III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2009 sampai bulan Oktober 2009. Pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu di
lapangan. Selanjutnya, kegiatan analisis dan pengolahan data dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Desa Ketep
Tanpa Skala
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti metode Gold 1980. Proses perencanaan dilakukan melalui pendekatan sumber daya dan aktivitas yang
menjadi acuan dalam pengumpulan data. Dengan digunakannya kedua pendekatan tersebut diharapkan terjadi keterpaduan dalam merencanakan kawasan Ketep
menjadi kawasan agrowisata. Alur proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Proses Perencanaan Lanskap
No Tahapan
Keterangan
1 Persiapan
KONSEP AWAL : Tujuan Studi
Konsep Dasar Fungsi
2 Inventarisasi
ASPEK BIOFISIK : Letak geografis, luas, batas tapak
Aksesibilitas Iklim
Tanah Vegetasi dan satwa
Hidrologi Akustik dan visual
Fasilitas ASPEK SOSIAL :
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Tingkat keberlanjutan masyarakat
Objek dan atraksi agrowisata Tempat-tempat rekreasi lainnya
Kebutuhan pengunjung Kebutuhan pengelola
Peraturan dan kebijakan 3
Analisis ANALISIS ELEMEN :
Potensi Kendala
Amenity Danger
4 Sintesis
ALTERNATIF PENGEMBANGAN : Konsep Ruang
Konsep Sirkulasi Konsep Tata Hijau
Konsep Fasilitas dan Aktivitas 5
Perencanaan REKOMENDASI PERENCANAAN :
Rencana Sirkulasi Rencana Ruang dan aktivitas
Rencana tata Hijau Rencana Fasilitas
Tabel tersebut menerangkan bahwa metode ini terbagi menjadi 5 tahap yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Setiap tahap memiliki
poin-poin tertentu yang merupakan syarat wajib bagi tahap selanjutnya.
Gambar 3. Model Zona Tujuan Wisata Dalam melakukan pengembangan konsep ruang, penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Gunn 1997 seperti pada Gambar 3. Menurut Gunn tahapan penting dalam merencanakan daerah wisata yaitu merencanakan sirkulasi,
jalan masuk, masyarakat, keberpaduan dan atraksi. Perencanaan sirkulasi dimaksudkan untuk membentuk sitem awal bagi kemudahan mengakses tapak.
Jalan masuk direncanakan selanjutnya yang akan menentukan proses awal dari perjalanan wisata tersebut. Perencanaan berikutnya adalah masyrakat sebagai
objek sekaligus subjek dari agrowisata yang diinginkan. Keterpaduan merupakan suatu perencanaan untuk saling menghubungkan antara atraksi yang ada. Terakhir
yaitu merencanakan atraksi yang merupakan bentuk kegiatan yang mampu menarik minat pengunjung.
3.2.1 Persiapan
Tahap ini berisikan tentang perumusan masalah, penetapan tujuan dan pemilihan lokasi penelitian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
purposif yang diarahkan kepada desa yang mendapatkan Primatani dari Departemen Pertanian yaitu Desa Ketep di Kecamatan Sawangan, Kawasan
Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang.
3.2.2 Pengumpulan Data inventarisasi
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kebutuhan penelitian. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder seperti pada Tabel 1. Data primer
adalah data yang diambil langsung dari sumbernya atau hasil observasi di lokasi penelitian yang didapat melalui pengamatan atau wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang terstruktur pada responden yang terkait langsung
gateway circulation
community linkage
attraction
dengan penelitian tersebut. Sedangkan data sekunder didapat dengan melakukan studi literatur dari pustaka yang ada ataupun berupa data-data yang berasal dari
lembaga tertentu yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
3.2.3 Analisis Data
Tahap ini merupakan proses penyusunan karakter Desa Ketep di Kecamatan Sawangan yang meliputi potensi, kendala, amenity dan danger. Aspek
yang dianalisis yaitu aspek biofisik dan sosial masyarakat. Kedua aspek ini akan dianalisis dengan penilaian CSA Community Suistainability Assesment yang
berasal dari GEN Global Ecovillage Network. CSA merupakan penilaian keberlanjutan masyarakat dari suatu daerah berdasarkan aspek ekologi, sosial dan
spiritual. Penilaian ini dilakukan pada data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner CSA dan pengamatan langsung selama di lapang. Hasil akhir CSA
berupa skor yang akan mendeskripsikan akan tingkat keberlanjutan dari suatu masyarakat dan lingkungannya serta memberikan karakteristik lanskap dari suatu
kawasan. Hal ini berguna bagi perencana dalam menentukan bentuk pengembangan perencanaan terhadap kawasan yang diteliti.
Selain menggunakan CSA, penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang juga ditujukan kepada kedua aspek tersebut. Proses analisis ini
menggunakan literatur dalam menganalisis data primer dan sekunder terkait dengan tapak yang berasal dari lembaga ataupun dari lapang. Hasil analisis ini
dapat berupa gambar spasial ataupun kesimpulan kecil sebagai jawaban dari titik kritis potensi, kendala, amenity dan danger yang ada di tapak. Data yang
digunakan untuk dianalisis yaitu peta kemiringan lahan dan peta tata guna lahan. Bentuk penilaian dilakukan bedasarkan Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Dalam Analisis Kemiringan Lahan
Kelas Kemiringan
Kesesuaian Nilai
A – 3
Sesuai 2
B 3
– 8 Sesuai
2 C
8 – 15
Kurang sesuai 1
D 15
– 45 Kurang sesuai
1 E
45 Tidak sesuai
Sumber : Hardjowigeno 2007
Tabel 3. Kriteria Penilaian Dalam Analisis Tata Guna Lahan
Penggunaan Lahan Kesesuaian
Nilai
Kebun Sesuai
2 Permukiman
Sesuai 1
Semak Belukar Kurang sesuai
Sumber : Hardjowigeno 2007
Untuk melengkapi hasil kedua analisis diatas maka penelitian ini juga melibatkan analisis salah satu aspek sosial yang penting yaitu opini dan keinginan
pengunjung. Hal ini sangat penting mengingat pengunjung merupakan salah satu aspek penting dalam sektor pariwisata. Analisis dilakukan terhadap data hasil
penyebaran kuesioner kepada 30 pengunjung tapak yang selanjutnya disusun untuk mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan aspek telah ditentukan yang
selanjutnya dijadikan kesimpulan kecil yang mewakili pengunjung secara keseluruhan. Hasil analisis ini pun berguna bagi perencana untuk melihat
keinginan pengunjung terhadap tapak yang nantinya dijadikan pijakan dalam melakukan pengembangan.
3.2.4 Sintesis
Sintesis merupakan tahap untuk memadukan setiap hasil analisis yang telah didapat sebelumnya. Hasil analisis yang berupa gambar spasial akan
disintesiskan dengan cara meng-overlay-kan peta tematik hasil dari analisis data sehingga didapatlah zonasi ruangblock plan tertentu sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan untuk pengembangan agrowisata. Peta hasil analsisi yang di- overlay-kan yaitu peta kemiringan lahan dan peta tata guna lahan. Sedangkan
hasil sintesis yang berupa deskripsi berdasarkan literatur akan dijabarkan lebih rinci dan tersusun dengan penambahan solusi serta saran pengembangan terhadap
titik kritis yang dimiliki baik potensi, kendala, amenity dan danger yang ada. Proses sintesis ini pada akhirnya memunculkan sebuah ide awal atau
konsep yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam melakukan tahap perencanaan. Konsep ini mengacu pada potensi kawasan beserta segala
permasalahannya. Konsep utama pengembangan akan mengacu pada upaya mendukung pertumbuhan kawasan sekaligus sebagai linkage dengan keberadaan
potensi kawasan lainnya. A Dialogue Lanscape akan menjadi batasan untuk menjembatani perentangan pertentangan dalam kepentingan dan pemanfaatan
lahan yang ada di Desa Ketep. Konsep ini sudah sesuai dengan konsep ekovillage yang mengedepankan keseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan
pemanfaatan yang dikehendaki.
3.2.5 Perencanaan
Perencanaan kawasan agrowisata merupakan tahap terakhir dari penelitian ini. Proses ini merupakan perealisasian hasil sintesis baik berupa block plan
kawasan dan juga sintesis berupa deskripsi yang lebih rinci untuk kemudian dilakukan pengembangan dan penataan kawasan agrowisata dengan menggunakan
konsep ecovillage. Selain hasil analisis dan sintesis yang nantinya mempengaruhi produk perencanaan, kemampuan berkreasi, imajinasi dan inovasi dari perencana
juga menjadi faktor penting dalam merumuskan perencanaan tersebut baik dalam bentuk master plan.
3.3 Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi hingga penyusunan rencana penataan agrowisata perdesaan yang berkelanjutan berdasarkan karakter lanskap, lingkungan dan sosial
ekonomi di daerah penelitian.
