadap kehidupan masyarakat  Pasif dan Aktif  Intensif dan semi intensif  Area pembibitan, lahan percobaan, fasilitas outbond sederhana, saung istirahat, area penerimaan, pasar, gedung pengelola  Ruang Peternakan  Pengamatan terhadap aktivitas peternakan  Pengamatan dan turut serta dalam proses pengolahan produk  Bersantai, istirahat  Pengamatan terhadap kehidupan bermasyarakat  Pasif dan aktif  Intensif dan semi intensif  Gedung pengolahan produk, kandang komunal, tempat beristirahat, jalan, toilet, rumah makan, Lanjutan Tabel 19 Ruang Sub Ruang Aktivitas Tipe Aktivitas Intesitas Aktivitas Fasilitas  Ruang Penunjang Agrowisata  Ruang Penerimaan  Akses Informasi wisata secara lengkap  Pasif  Intensif  Gerbang, papan informasi dan penunjuk arah  Ruang Pelayanan  Istirahat, makan dan minum, membeli tiket, menyewa guide dan trasnportaski wisata, parkir kendaraan, akses informasi wisata, beribadah, berbelanja, menikmati pemandangan  Pasif  Intensif  Gedung istirahat, gedung pengelola, kios, mushola, loket, pusat informasi, tempat parkir, toilet, penyewaan kendaraan, papan informasi.  Ruang Masyarakat  Mengenal aktivitas dan kebudayaan masyarakat setempat  Pasif  Semi Intensif  Jalur masyarakat dan lingkungan kemasarakatan yang ada  Ruang Non Agrowisata  Ruang Penyangga  Pemenuhan produksi internal masyarakat  Aktif  Intensif -  Ruang Konservasi - - - - 2 Ruang Konservasi Ruang ini dapat pula disebut ruang proteksi. Fungsi utama dari ruang ini yaitu sebagai pelindung tanah dan air yang ada pada tapak. Aktivitas yang ada hanyalah aktivitas pasif dan terbatas untuk memastikan kalau daerah ini aman dari lingkungan luar. Jalur - jalur yang ada hanyalah jalan setapak yang dimaksudkan agar tidak banyak orang yang menuju ke sana. Ruang ini akan banyak mengisi daerah-daerah dengan kemiringan tinggi, daerah mata air, dan daerah lembah yang biasa sebagai daerah resapan air. Hampir disetiap dusun akan memiliki ruang ini sehingga persebaran daerah ini akan merata ke seluruh desa mengingat daerah Ketep merupakan daerah yang berbukit.

4.3.2 Rencana Fasilitas dan Utilitas

Rencana fasilitas dibuat berdasarkan jenis aktivitas yang akan dikembangkan di desa. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang melibatkan keikutsertaan pengunjung terhadap kegiatan pertanian. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas aktif diantaranya adalah aktivitas budi daya seperti penyiapan lahan, pengolahan hasil pertanian, dan pengepakan produk. Sedangkan aktifitas pasif yaitu berupa pengamatan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap aktivitas yang ada. Secara khusus, rencana fasilitas pada daerah pengembangan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 21. Bahan-bahan umum yang digunakan tentu menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah di dapat terutama dari daerah setempat. Proses pengerjaannya pun dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dari aspek desain, pelibatan masyarakat dalam pengerjaan fasilitas akan memudahkan masyarakat setempat untuk mempertahankan ketradisionalan dari kawasan itu sendiri. Fasilitas-fasilitas yang dikembangkan akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui kelembagaan yang ada dan akan mengelola agrowisata tersebut. Tabel 21. Rencana Faslitas dan Utilitas No Fasilitas pelayanan wisata Luasm2 atau ukuranm Jumlah Gapura P=12, L=10 m, T=3 3 buah Papan penanda P=1, L=0,5, T=3 10 buah Papan informasi P=1, L=0,5, T=3 10 buah Pos jaga 16 m 2 5 buah Parkir bus, motor, mobil Ls=10000 m 2 , Ls=1000 m 2 1 parkir utama, 3 parkir sekunder Kantor pelayanan Ls=500 m 2 5 buah Masjid Ls=1000 m 2 5 buah Pasar lokal Ls=2500 m 2 1 buah Gerai penjualan Ls=40 m 2 4 buah Kantin Ls=1000 m 2 2 buah Toilet P=6, L=3, T=3 50 buah Fasilitas Agrowisata Dan Wisata Umum Lahan