Tabel 19. Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata
Ruang Sub Ruang
Aktivitas Tipe Aktivitas
Intesitas Aktivitas Fasilitas
Ruang Agrowisata Ruang Tanaman Hias
dan Buah Pengamatan aktivitas budi daya
oleh petani Menikmati pemandangan
lanskap pertanian dan pegunungan yang ada disekitar
tapak Bersantai, istirahat, berfoto.
Memetik buah, membeli tanaman hias
Pasif dan aktif Intensif
rumah makan, saung peristirahatan, parkir,
gedung pusat tanaman hias, gedung
pengelola, papan informasi.
Ruang Teknologi
Pertanian Pengamatan dan praktek
inovasi teknologi berupa pembuatan pakan ternak
Pengamatan aktivitas kemasyarakatan dan
kebudayaan Desa Ketep Pengamata ragam tanaman hias
warga Mengamati arsitektur rumah
warga Pasif dan aktif
Intensif dan semi intensif
Gedung pembuatan
pakan, koridor taman, parkir, nursery
tanaman hias warga, saung, toilet
Ruang Tanaman
Sayuran Pengamatan dan mencoba
secara langsung budi daya tanaman, out bond, istirahat,
bersantai, pengamatan terhadap kehidupan masyarakat
Pasif dan Aktif Intensif dan semi
intensif Area pembibitan, lahan
percobaan, fasilitas outbond sederhana,
saung istirahat, area penerimaan, pasar,
gedung pengelola
Ruang Peternakan Pengamatan terhadap aktivitas
peternakan Pengamatan dan turut serta
dalam proses pengolahan produk
Bersantai, istirahat Pengamatan terhadap
kehidupan bermasyarakat Pasif dan aktif
Intensif dan semi intensif
Gedung pengolahan produk, kandang
komunal, tempat beristirahat, jalan, toilet,
rumah makan,
Lanjutan Tabel 19
Ruang Sub Ruang
Aktivitas Tipe Aktivitas
Intesitas Aktivitas Fasilitas
Ruang Penunjang
Agrowisata Ruang Penerimaan
Akses Informasi wisata secara lengkap
Pasif Intensif
Gerbang,
papan informasi
dan penunjuk arah
Ruang Pelayanan Istirahat,
makan dan
minum, membeli
tiket, menyewa
guide dan
trasnportaski wisata, parkir kendaraan, akses informasi
wisata, beribadah,
berbelanja, menikmati
pemandangan Pasif
Intensif Gedung
istirahat, gedung
pengelola, kios, mushola, loket,
pusat informasi,
tempat parkir, toilet, penyewaan kendaraan,
papan informasi. Ruang Masyarakat
Mengenal aktivitas dan kebudayaan
masyarakat setempat
Pasif Semi Intensif
Jalur masyarakat dan
lingkungan kemasarakatan
yang ada
Ruang Non
Agrowisata Ruang Penyangga
Pemenuhan produksi
internal masyarakat
Aktif Intensif
- Ruang Konservasi
- -
- -
2 Ruang Konservasi
Ruang ini dapat pula disebut ruang proteksi. Fungsi utama dari ruang ini yaitu sebagai pelindung tanah dan air yang ada pada tapak.
Aktivitas yang ada hanyalah aktivitas pasif dan terbatas untuk memastikan kalau daerah ini aman dari lingkungan luar. Jalur - jalur yang ada hanyalah
jalan setapak yang dimaksudkan agar tidak banyak orang yang menuju ke sana.
Ruang ini akan banyak mengisi daerah-daerah dengan kemiringan tinggi, daerah mata air, dan daerah lembah yang biasa sebagai daerah
resapan air. Hampir disetiap dusun akan memiliki ruang ini sehingga persebaran daerah ini akan merata ke seluruh desa mengingat daerah Ketep
merupakan daerah yang berbukit.