3.4 Bentuk Hasil Studi
Ada dua bentuk hasil studi yang dihasilkan dari skripsi ini yaitu rencana tertulis dan rencana grafis. Rencana tertulis adalah perencanaan agrowisata yang
dituangkan secara teoritis yang menjelaskan konsep perencanaan tapak dari awal hingga akhir. Hal itu meliputi deskripsi konsep tata ruang, tata hijau, tata rekreasi,
edukasi, fasilitas dan sirkulasi. Rencana grafis adalah rencana yang dituangkan dalam bentuk model ataupun gambar yang menjelaskan rencana tertulis secara
visual. Hal itu meliputi rencana tata ruang yang menggambarkan fungsi ruang dan aktivitas, rencana tata sirkulasi yang menghubungkan antar ruang fungsional,
rancana tata letak fasilitas dan rencana lanskap.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Analisis
Tapak merupakan bagian dari lanskap dalam bentuk alami atau buatan dengan ukuran dan karakter yang beragam serta dapat bersifat statis ataupun
dinamis. Dua aspek penyusun tapak adalah aspek biofisik dan sosial yang keduanya saling mempengaruhi. Aspek biofisik dibentuk oleh iklim, tanah,
vegetasi dan satwa, topografi, hidrologi, sense quality, tata guna lahan, fasilitas dan utilitas. Selanjutnya, aspek sosial dibentuk oleh kependudukan, opini dan
keinginan pengguna tapak itu sendiri.
4.1.1 Aspek Biofisik 4.1.1.1 Letak geografis, luas, dan batas tapak
Secara geografis, Desa Ketep berada pada 110
o
21’50”BT-110
o
23’20”BT dan 7
o
29’10”LS-7
o
31’0”LS Bakosurtanal, 2001. Daerah ini termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Desa Ketep
berbatasan dengan Desa Wulunggunung di sebelah Utara, Desa Banyuroto di sebelah Timur, Desa Wonolelo di sebelah Selatan dan Desa Kapuhan di sebelah
Barat. Batas di sebelah Utara dan Selatan merupakan batas alam yang terdiri dari
ladang-ladang penduduk yang diselingi tanaman besar yang berkelompok. Sedangkan batas sebelah barat dan timur, batas wilayah terlihat jelas dengan
adanya gapura desa di sebelah barat dan gapura Desa Banyuroto di sebelah timur terutama pada jalan menuju masuk desa. Tetapi meskipun demikian, pada kanan
kiri dari jalan tersebut batas desa sudah kembali tersamarkan dengan banyaknya ladang milik penduduk. Untuk itu diperlukan gapura penanda terutama pada
perbatasan Desa Ketep dengan Desa Kapuhan dan Desa Ketep dengan Desa Wonolelo agar keberadaan desa lebih mudah untuk dikenali.
Desa dengan luas 418.925 ha dan berada pada ketinggian 1.110-1.125 mdpl ini merupakan salah satu desa yang dilalui oleh Jalur Solo-Selo-Borobudur
yang sering dilalui kendaraan dari Boyolali ke Magelang atau sebaliknya. Desa Ketep yang terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Ketep, Dusun Dadapan, Dusun
Gondang Sari, Dusun Gintung dan Dusun Puluhan ini pun memiliki bentang alam lahan pertanian yang luas dan panorama alam yang bagus sehingga dapat
mendukung berkembangnya tapak sebagai kawasan agrowisata.
4.1.1.2 Aksesibilitas
Desa Ketep berada pada jalur penting Solo-Selo-Borobudur. Ibu kota kecamatan, Tlatar, berjarak 5,3 km dari desa ini. Jarak Desa Ketep dengan ibukota
kabupaten Mungkid adalah 24 km sedangkan dengan ibukota provinsi Semarang adalah 102 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju ibukota
kecamatan adalah 15 menit dan satu jam untuk mencapai ibukota kabupaten DSPM Jateng, 2007.
Pengunjung dapat mencapai desa ini dengan berbagai jenis kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tersedia
berupa angkot sedangkan angkutan pribadi yang memungkinkan untuk melalui Ketep yaitu sepeda motor, mobil dan bus dengan ukuran sedang serta besar.
Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat mencapai desa tersebut melalui ketiga jalur yang ada. Apabila menggunakan kendaraan umum,
pengunjung dapat menumpang kendaraan umum angkutan perkotaan seperti pada Gambar 5 dari Pasar Talun menuju Desa Banyuroto atau Pasar Jrabat sekitar
30 menit perjalanan. Sebelum mendapati angkutan tersebut pengunjung harus menumpang terlebih dahulu angkutan kota dari arah pertigaan simpang Ketep
Blabak menuju Tlatar sekitar 30 menit perjalanan. Kendaraan umum tersebut hanya tersedia bagi pengunjung yang menggunakan jalur Barat.
Secara umum jalan yang ada telah beraspal terutama jalan kabupaten yang membelah kedua desa tersebut. Lebar badan jalan sudah mencapai 6-8 meter pada
jalan kabupaten. Sedangkan pada jalan desa hanya berkisar antara 4-5 meter. Jalan-jalan desa yang ada juga relatif bagus meskipun belum teraspal. Jalan-jalan
ini sangat penting mengingat jalan ini adalah jalur produksi bagi warga. Selain itu keberadaan jalan ini juga menjadi vital untuk dipertahankan bahkan
dikembangkan karena dari sanalah ide pengembangan lanskap ini dalap dimunculkan. Ilustrasi kondisi jalan dan jenis angkutan umum dari penjelasan di
atas dapat dilihat pada Gambar 4.
a b
c d Gambar 4. Jenis - Jenis Kendaraan Umum Menuju Desa Ketep
a angkot, b bus sedang, c bus besar, d ojek Meskipun akses jalan menuju desa sudah bagus tetapi ada beberapa faktor
yang mengakibatkan jalan menjadi rawan kecelakan. Hal itu dapat kita lihat dari hasil analisis kondisi jalan pada Tabel 4. Dari sana kita dapat menduga bahwa
faktor topografi menjadi salah satu faktor yang menentukan mengingat jalan akan berkelok, naik turun dan bertikungan curam sehingga memungkinkan kendaraan
hilang kendali. Selain itu kondisi jalan yang belum memiliki pedestrian dan lampu jalan juga menambah rawan jalan ini jika kabut telah turun. Oleh karena itu
penambahan fasilitas jalan seperti rambu-rambu lalu lintas, lampu penerangan, pedestrian dan dinding pembatas jalan sangat diperlukan guna meningkatkan
keselamatan dan kenyamanan pengguna tapak. Desa Ketep dapat diakses melalui tiga jalur seperti yang tertera pada
Gambar 5 yaitu jalur barat melewati ibu kota kecamatan Sawangan, melalui jalur timur melewati kecamatan Pakis dan Desa Banyuroto dan melalui jalur
selatan melalui perbatasan Magelang-Boyolali. Jalur barat dapat ditempuh dengan menelusuri jalan provinsi Magelang-Yogyakarta yang dilanjutkan dengan
Tabel 4. Analisis Kondisi Jalan pada Tapak
Kondisi Jalan Analsisis
Solusi Potensi
Kendala
1. Akses masuk dan jalur wisatawan
Terdapat 3 akses masuk ke dalam tapak
Penggunaan alur yang sama antara masyarakat dan
wisatawan Pemberian gapura penanda di
masing-masing pintu masuk desa
2. Badan jalan Dilalui oleh jalan Kabupaten
dengan kondisi beraspal Tidak adanya pedestrian
Jalan desa yang belum beraspal dan sempit
Penyediaan jalur pedestrian di tempat yang berpotensi untuk
pejalan kaki tinggi Pemberian fasilitas pendukung
jalan seperti rambu jalan, dan lampu penerangan
Pengaspalan jalan atau pemadatan jalan desa serta
pelebaran jalan. 3. Pohon pelindung
Sudah ada beberapa pohon pengarah jalan akan tetapi
belum seluruhnya Jalan desa langsung
bersentuhan dengan pemukiman
Penambaha pohon pelindung dan pengarah jalan
Penanaman pohon pada jalan di permukiman warga.
4. Fasilitas jalan Kurangnya fasilitas
pendukung jalan baik jalan utama ataupun jalan desa
Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu jalan, lampu
penerangan, dan papan informasi.
jalan kabupaten menuju arah Boyolali pada pertigaan Blabak. Jalur sebelah timur dapat ditempuh dari kabupaten Salatiga ke arah selatan melewati Kecamatan
Ngablak dan Pakis. Selain itu desa ini dapat ditempuh melalui jalur selatan yang diawali dari Kabupaten Boyolali yang selanjutnya menelusuri jalur Solo-Selo-
Borobudur.
4.1.1.3 Iklim
Desa Ketep yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sawangan mempunyai tipe iklim basah dengan pola hujan IIIA. Kondisi iklim
terdiri dari 8 bulan basah Oktober-Mei dan 4 bulan kering Juni-September Suhu rata-rata kawasan adalah 16-18
o
C Galih, 2009. Sedangkan curah hujan kawasan ini yaitu 3.310 mmtahun dengan banyaknya hari hujan 125 hari BPS,
2007. Berdasarkan ketinggiannya yaitu 1.110-1.250 mdpl menurut klasifikasi
Junghun wilayah ini termasuk ke dalam iklim sedang karena daerah ini berada pada ketinggian 600-1.500 mdpl. Berdasarkan hal itu, jenis tanaman yang cocok
pada wilayah seperti ini yaitu tembakau, teh, kopi, kakau, kina dan berbagai jenis sayuran. Jenis tanaman seperti ini akan sangat menunjang konsep pengembangan
kawasan yang akan dijadikan sebagai agrowisata.