percobaan 5000 m 2 1 buah Jalan Ls=2000 m 2 Pengemasan hasil 1000 m 2 5 buah Pengolahan hasil 1000 m 2 5 buah Saung makan P=6, L=3, T=3 10 buah Saung santai P=6, L=3, T=3 10 buah Area pandang 4000 m 2 1 buah Fasilitas Penunjang Wisata Air bersih PDAM, mata air 4 buah Listrik PLN 1 Telekomunikasi TELKOM, HP 1 Pengolahan limbah Ls=7000 m 1 Promosi Iklan, website, pamflet, laeflet Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu fasilitas yang sesuai terhadap fungsi ruang. Fasilitas yang diutamakan yaitu fasilitas yang fungsional dan tradisional sehingga mudah untuk dilakukan pemeliharaan. Fasilitas dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk memberikan kesan alami tetapi tidak menghilangkan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakannya. Pengadaan dari saranan tersebut tentu diutamakan berasal dari bahan-bahan yang mampu diproduksi oleh masyarakat setempat. a b a b Gambar 23. Ilustrasi Fasilitas pada ruang pelayanan a tempat istirahat, b gedung Pengelola, c masjid, d tempat parkir Rencana utilitas yang akan dikembangkan di dalam agrowisata ini yaitu pengadaan air bersih mealui penyaluran air dari mata air, pengadaan peralatan telekomunikasi, listrik, tempat pengolahan limbah baik padat maupun cair serta sarana untuk promosi.

4.3.3 Rencana Sirkulasi

Jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga pengguna dapat memperoleh keuntungan baik secara ekonomi maupun fungsi Laurie 1986 dalam Hapsari 2008. Untuk mendapatkan hal tersebut maka konsep sirkulasi yang diangkat yaitu dengan memanfaatkan jalan yang sudah ada pada tapak dengan disertai penambahan dan perbaikan rute sirkulasi. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati kunjungannya tanpa menghilangkan interaksi dengan masyarakat sekitar. Sirkulasi pada tapak akan dibagi menajadi dua bagian berdasarkan kepentingannya. Keduanya yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pengunjung agrowisata untuk menikmati setiap objek dan atraksi yang ada di dalam tapak. Jalur ini dibagi atas 3 jalur kembali yaitu jalur primer, sekunder, dan tersier. Ilustrasi Jalur primer tampak seperti pada Gambar 24. Gambar 24. Ilustrasi Jalan Primer pada Tapak Jalur primer adalah jalan yang khusus bagi kendaraan yang berwisata yang menghubungkan sub-sub zona pada zona agrowisata. Jalur ini menggunakan pola loop melingkar sehingga seluruh objek dan atraksi wisata dapat terhubung satu dengan yang lainnya. Lebar jalur ini kurang lebih 6 meter dan beraspal sehingga memudahkan kendaraan untuk melaluinya. Pada tapak, jalur ini merupakan jalan kolektif. Selain jalur tersebut akan ada penambahan jalur primer berupa jalan satu arah dengan lebar 5 meter yang menghubungkan antara Dusun Gintung, Dusun Gondang Sari dan Gapura Perbatasan Ketep-Banyuroto di arah Timur. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat lebih mudah mengakses atraksi yang ada dan juga untuk mengurangi penumpukan pengunjung di Ketep Pass pada saat-saat tertentu. Jalur sekunder adalah jalur wisata yang diperuntukkan bagi kendaraan kecil dan pejalan kaki. Jalan ini direncanakan mengambil jalur eksisting yang berada di Dusun Ketep dan Dusun Dadapan. Jalur ini dapat menghubungkan antara Dusun Ketep dengan Dusun Gintung serta Puluhan secara lebih cepat. Jalur ini memiliki lebar kurang lebih 5 meter. Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang khusus diperuntukan bagi pemenuhan kehidupan masyarakat dan produksi. Jalur ini terbagi menjadi dua jenis yaitu jalur primer dan sekunder. Jalur primer adalah jalur yang diperuntukkan bagi kendaraan pribadi, produksi dan angkutan umum. Jalur ini bersifat dua arah, sedangkan jalur sekunder merupakan jalur pejalan kaki bagi warga yang menghubungkan antara satu rumah dengan rumah yang lainnya serta rumah dengan kebun mereka.