4.3.2 Rencana Fasilitas dan Utilitas
Rencana fasilitas dibuat berdasarkan jenis aktivitas yang akan dikembangkan di desa. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang
melibatkan keikutsertaan pengunjung terhadap kegiatan pertanian. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas aktif diantaranya adalah
aktivitas budi daya seperti penyiapan lahan, pengolahan hasil pertanian, dan pengepakan produk. Sedangkan aktifitas pasif yaitu berupa pengamatan yang
dilakukan oleh pengunjung terhadap aktivitas yang ada. Secara khusus, rencana fasilitas pada daerah pengembangan agrowisata
dapat dilihat pada Tabel 21. Bahan-bahan umum yang digunakan tentu menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah di dapat terutama dari
daerah setempat. Proses pengerjaannya pun dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dari aspek
desain, pelibatan masyarakat dalam pengerjaan fasilitas akan memudahkan masyarakat setempat untuk mempertahankan ketradisionalan dari kawasan itu
sendiri. Fasilitas-fasilitas yang dikembangkan akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui kelembagaan yang ada dan akan mengelola agrowisata
tersebut.
Tabel 21. Rencana Faslitas dan Utilitas No Fasilitas pelayanan wisata
Luasm2 atau ukuranm
Jumlah Gapura
P=12, L=10 m, T=3
3 buah Papan penanda
P=1, L=0,5, T=3 10 buah
Papan informasi P=1, L=0,5, T=3
10 buah Pos jaga
16 m
2
5 buah Parkir bus, motor, mobil
Ls=10000 m
2
, Ls=1000 m
2
1 parkir utama, 3 parkir sekunder
Kantor pelayanan Ls=500 m
2
5 buah Masjid
Ls=1000 m
2
5 buah Pasar lokal
Ls=2500 m
2
1 buah Gerai penjualan
Ls=40 m
2
4 buah Kantin
Ls=1000 m
2
2 buah Toilet
P=6, L=3, T=3 50 buah
Fasilitas Agrowisata Dan Wisata Umum
Lahan percobaan 5000 m
2
1 buah Jalan
Ls=2000 m
2
Pengemasan hasil 1000 m
2
5 buah Pengolahan hasil
1000 m
2
5 buah Saung makan
P=6, L=3, T=3 10 buah
Saung santai P=6, L=3, T=3
10 buah Area pandang
4000 m
2
1 buah Fasilitas Penunjang Wisata
Air bersih PDAM, mata air
4 buah Listrik
PLN 1
Telekomunikasi TELKOM, HP
1 Pengolahan limbah
Ls=7000 m 1
Promosi Iklan, website,
pamflet, laeflet
Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu fasilitas yang sesuai terhadap fungsi ruang. Fasilitas yang diutamakan yaitu fasilitas yang fungsional dan
tradisional sehingga mudah untuk dilakukan pemeliharaan. Fasilitas dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk memberikan kesan alami tetapi tidak
menghilangkan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakannya. Pengadaan dari saranan tersebut tentu diutamakan berasal dari bahan-bahan yang mampu
diproduksi oleh masyarakat setempat.
a b
a b Gambar 23. Ilustrasi Fasilitas pada ruang pelayanan
a tempat istirahat, b gedung Pengelola, c masjid, d tempat parkir
Rencana utilitas yang akan dikembangkan di dalam agrowisata ini yaitu
pengadaan air bersih mealui penyaluran air dari mata air, pengadaan peralatan telekomunikasi, listrik, tempat pengolahan limbah baik padat maupun cair serta
sarana untuk promosi.
4.3.3 Rencana Sirkulasi
Jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga pengguna dapat memperoleh keuntungan baik secara ekonomi maupun
fungsi Laurie 1986 dalam Hapsari 2008. Untuk mendapatkan hal tersebut maka konsep sirkulasi yang diangkat yaitu dengan memanfaatkan jalan yang sudah ada
pada tapak dengan disertai penambahan dan perbaikan rute sirkulasi. Hal ini dimaksudkan
agar pengunjung
dapat menikmati
kunjungannya tanpa
menghilangkan interaksi dengan masyarakat sekitar.
Sirkulasi pada tapak akan dibagi menajadi dua bagian berdasarkan kepentingannya. Keduanya yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi
masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pengunjung agrowisata untuk menikmati setiap objek dan atraksi yang ada di
dalam tapak. Jalur ini dibagi atas 3 jalur kembali yaitu jalur primer, sekunder, dan tersier. Ilustrasi Jalur primer tampak seperti pada Gambar 24.