4.1.1.4 Tanah
Jenis tanah daerah ini didominasi oleh Andisol dan Inseptisol. Kedalaman solum tanah di wilayah Desa Ketep 50 kurang dari 50 cm dan 50 antara 50-
100 cm Deptan, 2005. Andisol merupakan tanah yang memiliki sifat umum yaitu berwarna cokelat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tidak plastis,
tidak lekat, struktur granuler, pH 4,5-6, mengandung bahan organik antara 2-8 , kejenuhan basa rendah, memiliki KPK tinggi, rendah kadar P dan kelembaban
tanah lebih dari 15 . Sedangkan Inseptisol adalah tanah yang memiliki epipedon okrik dan horison albik Rachim, 2002. Hal ini menandakan kalau daerah ini
tergolong daerah yang subur terutama untuk menunjang kegiatan budi daya tanaman.
Kondisi topografi dari Desa Ketep sangat bervariasi. Desa ini tidak memiliki lahan datar. Kondisi itu lebih disebabkan karena letak desa yang berada
diperbukitan sehingga corak umum dari kemiringan tanah berkisar antara bergelombang hingga sangat curam. Hal itu dapat diketahui dari Tabel 5 yang
merupakan hasil analisis dari data peta topografi Bakosurtanal tahun 2001.
Tabel 5. Persentase Kemiringan Tanah pada Tapak
Kelas Kemiringan
Luas ha Persentase Luas
Lereng Permukaan
A 0 - 3
datar B
3 - 8 88,32
20 landai
C 8 - 15
108,8 30
agak miring D
15 - 45 153,709
36 curam
E 45
68,096 14
sangat curam
Sumber: Hasil Analisis Tapak 2010
Tabel tersebut menunjukkan bahwa lahan di Desa Ketep didominasi oleh lahan curam 36. Hal ini mengindikasikan agar penggunaan area ini tidak
seintensif daerah yang lebih landai darinya mengingat area ini sangat mudah longsor. Akan tetapi daerah ini pun memiliki potensi untuk dikembangkan
mengingat persebarannya yang lebih strategis dari pada yang lainnya karena posisinya yang dilalui oleh jalan.
Tabel tersebut juga menerangkan bahwa 14 dari luas desa ini terdiri dari lahan sangat curam. Berdasarkan peta tata guna lahan dari Bakosurtanal yang
tertera pada Gambar 7, sebagian besar wilayah tersebut terdapat pada lembah- lembah yang berada diantara bebukitan desa. Keberadaan daerah ini sangat
penting, terutama sebagai daerah resapan air hujan dan pelindung tanah sehingga peluang untuk terjadinya longsor dapat diperkecil. Oleh karena itu daerah ini
cocok untuk dijadikan area konservasi yang keberadaannya perlu untuk dipertahankan.
Menurut analisis literatur, daerah pada desa ini yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu pada daerah dengan kemiringan landai 3-8 dan agak
miring 8-15. Pada daerah ini dapat dikembangkan apa saja seperti pemukiman, dan sarana penunjang wisata lainnya seperti bangunan tempat istirahat, tempat
duduk-duduk, shelter. Akan tetapi mengingat jumlahnya yang sedikit dan penyebaran yang acak tentu hanya daerah yang dianggap strategislah yang akan
dikembangkan. Letak kemiringan dapat dikatakan strategis bila mudah diakses dan memiliki cukup luasan. Pola penyebaran kemiringan lahan pada desa ini dapat
dilihat pada Gambar 6. Secara spasial penyebaran zona kemiringan lahan tidak merata atau
terpecah-pecah. Pada bagian Barat, desa ini lebih didominasi oleh daerah dengan kelas B landai. Pada bagian Selatan, desa ini didominasi oleh daerah dengan
kelas E dan C. Sedangkan bagian Utara didominasi oleh kelas D. Bagian tengah dari desa didominasi oleh kelas D yang merupakan puncak desa yaitu Ketep Pass.
Selanjutnya pada bagian Timur didominasi oleh kelas C dan D mengingat wilayah ini sudah mendekati Desa Banyuroto yang memiliki kemiringan lahan yang
landai. Setiap kelas kemiringan dan pola penyebarannya yang tertera pada
Gambar 6 memiliki pola penggunahan lahan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tersebut akan tampak jelas jika dilihat dari Gambar 7. Dari gambar tersebut kita
dapat mengetahui bahwa penggunaan lahan pada desa ini terbagi menjadi 3 yaitu permukiman, tegalan dan kebun serta semak belukar. Hal ini sesuai dengan data
dari BPS Kabupaten tahun 2007. Jika dianalisis lebih jauh dengan meng-overlay- kan peta tata guna lahan dengan peta zonasi kemiringan maka kita akan
mengetahui bahwa tegalan permukiman pada kelas dan kebun berada pada kelas kemiringan B, C, D lalu permukiman pada kelas keiringan B, C, D serta semak
belukar pada kelas kemiringan E. Selain pola penggunaan lahan, kita juga dapat mengetahui luasan dari
penggunaan lahan tersebut. Penggunaan lahan merupakan gambaran dari aktivitas warga dalam memanfaatkan lahan yang ada di lingkungan mereka. Secara tertulis
luasan penggunaan lahan pada tapak tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Penggunaan Lahan pada Tapak
Peruntukan lahan Luas ha
Persentase luas
Permukiman 20,48
4,88 Semak belukar
194,56 46,42
Tegalankebun 203,885
48,7
Sumber: Hasil Analisis Tapak 2010
Dari data yang ada, proporsi terbesar dari penggunaan lahan pada tapak adalah untuk tegalan dan kebun yaitu seluas 203,885 ha. Ini menunjukkan bahwa
alokasi lahan untuk kegiatan produksi dan pencukupan kebutuhan sangatlah tinggi. Selain itu, data tersebut memberitahukan bahwa penggerak utama roda
perekonomian masyarakat berasal dari sektor pertanian yang dalam hal ini sangat sesuai dan mendukung dari konsep agrowisata yang akan dikembangkan.
Proporsi terbesar kedua dari pola penggunaan lahan adalah semak belukar yaitu seluas 194,56 ha. Data ini menunjukkan bahwa daerah yang tidak bisa
bahkan sulit untuk dibangun dan dimanfaatkan juga sangat tinggi. Hal ini terjadi karena area ini memegang peranan penting sebagai pelindung tanah serta daerah
resapan air mengingat letaknya yang berada pada lembah-lembah perbukitan. Selain itu akses menuju area ini juga tergolong sulit karena hanya tersedia jalan
setapak yang cukup terjal. Jika dibandingkan antara data pertama dengan kedua maka akan terlihat
bahwa daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agrowisata tidak jauh berbeda dengan daerah konservasi yang harus dilindungi. Hal ini merupakan
sinyal agar
pengembangan lanskap
agrowisata harus
hati-hati serta
memperhatikan keseimbangan terhadap alam. Secara umum, lahan pada daerah Ketep yang dapat dikembangkan menjadi
daerah agrowisata berada pada kelas B, C dan D. Pada lahan subur tersebut memungkin diadakannya bangunan infrastruktur wisata pertanian. Akan tetapi
luasan daerah yang digunakan juga sangat ditentukan dari ada atau tidaknya atraksi pada daerah tersebut baik berupa pemandangan ataupun aktivitas
masyarakat, potensi dan juga kemudahan akses dalam menjangkau tempat tersebut serta kemungkinan bahaya mengingat daerah ini juga memiliki area
konsevasi yang cukup luas dan tersebar.
4.1.1.5 Vegetasi Dan Satwa
Vegetasi di Desa Ketep terbagi menjadi dua yaitu tanaman non-pertanian dan tanaman pertanian. Tanaman non-pertanian diantaranya Bambu Bamboosa
vulgaris, Rumput Gajah Pennisetum pupureum, Alang-alang Imperata cylindrical, rerumputan dan tanaman liar yang tumbuh di lembah-lembah
perbukitan. Sedangkan tanaman pertanian merupakan jenis tanaman budi daya utama yang ditanam pada pekarangan dan tegalan untuk kebutuhan pangan dan
produksi. Tanaman tersebut dapat berupa tanaman pangan, hortikultura, obat- obatan dan industri. Beberapa jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan oleh
masyarakat setempat dapat dilihat pada Tabel 7. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa tanaman pertanian yang terdapat
di dalam tapak cukup beragam. Berdasarkan kalender musim dan pola tanam di Desa Ketep dan Banyuroto yang terdapat pada Lampiran 4, dapat ditentukan
bahwa tanaman cabai, tomat, kol dan tembakau merupakan tanaman yang sering ditanam dan menjadi salah satu komoditas utama tanaman hortikultura dimana
hampir sepanjang musim hujan tanaman ini akan selalu ada dan ditanam oleh penduduk. Hal ini menunjukkan keempat tanaman tersebut dapat dijadikan
sebagai tanaman utama dalam pengembangan agrowisata mengingat kontinuitas ketersediaannya yang memadai sepanjang tahun.