4.3.4 Rencana Tata Hijau

Konsep tata hijau direncanakan dengan dasar untuk melindungi tanah dan air, melestarikan plasma nutfah, member kenyamanan dan mampu memberikan ciri khas kawasan sebagai daerah yang berhawa sejuk tetapi sulit air. Untuk memaksimalkan potensi maka tata hijau yang digunakan berasal dari tanaman lokal dan sesuai dengan kondisi lahan. Berdasarkan fungsi dan peruntukannya maka tata hijau akan dibagi menjadi tata hijau konservasi, tata hijau penyangga, tata hijau peneduh dan tata hijau budi daya. Tata hijau konservasi diperuntukkan pada daerah-daerah pada tapak yang memiliki potensi bahaya. Untuk melengkapi dari penataan ini maka lahan-lahan yang ada di tapak digunakan pola terasering. Selanjutnya yaitu tata hijau penyangga. Tata hijau ini berisi ladang - ladang penduduk dan area semak belukar yang ada. Ketiga yaitu tata hijau peneduh yang digunakan untuk ruang aktivitas pasif pada daerah penghubung. Terakhir adalah tata hijau budi daya yang merupakan tanaman yang sengaja ditanam oleh penduduk untuk diambil manfaatnya. Penataan ruang hijau atau penghijauan sangatlah penting bagi tapak meskipun tapak sudah tampak hijau yang dipenuhi oleh pepohonan. Hal itu dimasksudkan agar kawasan agrowisata ini memiliki ciri khas. Elemen hijau yang mengisi kawasan adalah tanaman yang diprioritaskan memiliki beberapa spesifikasi. Spesifikasi tersebut yaitu : 1. pengisi lahan yang produktif baik pada lahan pertanian ataupun non lahan pertanian 2. memiliki manfaat mengikat air tanah 3. memiliki jenis akar yang memperkuat struktur tanah 4. memiliki nilai orologis kemampuan untuk meredam erosi 5. memiliki nilai estetika 6. memperkuat ciri lokal “Spirit of Place” Merapi Merbabu yang memiliki hawa sejuk tetapi sulit air. beberapa alternatif tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam dalam perencanaan tata hijau dapat berasa dari golongan pohon, semak, penutup tanah, rumpu dan tanaman merambat. Beberapa tanaman yang direkomendasikan yaitu : 1. Rumput Gajah Rumput gajah atau yang sering dikenal dengan Pennisetum pupureum. Selain dapat menahan laju erosi ketika musim hujan juga bermanfaat sebagai penyedia pakan ternak. Disamping itu pembudidayaannyapun sangat mudah yaitu dengan metode stek yang sudah dipahami oleh masyarakat setempat. Tanaman ini direkomendasikan ditanam sebagai pembatas pada tegalan penduduk dan juga pada pinggir jalan desa ataupun pada lahan-lahan yang masih menganggur. 2. Bambu Tanaman ini juga sangat baik dalam menahan laju erosi. Tanaman ini direkomendasikan untuk ditanam pada area yang memiliki kemiringan 45 sangat curam. Akar bambu yang kuat serta daunnya yang rapat mampu mengikat tanah dan mengurangi detouchment pada tanah pada saat hujan turun. Jenis - jenis bambu yang dapat ditanam yaitu Bambu Apus Gigantochloa apus, Bamboo Ater Gigantochloa verticillata, Buluh Betung Dendrocalamus asper dan Awur Duri Bamboosa bambos. 3. Sengon Laut Tanaman ini dikenal dengan nama Albizzia falacata. Albisia memiliki sistem perakaran yang dalam yang mampu mengikat tanah. Ia mampu bertahan pada konsisi basah maupun kering. Ia pun mudah diperbanyak yaitu dengan biji. Pola penanamannya dapat berupa barisan ataupun teratur disela-sela tanaman budi daya. Selain tanaman diatas, pada daerah-daerah tertentu diperlukan juga jenis tanaman yang berbeda. Pada tepian jalan direkomendasikan untuk menanam tanaman damar Agatis damara. Secara arsitektur, pohon damar yang disusun secara ritmis dapat difungsikan sebagai pengarah jalan. Selain itu, pada jalan-jalan dusun dapat pula ditanam tanaman bunga-bungaan serta kebun warung hidup yang dapat memperindah lingkungan serta meningkatkan daya pikat kunjungan. Hasil perencanaan lanskap agrowisata perdesaan berbasis ecovillage di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang disajikan pada Gambar 25. Gambar tersebut menerangkan secara utuh perencanaan lanskap agrowisata dari Desa Ketep. V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Desa Ketep merupakan salah satu desa yang memiliki karakter perbukitan yang didominasi oleh lanskap pertanian. Berdasarkan hasil analisis CSA yang menunjukkan angka 779 maka daerah ini dapat dinyatakan sebagai daerah yang akan terus berlanjut baik secara ekologi, sosial dan spiritualnya. 