Gambar 24. Ilustrasi Jalan Primer pada Tapak Jalur primer adalah jalan yang khusus bagi kendaraan yang berwisata yang
menghubungkan sub-sub zona pada zona agrowisata. Jalur ini menggunakan pola loop melingkar sehingga seluruh objek dan atraksi wisata dapat terhubung satu
dengan yang lainnya. Lebar jalur ini kurang lebih 6 meter dan beraspal sehingga memudahkan kendaraan untuk melaluinya.
Pada tapak, jalur ini merupakan jalan kolektif. Selain jalur tersebut akan ada penambahan jalur primer berupa jalan satu arah dengan lebar 5 meter yang
menghubungkan antara Dusun Gintung, Dusun Gondang Sari dan Gapura Perbatasan Ketep-Banyuroto di arah Timur. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung
dapat lebih mudah mengakses atraksi yang ada dan juga untuk mengurangi penumpukan pengunjung di Ketep Pass pada saat-saat tertentu.
Jalur sekunder adalah jalur wisata yang diperuntukkan bagi kendaraan kecil dan pejalan kaki. Jalan ini direncanakan mengambil jalur eksisting yang
berada di Dusun Ketep dan Dusun Dadapan. Jalur ini dapat menghubungkan antara Dusun Ketep dengan Dusun Gintung serta Puluhan secara lebih cepat. Jalur
ini memiliki lebar kurang lebih 5 meter. Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang khusus diperuntukan bagi
pemenuhan kehidupan masyarakat dan produksi. Jalur ini terbagi menjadi dua
jenis yaitu jalur primer dan sekunder. Jalur primer adalah jalur yang diperuntukkan bagi kendaraan pribadi, produksi dan angkutan umum. Jalur ini
bersifat dua arah, sedangkan jalur sekunder merupakan jalur pejalan kaki bagi warga yang menghubungkan antara satu rumah dengan rumah yang lainnya serta
rumah dengan kebun mereka.
4.3.4 Rencana Tata Hijau
Konsep tata hijau direncanakan dengan dasar untuk melindungi tanah dan air, melestarikan plasma nutfah, member kenyamanan dan mampu memberikan
ciri khas kawasan sebagai daerah yang berhawa sejuk tetapi sulit air. Untuk memaksimalkan potensi maka tata hijau yang digunakan berasal dari tanaman
lokal dan sesuai dengan kondisi lahan. Berdasarkan fungsi dan peruntukannya maka tata hijau akan dibagi
menjadi tata hijau konservasi, tata hijau penyangga, tata hijau peneduh dan tata hijau budi daya. Tata hijau konservasi diperuntukkan pada daerah-daerah pada
tapak yang memiliki potensi bahaya. Untuk melengkapi dari penataan ini maka lahan-lahan yang ada di tapak digunakan pola terasering.
Selanjutnya yaitu tata hijau penyangga. Tata hijau ini berisi ladang - ladang penduduk dan area semak belukar yang ada. Ketiga yaitu tata hijau
peneduh yang digunakan untuk ruang aktivitas pasif pada daerah penghubung. Terakhir adalah tata hijau budi daya yang merupakan tanaman yang sengaja
ditanam oleh penduduk untuk diambil manfaatnya. Penataan ruang hijau atau penghijauan sangatlah penting bagi tapak
meskipun tapak sudah tampak hijau yang dipenuhi oleh pepohonan. Hal itu dimasksudkan agar kawasan agrowisata ini memiliki ciri khas. Elemen hijau yang
mengisi kawasan adalah tanaman yang diprioritaskan memiliki beberapa spesifikasi. Spesifikasi tersebut yaitu :
1. pengisi lahan yang produktif baik pada lahan pertanian ataupun non lahan pertanian
2. memiliki manfaat mengikat air tanah 3. memiliki jenis akar yang memperkuat struktur tanah
4. memiliki nilai orologis kemampuan untuk meredam erosi
5. memiliki nilai estetika 6. memperkuat ciri lokal “Spirit of Place” Merapi Merbabu yang memiliki hawa
sejuk tetapi sulit air. beberapa alternatif tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam dalam
perencanaan tata hijau dapat berasa dari golongan pohon, semak, penutup tanah, rumpu dan tanaman merambat. Beberapa tanaman yang direkomendasikan yaitu :