Tabel 7. Jenis Tanaman Pertanian di Desa Ketep No
Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Jagung
Zea Mays 2
Strawberi Faragaria ananassa
3 Cabai
Capsicum annum 4
Labu Siam Sechium edule
5 Kubis
Brassica sp. 6
Nangka Arthocarpus heterophylla
7 Tembakau
Nicotiana tabaccum 8
Tomat Solanum licopersicum
9 Pisang
Musa paradiciaca 10
Pepaya Carica papaya
11 Kelapa
Cocos nusifera 12
Buncis Vigna sinensis
13 Kopi
Coffea Arabica 14
Bawang Daun Allium fistulosum
15 Salak
Salaca indica 16
Lidah Mertua Sanseviera Trifasciata
17 Puring
Codieum variegatum 18
Hanjuang Dracaena fragans
19 Aglonema
Aglonema sp. 20
Bogenfil Bougainfillea spectabilis
21 Bayam Merah
Amaranthus sp. 22
Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis
Sumber: Hasil Survei 2009
Selain keempat tanaman tersebut, tanaman yang memiliki nilai jual dan menunjang pengembangan agrowisata yaitu strawberi, nangka dan tanaman hias.
Tanaman strawberi berpeluang untuk dikembangkan menjadi oleh-oleh khas dataran tinggi. Tanaman ini memungkinkan untuk ditanam disepanjang jalur jalan
utama sehingga pengunjung mudah mengaksesnya. Pemberian pengetahuan khusus perlu diberikan kepada petani jika ingin mengembangkannya lebih jauh.
Tanaman selanjutnya adalah nangka. Secara khusus tanaman ini tidak akan dijadikan objek agrowisata secara langung tetapi potensi yang bisa dikembangkan
adalah pengolahan buah nangka itu sendiri. Hal itu didukung dengan adanya kelompok ibu tani yang sedang mengembangkan usaha pengolahan buah nangka
menjadi dodol dan pengembangan begonia serta anggrek. Jika tanaman ini dibudidayakan lebih intensif, maka kecukupan bahan baku akan nangka akan
tercukupi sehingga produk olahan nangka ini pun dapat menjadi oleh-oleh bagi pengunjung agrowisata Ketep.
Tanaman lain yang berpotensi yaitu tanaman hias. Tanaman ini banyak dibudidayakan oleh warga. Bahkan, beberapa kelompok tani ada yang
mengembangkan tanaman hias ini. Tanaman ini banyak didaerah pemukiman penduduk. Sentra-sentra tanaman hias dapat ditemukan di Dusun Ketep, Gintung
dan Gondang Sari. Pada umumnya, penyebaran vegetasi pada tapak terbagi menjadi 3 yaitu
tipe penyebaran linier, geometrik dan alami. Penyebaran linier merupakan penyebaran vegetasi yang mengikuti jalur jalan dan bantaran sungai yang
memberi kesan tegas dalam membentuk sebuah koridor. Tanaman non-pertanian lebih dominan dalam membentuk penyebaran tersebut. Penyebaran geometrik
merupakan penyebaran tanaman yang membentuk bidang lahan yang terpola dan membentuk pandangan yang menyebar atau bidang-bidang kecil pada halaman
pemukiman yang membentuk kesan estetis. Sedangkan penyebaran alami merupakan penyebaran vegetasi yang mengikuti bentukan lahan yang dapat
memberi kesan luas jika dilihat dari kejauhan. Dominasi tanaman non-pertanian banyak ditemukan dalam membentuk ruang ini.
Selain vegetasi, ditemukan pula beberapa jenis satwa pada tapak. Satwa yang ada pada daerah ini terbagi atas dua jenis yaitu satwa liar yang berhabitat
pada tapak dan satwa yang dibudidayakan oleh masyarakat yang lazim disebut sebagai ternak. Satwa liar yang ditemukan di tapak diantaranya burung elang,
kadal, bajing, kera, rusa, ular dan berbagai jenis serangga. Satwa ini dapat ditemukan pada daerah-daerah seperti ladang, pepohonan di tepi jalan dan
bantaran sungai serta hutan yang ada di lembah-lembah perbukitan. Hewan ternak yang ditemukan di tapak antara lain kelinci, ayam, sapi, kambing, itik dan burung.
Satwa-satwa tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata terutama sapi. Kegiatan yang bisa dikembangkan
diantaranya memerah susu, memandikan hewan ternak, mengikuti proses budidaya hewan tersebut, membeli hasil olahan ternak serta memburu
pemandangan hewan tersebut. Hal ini pun sangat ditunjang dengan adanya Prima Tani melalui pengembangan sapi pedaging yang pernah ada di Dusun Puluhan.
Meskipun berjalan tersendat tetapi jika diberikan pengarahan dan pendampingan kembali kepada kelompok tani yang mengelola maka sangat memungkinkan dapat
berkembang dan menciptakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
4.1.1.7 Hidrologi
Bentuk badan air yang ada di desa ini merupakan badan air alami yang terdiri terdiri dari sungai dan mata air. Mata air terletak pada Dusun Puluhan 1
buah, Ketep 1 buah dan Gondang Sari 4 buah Profil Desa Ketep, 2007. Sungai-sungai yang ada di desa ini merupakan sungai-sungai kecil yang terbentuk
di lembah perbukitan desa dimana sumber airnya berasal dari celah-celah bebatuan yang ada. Lebar dari aliran ini berkisar antara 1-3 meter. Kondisi badan
air yang ada relatif baik. Hal itu terlihat dari masih terlindungnya badan air tersebut dengan rerimbunan pohon yang merupakan pengikat air hujan dan
pengikat air tanah. Selain itu kualitas air seperti kejernihan dan kebersihan yang ada juga tergolong baik. Kondisi tersebut tergambar dari Gambar 8.
Sungai-sungai yang ada di desa ini bersifat temporermusiman. Meskipun terdapat alilran air akan tetapi aliran tersebut sangat kecil. Biasanya aliran sungai
akan lebih besar jika telah memasuki musim hujan meskipun tingkat kenaikannyapun tidak signifikan. Sedangkan pada musim kemarau aliran sungai
akan kecil bahkan cenderung kering.
a b Gambar 8. Hidrologi pada Tapak
a Kondisi Mata Air Pada Tapak, b Pipa-Pipa Penyalur Air Bersih
Sumber air baik untuk konsumsi ataupun usaha pertanian Desa Ketep berasal dari air hujan dan mata air yang ada diwilayah ini. Air hujan yang
biasanya turun bersamaan dengan datangnya musim hujan atau peristiwa turunnya kabut akan memberikan suplai air tanah. Sedangkan mata air yang ada masih
dalam kondisi baik meskipun jumlah air yang dihasilkan kurang stabil dan belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk desa.
Drainase di Desa Ketep terbagi menjadi dua yaitu alami dan buatan. Drainase alami merupakan drainase yang mengikuti topografi yang ada pada
tapak. Air mengalir dari puncak bukit dan teras tegalan menuju lembah sempit yang terdapat disela-sela perbukitan desa menuju ke arah barat. Drainase buatan
merupakan drainase yang sengaja dibuat oleh masyarakat seperti pada lahan tegalan, sepanjang koridor jalan dan permukiman penduduk.
Secara umum kondisi drainase pada tapak bervariasi. Drainase alami pada tapak seperti sungai dan saluran alami relatif baik. Hal itu dikarenakan keberadaan
pepohonan yang berfungsi sebagai pelindung badan air masih terpelihara. Sedangkan kondisi drainase buatan terlihat kurang baik terutama pada daerah
permukiman. Kondisi demikian karena masyarakat perdesaan belum memiliki perencanaan dalam mengatur saluran air mereka sehingga mereka mengalirkan
limbah rumah tangganya ke dalam parit-parit yang ada di depan atau belakang rumah mereka bahkan ke dalam jurang yang ada.
Kebutuhan air minum sehari-hari bagi penduduk didapat dari sumber mata air yang berasal dari Desa Banyuroto, Dusun Gondang Sari, Dusun Ketep dan
Dusun Puluhan. Air tersebut dialirkan melalui pipa-pipa PVC ataupun selang plastik dengan panjang ratusan meter yang dapat kita lihat pada Gambar 8.
Biasanya terdapat stasiun pengumpul air pada tiap-tiap posisi yang berfungsi mengumpulkan air sebelum disalurkan ke rumah-rumah peduduk. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan air yang hilang karena meresap kedalam tanah jika dialirkan secara alami melalui drainase alami ataupun buatan.