2. Terdapat beberapa objek dan atraksi yang berpotensi untuk dikembangkan di desa ini. Seluruh potensi itu berasal dari karakter yang melekat pada desa yakni perbukitan dan pertanian. Diantara objek dan atraksi tersebut yaitu aktivitas budi daya pertanian yang telah lama berkembang, kekhasan dan keaslian masyarakat setempat, serta pemandangan yang menarik berupa hamparan lanskap perbukitan serta pegunungan. 3. Perencanaan agrowisata dilakukan dengan mengikuti konsep perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis pendidikan yang memadukan antara potensi aktivitas budidaya pertanian dengan kondisi alam yang merupakan daerah konservasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Perencanaan berbasis ecovillage ini berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga mempertahankan keberlanjutan dari tapak. Ruang yang direncanakan terbagi menjadi tiga yaitu ruang agrowisata 40165ha, ruang penunjang agrowisata 1772 ha, dan ruang non agrowisata 47182 ha. Pada masing-masing ruang terdapat fungsi-fungsi tertentu seperti penerimaan, pelayanan, budidaya, pasca panen dan ruang lainnya yang sesuai dengan ruang yang ada. Aktivitas yang dapat dilakukan di dalam agrowisata ini dapat berupa aktivitas aktif dan pasif. Kegiatan tersebut didukung dengan direncanakannya fasilitas yang memadai yang mencakup fasilitas wisata agro dan fasilitas pelayanan. Selain itu, penambahan utilitas seperti air bersih, listrik, pengolahan sampah dan limbah, dan komunikasi serta promosi akan semakin memperkuat keberadaan agrowisata Desa Ketep ke depannya.

5.2 Saran

1. Pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten perlu bekerjasama dalam mengembangkan kawasan ini berbasis ecovillage agar keberlanjutannya dapat terus bertahan. 2. Pembentukan manajemen terpadu antara masyarakat desa dan juga pihak pengelola Ketep Pass akan sangat membantu dalam pengembangan organisasi masyarakat untuk mengelola dua objek wisata secara bersama- sama dan terpadu agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat setempat. 3. Perencaan ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian lanjutan berupa perancangan untuk masing-masing dusun dan ruang – ruang pengembangan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor: IPB Press. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2007. Kabupaten Magelang Dalam Angka. Magelang: BPS Kabupaten Magelang. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2007. Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Dalam Angka. Magelang: BPS Kabupaten Magelang. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei Tanah dan Lahan. 2001. Peta Desa Ketep Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Bogor: Bakosurtanal. Basyir, Dani A. 2007. Evaluasi Keberlanjutan Masyarakat Desa Di DAS Cisadane Menuju Ecovillage [skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Brscic, Kristina. 2006. The Impact of Agrotourism on Agricultural Production. Journal Central European Agriculture vol. 7 No. 3 Nov. 2006. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2007. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. http:www.ditjen-otda.depdagri.go.idotonomiuu.php. [21 Januari 2009] [Deppu] Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Undang-Undang No. 24 Tahun 1994 Tentang Penataan Ruang. www.pu.go.id. [10 Mei 2010] [Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Laporan Akhir Identifikasi Dan Evaluasi Potensi Lahan untuk Perwilayahan Komodistas Pertanian Untuk Mendukung Prima Tani Di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Bogor: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. [Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Studi Pemahaman Desa Secara Partisipatif Dalam Rangka Perencanaan Prima Tani Kabupaten Magelang. Semarang: BPTP Provinsi Jawa Tengah. [DPTR] Dinas Permukiman Dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2004. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Bukit Ketep. Semarang: DPTR Jawa Tengah. [DSPM] Dinas Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat. 2007. Daftar Isian Potensi Desa Ketep. Magelang: DSPM Kabupaten Magelang. Echols, John M dan Shadily Hassan. 2003. Kamus Inggris Indonesia : An English- Idonesian Dictionary. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Galih, M. 2009. Ketep Pass Meneropong Gagahnya Merapi. www.mistergalih.com [17 Juni 2011] Global Ecovillage Network. 2007. Community Suistainability Asessment. gen.ecovillage.org [21 Januari 2009] Gold, SM. 1980. Recreation Planning Design. New York: Mc Graw Hill. Gunawan, AW, dkk. 2007. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Bogor : IPB Press. Gunn, C.A. 1997. Vacationscape: Developing Tourist Area. USA: TaylorFrancis Hardjowigeno, S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Hapsari, Betri AE. 2008. Perencanaan Lanskap Bagi Pengembangan Agrowisata Di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang [skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kusudianto. 2009. Pengantar Industri Pariwisata. http:jurnal- sdm.blogspot.com200908pengantar-industri-pariwisata-definisi.html [30 Maret 2010] Marsh, William M. 2005. Landscape Planning Enviromental Applications. Hoboken : John Wiley Sons, Inc. Nurlaelih, Euis. 2005. Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan ecovillage Dalam Pengelolaan Lanskap Perkampungan Tradisional : Studi Kasus : Perkampungan Sunda Di DAS Cianjur, Jawa Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian IPB. Pattiro. 2009. Geografis dan Demografis Kab. Magelang. http:commons.wikimedia.orgwikiFile:Locator_kabupaten_magelang. png. [21 Januari 2009 ]. Rachim, Djunaedi A dkk. 2002. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah. Bogor: Jurusan Tanah Faperta IPB. Rachmina, Dwi dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Simond, JO. 2006. Landscape Architecthure. New York: McGrow Hill Book Co. Sinukaban, Naik. 2007. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Bogor : IPB Press. Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. http: database.deptan.go.idagrowisata.[21 Januari 2009] Soemarwoto, Otto. 1999. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan Press. Tirtawinata, MR dan Fachruddin L. 1996. Daya Tarik Dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya. Waluyo, Harry. 2007. Pengembangan Kepariwisataan Indonesia. www. budpar.go.id [ 21 Januari 2009 ]. Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Pradya Paramitha. Yuzni, Siti Zulfa. 2008. Rencana Penataan Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Danau Toba Sumatera Utara [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian IPB. LAMPIRAN Lampiran 1. Persepsi dan Preferensi Pengunjung No Variable Persentase 1 Maksud kunjungan ke Desa Ketep a. Rekreasi b. Ingin tahu 97 3 2 Berapa kali kunjungan ke Ketep a. 1 kali b. 2 kali c. 2 kali ] 73,4 13,3 13,3 3 Bersama siapa melakukan kunjungan a. Sendiri b. Kelompok c. rombongan 6,7 73,3 20 4 Kendaraan apa yang digunakan a. motor b. mobil c. bus 53,3 33,3 13,1 5 Lama kunjungan a. 1 jam b. 2 jam c. 2 jam 60 30 10 6 Pengeluaran wisata perbulan a. 10.000 – 50.000 b. 50.000 – 100.000 c. 100.000 73,3 20 6,7 7 Pendapat tentang kawasan Ketep a. Sangat indah b. Indah 33.3 66,7 8 Pendapat terhadap kenyamanan a. Sangat nyaman b. Nyaman 15 85 9 Pendapat terhadap keamanan kawasan a. sangat aman b. aman 3,3 96,7 10 Kesan terhadap akses menuju tempat a. sangat mudah b. mudah c. sulit d. sangat sulit 3,3 81,1 13,3 3,3 11 Kesan terhadap jalur jalan kawasan a. sangat baik b. baik c. jelek 6,7 86,6 6,7 12 Derajat pengalaman pengunjung a. sangat banyak pengalaman b. banyak pengalaman c. sedikit pengalaman d. sangat sedikir pengalaman 3,3 60 26,7 3,3 13 Derajat kebersihan a. sangat bersih b. bersih c. kotor 6,7 90 3,3 14 Darimana informasi tapak didapat a. keluarga b. selebaran c. teman d. diri sendiri e. lainnya 3,3 3,3 73,4 3,3 24,7 15 Biaya masuktiket a. bersedia  5-10 ribu  10-50 ribu b. Tak bersedia 87 67 20 13 16 Kondisi jalan menuju desa a. Sangat baik b. Baik c. buruk 10 76,7 13,3 17 Kondisi jalan di dalam desa a. baik b. buruk 87 13 18 Objek wisata yang bagus untuk dikembangkan a. pangan b. perkebunan c. perikanan d. peternakan e. kehutanan f. hortikultura 13,3 20 12 5,3 13,3 22,8 19 Jenis wisata yang diiginkan a. memancing b. bersampan c. berenang d. bermain air e. kemah f. olah raga g. piknik h. out bond i. foto shuting j. bermain k. melihat pemandangan 6,7 4,7 3,8 3,8 8,5 3,8 11,4 20 6,7 12,3 18 Sumber: Hasil Analisis Wawancara 2009