1. Rumput Gajah Rumput gajah atau yang sering dikenal dengan Pennisetum pupureum.
Selain dapat menahan laju erosi ketika musim hujan juga bermanfaat sebagai penyedia pakan ternak. Disamping itu pembudidayaannyapun sangat mudah yaitu
dengan metode stek yang sudah dipahami oleh masyarakat setempat. Tanaman ini direkomendasikan ditanam sebagai pembatas pada tegalan penduduk dan juga
pada pinggir jalan desa ataupun pada lahan-lahan yang masih menganggur.
2. Bambu Tanaman ini juga sangat baik dalam menahan laju erosi. Tanaman ini
direkomendasikan untuk ditanam pada area yang memiliki kemiringan 45 sangat curam. Akar bambu yang kuat serta daunnya yang rapat mampu mengikat
tanah dan mengurangi detouchment pada tanah pada saat hujan turun. Jenis - jenis bambu yang dapat ditanam yaitu Bambu Apus Gigantochloa apus, Bamboo Ater
Gigantochloa verticillata, Buluh Betung Dendrocalamus asper dan Awur Duri Bamboosa bambos.
3. Sengon Laut Tanaman ini dikenal dengan nama Albizzia falacata. Albisia memiliki
sistem perakaran yang dalam yang mampu mengikat tanah. Ia mampu bertahan pada konsisi basah maupun kering. Ia pun mudah diperbanyak yaitu dengan biji.
Pola penanamannya dapat berupa barisan ataupun teratur disela-sela tanaman budi daya.
Selain tanaman diatas, pada daerah-daerah tertentu diperlukan juga jenis tanaman yang berbeda. Pada tepian jalan direkomendasikan untuk menanam
tanaman damar Agatis damara. Secara arsitektur, pohon damar yang disusun secara ritmis dapat difungsikan sebagai pengarah jalan. Selain itu, pada jalan-jalan
dusun dapat pula ditanam tanaman bunga-bungaan serta kebun warung hidup yang dapat memperindah lingkungan serta meningkatkan daya pikat kunjungan.
Hasil perencanaan lanskap agrowisata perdesaan berbasis ecovillage di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang disajikan pada Gambar
25. Gambar tersebut menerangkan secara utuh perencanaan lanskap agrowisata dari Desa Ketep.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Desa Ketep merupakan salah satu desa yang memiliki karakter perbukitan
yang didominasi oleh lanskap pertanian. Berdasarkan hasil analisis CSA yang menunjukkan angka 779 maka daerah ini dapat dinyatakan sebagai daerah
yang akan terus berlanjut baik secara ekologi, sosial dan spiritualnya. 2.
Terdapat beberapa objek dan atraksi yang berpotensi untuk dikembangkan di desa ini. Seluruh potensi itu berasal dari karakter yang melekat pada desa
yakni perbukitan dan pertanian. Diantara objek dan atraksi tersebut yaitu aktivitas budi daya pertanian yang telah lama berkembang, kekhasan dan
keaslian masyarakat setempat, serta pemandangan yang menarik berupa hamparan lanskap perbukitan serta pegunungan.
3. Perencanaan agrowisata dilakukan dengan mengikuti konsep perencanaan
lanskap agrowisata yang berbasis pendidikan yang memadukan antara potensi aktivitas budidaya pertanian dengan kondisi alam yang merupakan daerah
konservasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Perencanaan berbasis ecovillage ini berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga mempertahankan keberlanjutan dari tapak.