Perlu suatu area khusus untuk memberikan perlindungan pada daerah- daerah di dalam desa yang berfungsi sebagai resapan air hujan dan sumber mata
air. Hal itu bisa dilakukan dengan menetapkan kebijakan ruang konservasi di beberapa daerah yang berfungsi seperti itu. Selain itu diperlukan pembangunan
infrastruktur khusus untuk mengalirkan air dari mata air tersebut ke daerah pemukiman seperti penyediaan pompa air, stasiun penampungan air dengan
kapasitas yang cukup besar.
4.1.2 Aspek Sosial 4.1.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Menurut data dari BPS 2007 dan profil desa, jumlah penduduk Desa Ketep adalah 2.219 jiwa dengan rincian 1.112 pria dan 1.107 wanita yang tersusun ke
dalam 573 KK dengan 15 RT dan 6 RW. Setengah penduduk desa hanya berpendidikan rendah yaitu tamat SD. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ketep Usia 5 Tahun Keatas No
Tingkat Pendidikan Banyak Penduduk
1 Tamat PT
9 2
Tamat SLTA 22
3 Tamat SLTP
237 4
Tamat SD 1245
5 Tidak Tamat SD
110 6
Belum Tamat SD 340
7 Tidak Sekolah
62 Jumlah Total
2025
Sumber : DSPM Jateng 2007
Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia Desa Ketep sangat rendah. Hal ini disebabkan kurangnya semangat belajar bagi
sebagaian besar masyarakat meskipun mereka sangat mengerti arti penting dari
pendidikan. Selain itu, keberadaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan juga terbatas hanya sampai tingkat SLTP seperti yang ada pada tabel 9 sehingga jika
mereka hendak berlajar ke jenjang yang lebih tinggi mereka harus menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga ke luar desa.
Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Ketep
Sumber : DSPM Jateng 2007
Kondisi ini menuntut adanya pembimbingan khusus bagi warga sebagai bentuk motivasi dan pendampingan guna memudahkan mereka dalam
mengembangkan dan mengelola agrowisata ini mengingat mereka akan memainkan peran penting didalamnya.
Jika dilihat dari jenis mata pencaharian, sebagian besar penduduk Ketep bekerja sebagai petani. Jenis mata pencahariaan penduduk Desa Ketep dapat
dilihat secara rinci pada Tabel 10.
Tabel 10. Jenis Mata Pencahariaan Penduduk Desa Ketep
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
1 Petani
1.540 2
Buruh Tani 22
3 Buruh Bangunan
21 4
Pedagang 50
5 Angkutan
2 6
PNS 3
7 Lain-lain
156
Sumber : DSPM, 2007
Selain petani, penduduk Ketep juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian dan keberadan objek wisata Ketep
Pass menjadi sektor penting sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Umumnya masyarakat Desa Ketep beragama Islam 2.019 orang dan
Kristen Protestan 128 orang. Sarana peribadatan yang ada di desa ini yaitu
No Sarana Pendidikan
Jumlah
1 TK
1 2
SD 1
3 SLTP
1 4
SLTA -
5 PT
-
Masjid 6 buah, langgar 3 buah dan gereja 1 buah. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis karena diantara mereka sudah saling mengerti. Hal ini juga
ditunjang oleh tradisi masyarakat jawa yang memegang prinsip tepo seliro. Masyarakat desa juga melestarikan kesenian tradisional seperti
jatilankuda lumping, campur sari, ketoprak, musik dangdut, wayang kulit. Kesenian tradisional tersebut dapat kita jumpai pada momen-momen khusus baik
sebagai perayaan hari-hari tertentu atau memang ada hajatan tertentu pula. Biasanya mereka akan muncul pada waktu-waktu seperti memperingati hari
kemerdekaan, acara pernikahan, acara syukuran, dan perayaan momen-momen penting tradisi islam seperti ruwatan, rajaban, muludan, nuzulul quran. Perayaan-
perayaan seperti ini menandakan kalau masyarakat setempat masih memegang teguh tradisi masyarakat jawa.
4.1.2.2 Tingkat keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep
Berdasarkan data Penilaian Keberlanjutan Masyarakat PKM dari Global Ecovillage Network GEN, status masayarakat Desa Ketep sudah menunjukkan
awal yang baik ke arah keberlanjutan. Kesimpulan ini didapat dari hasil pengolahan kuesioner PKM yang disebarkan kepada masyarakat saat di lapang.
Data hasil pengolahan tersebut dapat dilihat di dalam Tabel 11.
Tabel 11.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep No
Parameter Nilai
1 Bobot total aspek ekologi
223 2
Bobot total aspek sosial 292
3 Bobot total aspek spiritual
264 Bobot total keseluruhan aspek
779
Sumber : Hasil Analisis PKM 2009
Dari tabel tersebut diketahui bahwa awal yang baik ke arah keberlanjutan masyarakat Desa Ketep berada pada posisi 779 dari skala 0-1000. Nilai ini
mengindikasikan bahwa konsep-konsep ecovillage sedikit banyak telah mereka terapkan meskipun mereka sendiri belum mengetahui akan teorinya. Untuk itu,
pengarahan-pengarahan dari pemerintah setempat diperlukan guna memantapkan kondisi demikian. Hal ini menjadi modal penting dalam merencanakan daerah
tersebut menjadi daerah agrowisata ke depannya.
Nilai keberlanjutan masyarakat Desa Ketep diperoleh dari hasil penjumlahan dari ketiga aspek penyusun keberlanjutan masyarakat itu sendiri
yaitu aspek ekologi, sosial dan spiritual. Aspek ekologi merupakan aspek yang membahas tentang pola interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Selain itu
aspek ini juga bisa memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan masyarakat tersebut secara langsung.
Aspek ekologis masyarakat Desa Ketep menunjukkan bobot total yang menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan. Ini merupakan modal awal
dari pengembangan kawasan Ketep mengingat daerah ini sudah menjadi daerah tujuan wisata sebelumnya. Hal itu dapat kita lihat pada Tabel 12 dibawah ini.
Tabel 12.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Ekologi
No Parameter
Bobot
1 Perasaan terhadap tempat
37 2
Ketersediaan, produksi dan distribusi makanan 33
3 Infrastruktur, bangunan fisik dan transportasi
35 4
Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat 20
5 Sumber air, mutu dan penggunaannya
42 6
Limbah cair dan pengelolaan polusi air 12
7 Sumber dan penggunaan energi
44 Total nilai untuk aspek ekologis
223
Sumber : Hasil Analisis PKM 2009
Dari data diatas terlihat bahwa bobot parameter ke-6 aspek ekologis yaitu mengenai limbah cair dan pengelolaan polusi air pada Desa Ketep adalah yang
terkecil dengan total nilai 12. Nilai ini diberikan mengingat pemahaman penduduk tentang pengolahan limbah cair yang baik secara umum masih rendah. Meskipun
sebagaian besar masyarakat telah menggunakan septic tank sebagai salah satu teknologi pengolah limbah namun limbah cair lainnya dibuang secara langsung ke
jurang-jurang yang ada tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu baik itu limbah rumah tangga ataupun limbah cair hasil peternakan yang ada. Kondisi ini sangat
berbahaya karena wilayah ini terletak didataran tinggi yang memungkinkan limbah tersebut terbawa oleh aliran air ke daerah yang ada dibawahnya. Hal ini
menandakan kalau diperlukan suatu tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Satu tingkat diatas parameter terkecil dari aspek ekologi adalah parameter
ke-4 yaitu pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat. Parameter ke-4 juga
menunjukkan diperlukannya perlakuan untuk menuju kearah keberlanjutan. Itu dapat dijelaskan dari pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengambil
sumber daya dari luar wilayah seperti bahan pangan. Selain itu teknologi pengolahan limbah padat belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga
sampah-sampah padat selain sampah organik yang dihasilkan dibuang begitu saja ke jurang-jurang tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Beberapa masukan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki dampak parameter ke-4 dan ke-6 diantaranya adalah memperbaiki sistem pengolahan
limbah padat dan cair. Ini bisa dilakukan dengan membuat saluran khusus yang diperuntukkan bagi limbah cair tersebut yang terhubung dengan pusat-pusat
pengolahan limbah dan daerah peresapan. Bagi limbah padat, diperlukan pula adanya sistem pengolahan limbah secara mandiri mengingat jauhnya TPA yang
ada baik berupa stasiun pengolahan limbah dengan kapsitas kecil yang berada di dalam desa. Selain itu, peningkatan program penyadaran masyarakat juga perlu
untuk dilakukan secara teratur guna menimbulkan semangat dan kebiasaan yang baik terhadap pengolahan limbah kedepannya.
Data pada Tabel 12 juga menunjukkan adanya perameter dominan untuk nilai awal yang baik menuju keberlanjutan pada Desa Ketep. Parameter itu ada
pada parameter ke-5 yakni sumber air, mutu dan penggunaannya dan ke-7 yakni sumber dan penggunaan energi. Meskipun demikian parameter yang lain juga
menunjukkan hal yang sama hanya saja masih dalam nilai yang cukup. Seperti yang tercantum di dalam Tabel 12 parameter ke-5, masyarakat
Ketep sangat memperhatikan sumber air mereka. Hal ini ditandai dengan tetap terpeliharanya mata air yang ada di desa tersebut meskipun jumlahnya sedikit dan
tidak mencukupi kebutuhan. kondisi tersebut juga mendorong masyarakat setempat untuk menghemat air dengan penggunaan yang minim serta menghindari
hilangnya air dari kebocoran pipa penyalur air ke rumah-rumah mereka. Didukung dengan kondisi tanah yang selalu mengandung air maka tanaman yang ada pun
tidak membutuhkan penyiraman yang intensif termasuk juga tanaman pertanian. Kondisi ini perlu untuk selalu dipertahankan.
Parameter ke-7 menjelaskan kalau masyarakat setempat merasa betah dengan kondisi desa yang seperti yang mereka alami saat ini. Kondisi itu yang
memudahkan mereka dalam mengakses kebutuhan makanan secara alami terutama sayuran, serta keberadaan transportasi yang lebih memudahkan mereka
dalam membangun ekonomi. Aspek selanjutnya sebagai penyusun dari bobot keberlanjutan Desa Ketep
yaitu aspek sosial. Dari data pada Tabel 13 terlihat bahwa parameter ke-5 dari aspek sosial menunjukkan angka yang terkecil. Kondisi itu diakibatkan sebagian
besar masyarakat masih berpendidikan rendah dan jarang ada penduduk yang bersekolah tinggi. Itu disebabkan karena beberapa hal diantaranya terbatasnya
infrastruktur pendidikan hanya pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Selain itu, faktor keuangan dan dorongan masyarakat untuk belajar masih tergolong
rendah meskipun pada prinsipnya mereka sangat menghormati ilmu pengetahuan. Hal ini menandakan kalau diperlukan suatu tindakan untuk mencapai
keberlanjutan. Untuk itu pemerintah setempat perlu untuk menambah infrastruktur atau
sarana lainnya dalam bidang pendidikan mengingat pendidikan merupakan unsur penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sarana itu
dapat berupa gedung atau model belajar yang informal yang memberi mereka motivasi belajar serta keterampilan baru yang dibutuhkan guna menyiapkan
mereka dalam mendukung perencanaan agrowisata kedepannya. Selain itu, pengusahaan beasiswa belajar bagi penduduk setempat juga perlu dikuatkan
terutama pada usia sekolah guna menjamin keberlangsungan proses belajar tersebut.
Data Tabel 13 juga menerangkan akan adanya bobot terbesar pada dua aspek sosial yaitu aspek keterbukaan, kepercayaan, keselamatan dan ruang
bersama parameter 1 serta aspek keberlanjutan sosial parameter 4 pada Desa Ketep. Nilai dari parameter pertama ini diperlihatkan dari kuatnya hubungan yang
terjalin antar sesama penduduk desa bahkan hingga tingkat tetangga yang mengakibatkan adanya sikap saling menjaga antara satu dengan yang lainnya.
Kondisi ini menjamin keamanan bagi setiap penduduk desa baik remaja, wanita dan anak-anak. Selain itu interaksi pergaulan sosial pada masyarakat desa juga
berlangsung setiap hari sehingga rasa kepercayaan antara satu dengan yang lainnya mudah terbentuk.
Tabel 13. Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Sosial
No Parameter
Bobot
1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama
52 2
Komunikasi-aliran gagasan dan informasi 33
3 Pencapaian jaringan dan jasa
49 4
Keberlanjutan sosial 52
5 Pendidikan
23 6
Pelayanan kesehatan 45
7 Keberlajutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat
38 Total nilai untuk aspek sosial
292
Sumber : Hasil Analisis PKM 2009
Lain halnya dengan parameter keempat. Meskipun memiliki nilai yang sama dengan parameter pertama tetapi nilai ini tercermin dari tingginya hubungan
kekeluargaan dan sistem musyawarah dalam mengatasi setiap permasalahan desa. Lembaga musyawarah yang difasilitasi oleh pemerintah desa bekerja secara
efektif dalam menyerap aspirasi dari warga. Dalam hal ini, warga pun senantiasa dengan bentuk musyawarah yang ada karena hal itu sejalan dengan tradisi
masyarakat jawa yang mereka anut secara turun temurun. Itulah nilai positif yang menjadi tradisi bagi masyarakat setempat dan perlu untuk dipertahankan.
Tabel 14. Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Spiritual
No Parameter
Bobot
1 Keberlanjutan budaya
59 2
Seni dan kesenangan 23
3 Keberlanjutan spiritual
29 4
Keterikatan masyarakat 51
5 Gaya pegas masyrakat
21 6
Pandangan terhadap dunia 35
7 Perdamaaian dan kesadaran global
46 Total nilai untuk aspek spiritual
264
Sumber : Hasil Analisis PKM 2009
Aspek terakhir dari penyusun bobot keseluruhan nilai keberlanjutan masyarakat Desa ketep adalah aspek spiritual. Aspek ini pun menunjukkan angka
yang menunjukkan bahwa aspek spiritual desa juga akan berlanjut. Data dari penilaian aspek tersebut tertera pada Tabel 14.
Dari data di atas terlihat bahwa parameter aspek ke-5 merupakan angka terkecil. Hal itu disebabkan karena masyarakat Desa Ketep kurang berani dalam
membuka diri untuk meningkatkan kemampuannya dalam menangani krisis atau
permasalahan yang muncul di desa mereka. Selain itu, meskipun mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat akan tetapi mereka tidak dapat saling mendukung
masyarakat marjinal yang ada di desa mereka. Hal ini membutuhkan pendekatan yang baik dari pemerintah setempat agar kesadaran bahwa mereka perlu bersatu
tidak hanya terikat karena adat dan tradisi bisa lebih baik. Parameter terkecil yang ke-2 adalah seni dan kesenangan. Hampir setiap
hari warga berkecimpung dengan dunia pertanian dan jarang sekali memiliki waktu untuk berekreasi dan melakukan aktifitas kesenangan seperti olah raga,
menyalurkan hobi dan bersantai. Ruang bersama untuk aktivitas seni juga terbatas. Penduduk desa hanya menggunakan momen-momen tertentu saja dalam
kalender tahunan untuk menyalurkan jiwa seni mereka. Untuk itu diperlukan adanya sarana atau fasilitas lain yang berfungsi sebagai penyaluran seni tersebut.
Data parameter ke-1 dan ke-4 merupakan parameter dengan nilai tertinggi dari aspek spiritual. Keterikatan masyarakat dan keberlanjutan budaya merupakan
parameter yang menunjukkan kemajuan sempurna menuju keberlanjutan. Disini warga senantiasa mengajarkan warisan budaya yang mereka miliki kepada anak-
anak mereka. Kesadaran mereka terhadap budaya leluhur masih tinggi dan terpelihara. Hubungan yang terjalin dalam masyarakat baik sesama pria atau
wanita, anak-anak dan orang dewasa sangat baik dengan tetap dipatuhinya norma- norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Kondisi ini perlu untuk dipertahankan
agar tradisi masyarakat tetap lestari.
4.1.2.3 Persepsi Pengunjung
Dari hasil survei lapang yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 30 responden maka didapatlah informasi yang dibagi berdasarkan
identitas, persepsi dan preferensi yang diinginkan pengunjung terhadap lokasi penelitian. Data tersebut dapat dilihat di Lampiran 4.
Berdasarkan data tersebut, sebagian besar pengunjung tapak ternyata memiliki tujuan rekreasi 97 serta baru pertama kali mengunjungi tapak
73,4. Kebanyakan dari mereka menggunakan kendaraan bermotor 53,3 dan berkelompok 73,3 dengan waktu kunjungan yaitu satu jam 60. Sebagian
mereka ternyata hanya mengalokasikan 10-50 ribu untuk alokasi berekreasi dalam
sebulannya 73,3. Mereka mendapat informasi akan adanya tempat ini dari teman mereka yang pernah berkunjung ke sini sebelumnya 73,4.
Secara umum pendapat mereka terhadap kawasan adalah baik. Mereka berpendapat kalau daerah Ketep adalah indah 66,7, nyaman 85, mudah
diakses 81, bersih 90, jalan sudah baik 86,6 dan banyak memberikan pengalaman berwisata 60. Sedangkan keinginan mereka diantaranya
penambahan atraksi wisata terutama dalam bidang hortikultura 22,8 seperti melihat pemandangan aktivitas masyarakat 18 serta atraksi keolahragaan
seperti out bond 20. Pendapat ini tentu menjadi modal berharga bagi pengembangan agrowisata kedepannya.
4.1.3 Objek dan Atraksi Wisata
Salah satu aspek penting dalam merencanakan daerah pariwisata adalah tersedianya objek atau atraksi yang mampu di jual kepada pengunjung. Syarat
yang dimiliki oleh objek tersebut yaitu something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat oleh pengunjung, something to do yaitu kegiatan apa saja yang dapat
dilakukan pengunjung dan something to buy sebagai apa saja yang mampu dibeli ditempat tersebut.