Ruang yang direncanakan terbagi menjadi tiga yaitu ruang agrowisata 40165ha, ruang penunjang agrowisata 1772 ha, dan ruang non
agrowisata 47182 ha. Pada masing-masing ruang terdapat fungsi-fungsi tertentu seperti penerimaan, pelayanan, budidaya, pasca panen dan ruang
lainnya yang sesuai dengan ruang yang ada. Aktivitas yang dapat dilakukan di dalam agrowisata ini dapat berupa
aktivitas aktif dan pasif. Kegiatan tersebut didukung dengan direncanakannya fasilitas yang memadai yang mencakup fasilitas wisata agro dan fasilitas
pelayanan. Selain itu, penambahan utilitas seperti air bersih, listrik, pengolahan sampah dan limbah, dan komunikasi serta promosi akan semakin
memperkuat keberadaan agrowisata Desa Ketep ke depannya.
5.2 Saran
1. Pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten perlu bekerjasama dalam
mengembangkan kawasan ini berbasis ecovillage agar keberlanjutannya dapat terus bertahan.
2. Pembentukan manajemen terpadu antara masyarakat desa dan juga pihak
pengelola Ketep Pass akan sangat membantu dalam pengembangan organisasi masyarakat untuk mengelola dua objek wisata secara bersama-
sama dan terpadu agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat setempat. 3.
Perencaan ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian lanjutan berupa perancangan untuk masing-masing dusun dan ruang
– ruang pengembangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor: IPB Press. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2007. Kabupaten Magelang
Dalam Angka. Magelang: BPS Kabupaten Magelang. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. 2007. Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang Dalam Angka. Magelang: BPS Kabupaten Magelang.
[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei Tanah dan Lahan. 2001. Peta Desa Ketep Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Bogor: Bakosurtanal.
Basyir, Dani A. 2007. Evaluasi Keberlanjutan Masyarakat Desa Di DAS Cisadane Menuju Ecovillage [skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Brscic, Kristina. 2006. The Impact of Agrotourism on Agricultural Production.
Journal Central European Agriculture vol. 7 No. 3 Nov. 2006. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2007. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. http:www.ditjen-otda.depdagri.go.idotonomiuu.php. [21 Januari 2009]
[Deppu] Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Undang-Undang No. 24 Tahun 1994 Tentang Penataan Ruang. www.pu.go.id. [10 Mei 2010]
[Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Laporan Akhir Identifikasi Dan Evaluasi Potensi Lahan untuk Perwilayahan Komodistas Pertanian Untuk
Mendukung Prima Tani Di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Bogor: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. [Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Studi Pemahaman Desa Secara Partisipatif
Dalam Rangka Perencanaan Prima Tani Kabupaten Magelang. Semarang: BPTP Provinsi Jawa Tengah.
[DPTR] Dinas Permukiman Dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2004. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Bukit Ketep.
Semarang: DPTR Jawa Tengah. [DSPM] Dinas Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat. 2007. Daftar Isian Potensi
Desa Ketep. Magelang: DSPM Kabupaten Magelang. Echols, John M dan Shadily Hassan. 2003. Kamus Inggris Indonesia : An English-
Idonesian Dictionary. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Galih, M.
2009. Ketep
Pass Meneropong
Gagahnya Merapi.
www.mistergalih.com [17 Juni 2011]
Global Ecovillage Network. 2007. Community Suistainability Asessment. gen.ecovillage.org [21 Januari 2009]
Gold, SM. 1980. Recreation Planning Design. New York: Mc Graw Hill. Gunawan, AW, dkk. 2007. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Bogor : IPB Press.
Gunn,
C.A. 1997.
Vacationscape: Developing
Tourist Area.
USA: TaylorFrancis
Hardjowigeno, S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hapsari, Betri AE. 2008. Perencanaan Lanskap Bagi Pengembangan Agrowisata Di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang
[skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kusudianto. 2009. Pengantar Industri Pariwisata. http:jurnal- sdm.blogspot.com200908pengantar-industri-pariwisata-definisi.html
[30 Maret 2010] Marsh, William M. 2005. Landscape Planning Enviromental Applications.
Hoboken : John Wiley Sons, Inc. Nurlaelih, Euis. 2005. Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan ecovillage Dalam
Pengelolaan Lanskap Perkampungan Tradisional : Studi Kasus : Perkampungan Sunda Di DAS Cianjur, Jawa Barat [tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian IPB.