Desa ketep memiliki beberapa objek dan atraksi wisata yang berpeluang besar untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Berdasarkan survei lapang
kawasan ini memiliki ciri khas. Objek dan atraksi wisata tersebut berasal dari tiga hal yaitu aspek karakter lanskap pertanian, perdesaan dan karakter sosial,
ekonomi dan kebudayaan masyarakat setempat serta kegiatan pertanian yang ada di sana. Objek yang dimiliki oleh desa ini yaitu berasal dari bidang pertanian yaitu
tanaman holtikultura sayuran, buah, tanaman hias. Selain itu latar Gunung Merapi dan Merbabu serta aktivitas masyarakat pun dapat dijadikan sebagai objek
dan atraksi wisata desa ini.
4.1.3.1 Objek dan atraksi agrowisata tanaman hias dan buah
Daerah ketep berada pada iklim yang sejuk. Hal ini merupakan potensi yang baik untuk membudidayakan tanaman hias dan buah. Hal itu dapat diamati
di sepanjang jalan SSB dari arah Magelang seperti pada Gambar 9. Sepanjang
jalan tersebut masyarakat banyak yang membudidayakan buah strawberi. Buah ini banyak ditanam warga sebagai selingan dari menanam sayuran. Akan tetapi ada
pula warga yang sengaja menanamnya sebagai mata pencaharian utama meskipun jumlahnya sedikit.
a b
Gambar 9. Potensi Objek dan Atraksi Wisata di Dusun Ketep
a kebun strawberi , b kios tanaman hias Sebagian besar tanaman tersebut dikelola secara mandiri oleh perorangan
warga pemilik lahan. Pengelolaan dilakukan secara manual dan berkala. Sebagian dari warga adapula yang berkelompok dalam melakukannya. Bentuk pengelolaan
seperti pemupukan, penyiangan hingga pembibitan ulang tanaman. Selain tanaman strawberi, disepanjang jalan SSB terutama pada Dusun
Ketep dapat ditemukan pula tanaman hias. Tanaman tersebut tersebar disepanjang jalan lengkap dengan kios-kios tempat tanaman tersebut dipasarkan. Adapula
beberapa display tanaman yang ditanam secara langsung di pinggi jalan. Tanaman yang ada diantaranya aglonema, lidah mertua, dan paku-pakuan.
Pengelolaan tanaman hias ini jauh lebih baik dari tanaman stawberi karena mereka sudah menggunakan saranan kelompok tani. Kelompok tersebut saling
membina kemampuan masing-masing sehingga budidaya tanaman hias dapat berkembang di Dusun Ketep. Meskipun demikian dalam hal pemasaran kelompok
ini masih kesulitan mengingat harga tanaman hias yang berfluktuatif. Tanaman strawberi dan tanaman hias merupakan tanaman yang sangat
berpotensi di kembangkan sebagai bagian dari agrowisata desa. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan objek tersebut diantaranya kegiatan
budidaya, pemanenan hingga menikmati buah strawberi secara langsung. Selain
itu, pengunjung dapat pula membeli tanaman hias dan buah secara langsung di tempat tersebut. Untuk itu, diperlukan perencanaan infrastruktur yang memadai
guna mengembangkan potensi tersebut.
4.1.3.2 Objek dan atraksi agrowisata tanaman sayuran
Tanaman sayuran banyak ditemukan di desa ini, yang menyebar hampir di setiap dusun yang ada. Meskipun demikian, Dusun Gondang Sari yang berada di
sebelah timur yang sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat wilayahnya yang dekat dengan mata air sehingga memudahkan petani dalam mencukupi
kebutuhan air bagi tanamannya. Di tempat ini banyak tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu
kubis, tembakau, dan tomat. Ketiga tanaman inilah yang sering ditanam oleh masyarakat setempat sehingga memungkinnkan untuk dikembangkan secara
langsung menjadi komoditas agrowisata sayuran.
Gambar 10. Potensi Objek dan Atraksi Wisata Tanaman Tomat
Aktivitas pengunjung yang sangat mungkin dilakukan pada daerah ini yaitu kegiatan budidaya seperti pembibitan, penyiapan lahan, pemupukan,
pemanenan, pengepakan dan pembelian tanamn secara langsung serta menikmati hasil pertanian tersebut. Disamping itu pengunjung juga dapat berinteraksi secara
langsung dengan penduduk lokal.
4.1.3.3 Objek dan atraksi agrowisata peternakan
Selain tanaman hortikultura, desa ini juga memiliki potensi lain yaitu ternak. Hampir di setiap dusun memiliki perumahan yang diselingi dengan
kandang ternak besar yaitu sapi. Dari seluruh dusun yang ada, Dusun Puluhan
adalah dusun yang sangat berpotensi untuk dikembangkannya agrowisata berbasis ternak mengingat dusun ini terpilih sebagai tempat program Prima Tani
peternakan.
Gambar 11. Atraksi Memberi Makan Ternak Sapi
Ternak yang ada di sini berupa ternak daging, tetapi tidak tertutup kemungkinan ternak perah juga dapat dikembangkan mengingat kondisi
lingkungan yang sangat mendukung. Kandang ternak yang ada di dusun ini berupa kandang komunal yaitu kandang yang dihuni oleh lebih dari dua ternak
yang dimiliki oleh lintas kepala keluarga. Kebanyak pemilik dari ternak tersebut adalah anggota kelompok tani setempat.
Keberadaan ternak ini akan berdampak positif jika dikembangkan secara optimal. Kegiatan kunjungan dapat diarahkan menjadi kegiatan wisata seperti
membudidayakan ternak, pemerahan susu, pembuatan yogurt, hingga pengolahan hasil ternak lainnya seperti bio gas. Disamping itu pengunjung juga dapat
membeli secara langsung hasil ternak yang ada untuk oleh-oleh atau dinikmati ditempat.
4.1.3.4 Objek dan atraksi agrowisata teknologi petanian
Dusun Gintung merupakan dusun yang berada tepat di pinggir jalan utama SSB. Dusun ini berbatasan langsung dengan Desa Wonolelo. Meskipun dusun ini
tidak sebesar Dusun Ketep akan tetapi dusun ini memiliki potensi berupa pembuatan konsentrat untuk pakan ternak seperti pada Gambar 12. Pembuatan
konsetntrat ini merupakan salah bagian dari pengenalan teknologi pertanian oleh Balitbang Departemen Pertanian. Meskipun kondisinya naik turun tetapi dengan
adanya keseriusan warga potensi ini maih mungkin dikembangkan.
Gambar 12. Proses Pembuatan Konsentrat Pakan Ternak
Proses pembuatan konsentrat pakan di Dusun Gintung dapat dijadikan sebagai objek agrowisata. Kegiatan ini juga termasuk ke dalam program Prima
Tani. Pembuatan konsentrat ini ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan pakan ternak yang ada di Desa Ketep.
Atraksi yang bisa dihadirkan diantaranya penyiapan bahan konsentrat, proses pembuatan hingga pengepakan. Disamping atraksi diatas, pengunjung yang
datang juga dimungkinkan untuk melihat secara langsung kehidupan masyarakat dusun serta bentuk-bentuk arsitektur rumah yang ada. Hal itu dimungkinkan
karena pengunjung akan melewati jalan utama dusun yang tepat membelah dusun menjadi dua bagian sehingga akan tersajikan pemandangan yang unik yang tidak
ditemukan di dusun yang lain. Secara
umum masing-masing
dusun memiliki
potensi untuk
dikembangkan. Potensi tersebut seperti yang tampak pada Tabel 15. Sedangkan bentuk agrowisata yang dapat dilakukan dapat dilihat di Tabel 16. Dari seluruh
dusun yang ada, Dusun Gondang Sari, Ketep, Gintung, dan Puluhan yang peluang akan dikembangkan.
4.1.3.5 Objek dan atraksi pendukung agrowisata
Selain terdapat empat objek dan atraksi wisata, desa ini juga memiliki objek dan atraksi pendukung yaitu tradisi kesenian masyarakat yang berada di
Dusun Dadapan. Kegiatan kesenian yang ada di Dusun Dadapan diantaranya jatilan, ketoprak, topeng ireng, wayang kulit. Tradisi ini sudah menjadi bagian
dari aktivitas tahunan bagi masyarakat Dusun Dadapan dan Desa Ketep pada umumnya. Kesenian ini kadang kala juga ada di dusun yang lain.
a b Gambar 13. Atraksi Pendukung Agrowisata di Desa Ketep
a ketoprak, b muludan Pelaksanaan dari kegiatan seni ini biasanya diadakan ketika ada acara-
acara khusus seperti hari besar kemerdekaan, resik desa, muludan, dan acara pernikahan. Kegiatan seperti ini sangat baik guna mendukung kegiatan
agrowisata. Dimana untuk waktu-waktu tertentu pengunjung dapat sekaligus berwisata sambil menikmati kegiatan kesenian masyarakat yang relatif langka di
saat sekarang ini. Oleh karena itu, pembangunan area khusus kesenian dilengkapi dengan fasilitas pelayanan lainnya perlu untuk di lakukan terutama pada Dusun
Dadapan untuk pengembangan area tersebut.