Pattiro. 2009.
Geografis dan
Demografis Kab.
Magelang. http:commons.wikimedia.orgwikiFile:Locator_kabupaten_magelang.
png. [21 Januari 2009 ]. Rachim, Djunaedi A dkk. 2002. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah. Bogor: Jurusan
Tanah Faperta IPB. Rachmina, Dwi dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.
Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Simond, JO. 2006. Landscape Architecthure. New York: McGrow Hill Book Co.
Sinukaban, Naik. 2007. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan
Berkelanjutan. Bogor : IPB Press.
Subowo. 2002.
Agrowisata Meningkatkan
Pendapatan Petani.
http: database.deptan.go.idagrowisata.[21 Januari 2009]
Soemarwoto, Otto. 1999. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan Press.
Tirtawinata, MR dan Fachruddin L. 1996. Daya Tarik Dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Waluyo, Harry. 2007. Pengembangan Kepariwisataan Indonesia. www.
budpar.go.id [ 21 Januari 2009 ]. Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Pradya
Paramitha. Yuzni, Siti Zulfa. 2008. Rencana Penataan Kawasan Wisata Berkelanjutan Di
Danau Toba Sumatera Utara [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persepsi dan Preferensi Pengunjung No
Variable Persentase
1 Maksud kunjungan ke Desa Ketep
a. Rekreasi
b. Ingin tahu
97 3
2 Berapa kali kunjungan ke Ketep
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 2 kali
] 73,4
13,3 13,3
3 Bersama siapa melakukan kunjungan
a. Sendiri
b. Kelompok
c. rombongan
6,7 73,3
20
4 Kendaraan apa yang digunakan
a. motor
b. mobil
c. bus
53,3 33,3
13,1
5 Lama kunjungan
a. 1 jam
b. 2 jam
c. 2 jam
60 30
10
6 Pengeluaran wisata perbulan
a. 10.000 – 50.000
b. 50.000 – 100.000
c. 100.000
73,3 20
6,7
7 Pendapat tentang kawasan Ketep
a. Sangat indah
b. Indah
33.3 66,7
8 Pendapat terhadap kenyamanan
a. Sangat nyaman
b. Nyaman
15 85
9 Pendapat terhadap keamanan kawasan
a. sangat aman
b. aman
3,3 96,7
10 Kesan terhadap akses menuju tempat
a. sangat mudah
b. mudah
c. sulit
d. sangat sulit
3,3 81,1
13,3 3,3
11 Kesan terhadap jalur jalan kawasan
a. sangat baik
b. baik
c. jelek
6,7 86,6
6,7
12 Derajat pengalaman pengunjung
a. sangat banyak pengalaman
b. banyak pengalaman
c. sedikit pengalaman
d. sangat sedikir pengalaman
3,3 60
26,7 3,3
13 Derajat kebersihan
a. sangat bersih
b. bersih
c. kotor
6,7 90
3,3
14 Darimana informasi tapak didapat
a. keluarga
b. selebaran
c. teman
d. diri sendiri
e. lainnya
3,3 3,3
73,4 3,3
24,7
15 Biaya masuktiket
a. bersedia
5-10 ribu 10-50 ribu
b. Tak bersedia
87 67
20 13
16 Kondisi jalan menuju desa
a. Sangat baik
b. Baik
c. buruk
10 76,7
13,3
17 Kondisi jalan di dalam desa
a. baik
b. buruk
87 13
18 Objek
wisata yang
bagus untuk
dikembangkan a.
pangan b.
perkebunan c.
perikanan d.
peternakan e.
kehutanan f.
hortikultura 13,3
20 12
5,3 13,3
22,8
19 Jenis wisata yang diiginkan
a. memancing
b. bersampan
c. berenang
d. bermain air
e. kemah
f. olah raga
g. piknik
h. out bond
i. foto shuting
j. bermain
k. melihat pemandangan
6,7 4,7
3,8 3,8
8,5 3,8
11,4 20
6,7 12,3
18
Sumber: Hasil Analisis Wawancara 2009