4.1.3.1 Tempat-Tempat Rekreasi di Sekitar Desa Ketep
Berdasarkan Profil Daerah Kabupaten Magelang terdapat beberapa objek wisata disekitar desa ini. Salah satu objek wisata yang berdekatan adalah
Agrowisata Banyuroto yang tepat berada disebelah timur dari tapak. Pengunjung dapat melihat pengembangan teknologi pertanian di sana seperti kebun strawberi,
kandang ternak dan dapat berbelanja oleh-oleh disana. Selain itu, terdapat pula Taman Wisata Kopeng yang berada di Kecamatan
Pakis. Disana pengunjung dapat berenang dan menikmati pemandangan alam yang indah pula. Untuk menempuhnya cukup dengan mengikuti rute timur dari
Desa Ketep. Untuk kategori air terjun, terdapat pula air terjun Kedung Kayang di Desa Wonolelo yang berada di selatan tapak. Air terjun ini juga dapat dijadikann
objek alternatif setelah menuju Desa Ketep. Sedangkan yang cukup terkenal yaitu Candi Borobudur di Kecamatan Borobudur. Candi ini sudah menjadi salah satu
maskot penting bagi wisata Kabupaten Magelang.
Tabel 15. Analisis Potensi Desa
Desa Ruang atraksi
utama Komoditas
Aksesibilitas Potensi Agrowisata
Potensi Lain Objek atau aktivitas wisata
Something to do Something to
see Something to buy
Dusun Ketep
Buah dan tanaman hias
Strawberi dan tanaman hias
Terletak pada jalan kolektor
SSB, lebar jalan 5-6 m
Penghasil sayuran dan buah-buahan,
tanaman hias dan ternak kelimci
Terdapat Objek Wisata Ketep
Pass yang sudah terkenal
dengan wisata kegunungapian
di Jawa Tengah Pengamatan,
pendidikan budidaya
Aktivitas penduduk
setempat Tanaman hias, buah
strawberi
Dusun Dadapan
- -
Terletak pada utama,
dihubungkan oleh jalan desa yang
bersifat kuldesak, jalan setengah
beraspal Penghasil sayuran
dan buah-buahan memiliki tradisi
seni yang tinggi
- Kesenian
tradisional warga
-
Dusun Gintung
Teknologi pertanian
Konsentrat pakan ternak
Dilintasi oleh jalan desa dan
telah beraspal seluruhnya
Penghasil sayuran dan buah-buahan,
tanaman hias, Pabrik pembuatan
konsentrat pakan. -
Pengamatan, pembuatan
pakan Arsitektur
rumah penduduk,
aktivitas masyarakat
Pakan ternak
Dusun Puluhan
Peternakan Sapi
Hanya dilintasi jalan desa yang
belum beraspal, letak cukup jauh
dari jalan utama, banyak jalan
setapak Penghasil sayuran,
memiliki usaha ternak komunal
dan pusat pengolahan hasil
pertanian -
Pengamatan, pendidikan,
budidaya ternak, pengolahan hasil
ternak Pengamatan,
aktivitas masyarkat
Hasil ternak
Dusun Gondang
Sari Sayuran
Kubis, tembakau,
tomat Dilintasi jalan
desa setengah beraspal
Penghasil sayuran, buah-buahan
daerah yang relatif datar,
berpeluang untuk
dikembangkan menjadi wisata
olahraga Pengamatan,
budidaya tanaman, proses
pasca panen Aktivitas
masyarakat Sayuran, pupuk
Tabel 16. Pengembangan Aktivitas Agrowisata
Area tujuan Fungsi di dalam area
Aktivitas Area tujuan
Fungsi di dalam area Aktivitas
Tanaman hias dan buah Penerimaan
Penyambutan, pemberian brosur
Tanaman sayuran Penerimaan
Penyambtan warga Pelayanan
Pemberhentian kendaraan umum dan khusus,
regristrasi ulang, merima info, membeli tanaman
hias, membeli media tanam, membeli buah
strawberi Pelayanan
Pemberhentian kendaraan khusus, regristrasi ulang,
merima info, membeli tanaman sayur, membeli
media tanam, membeli bibit, membeli pupuk
Budidaya Mengamati jenis tanaman
hias, mempelajari teknik budidaya tanaman hias dan
strawberi Budidaya
mempelajari teknik budidaya tanaman sayur
dari proses awal hingga pemanenan
Display Mempelajari cara menata
tanaman hias Display
Mempelajari tata letak tanaman
Pasca panen Mempelajari pembuatan
pupuk kompos, mempelajari cara
pengepakan tanaman danbuah strawberi
Pasca panen Mempelajari pembuatan
pupuk kompos, pengepakan hasil pertanian
Teknologi pertanian pembuatan konsentrat
pakan Penerimaan
Penyambutan warga Peternakan
Penerimaan Penyambtan warga,
pemberian atribut peternakan topi cowboy
Pelayanan Pemberhentian kendaraan
khusus, regristrasi ulang, merima info, saung duduk
dan santai Pelayanan
Pemberhentian kendaraan khusus, regristrasi ulang,
merima info, membeli pakan ternak, membeli
produk hasil ternak
Produksi Mengamati dan
mempelajari teknik pembuatan konsentrat
Budidaya Mengamati dan
mempelajari teknik budidaya ternak sapi,
Pasca produksi Mempelajari pengepakan
produk Pasca panen
mempelajari pembuatan bio gas dan kompos,
mempelajari pemerahan susu dan pengolahan susu
4.2 Sintesis
Setelah melakukan inventarisasi dan analisis terhadap data biofisik, sosial dan atraksi wisata maka diperolehlah sejumlah alternatif yang menjadi pemecahan
masalah terhadap tapak yang akan menjadi daerah agrowisata. Selanjutnya adalah tahapan mengkombinasikan dan menyesuaikan kondisi yang ada dengan konsep
dan tujuan dari perencanaan. Overlay dilakukan terhadap data-data spasial yang ada sehingga daerah pengembangan agrowisata akan terbentuk. Oleh karena itu
semua potensi dan kedala akan diberikan pertimbangan dan solusi terbaik untuk pengembangnya yang tertera pada Tabel 17.
Berdasarkan hasil analisis maka tapak akan dibagi ke dalam tiga ruang utama yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata dan ruang non
agrowisata. Ruang agrowisata yaitu ruang yang cocok untuk dilakukannya aktivitas agrowisata. Ruang ini cenderung aman berdasarkan analisis yang ada
baik dari kemiringannya maupun kedekatannya dengan akses jalan. Intensitas penggunaan ruang ini sangatlah sering mengingat ruang ini akan banyak
dikunjungi. Luas ruang ini yaitu 40 dari luas desa atau sekitar 165 ha. Ruang ini meliputi daerah tanaman budidaya, daerah mata air serta ruang masyarakat. Ruang
ini terdiri dari ruang peternakan, sayuran, teknologi pertanian dan tanaman hias dan buah.
Selanjutnya adalah ruang pendukung agrowisata. Ruang ini adalah ruang dengan intensitas sedang. Luas ruang ini yaitu 17 dari luas kawasan yaitu
sekitar 72 ha. Ruang ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang berada di ruang utama tetapi tetap sesuai dengan kondisi lingkungan yang
ada. Ruang ini terbagi menjadi ruang pelayanan terpusat yaitu pada Dusun Ketep dan Dusun Dadapan serta ruang pelayanan yang menyebar yang berada di antara
ruang utama agrowisata dan ruang penyangga yang sebagian besarnya berupa tegalan. Ruang ini mencakup ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang
masyarakat. Terakhir adalah ruang non agrowisata. Ruang non agrowisata merupakan
ruang dengan intensitas penggunaan yang sangat rendah. Luas ruang ini yaitu 43 atau sekitar 182 ha dari luas tapak. Area ini didominasi oleh semak belukar
dengan kemiringan yang sangat curam. ruang ini terdiri dari ruang konsevasi dan
ruang penyangga. Ruang penyangga yaitu ruang yang berbatasan langsung dengan ruang pendukung dan ruang agrowisata. Sedangkan ruang konservasi adalah
ruang yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan ruang agrowisata dan pendukung. Sebagain besar ruang ini berada di lembah-lembah perbukitan yang
curam. Selain bentuk tertulis hasil sintesis juga dituangkan ke dalam bentuk
spasial seperti terlihat pada Gambar 14. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa sebagian besar daerah yang akan dikembangkan berada pada wilayah tengah dan
timur. Hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah tersebut memiliki kemiringan yang relatif tidak curam jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal lain yang
menjadi alasan berikutnya adalah dekatnya wilayah tersebut dengan akses jalan mengingat keberadaan jalan sangat penting dalam mengembangkan suatu wilayah.
Keberadaan jalan dapat memperlancar arus barang dan jasa untuk masuk dan keluar dari suatu wilayah.
4.2.1 Konsep Perencanaan
Konsep dasar yang digunakan dalam pengembangan kawasan ini yaitu perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis ecovillage yang memadukan antara
potensi aktivitas budidaya pertanian yang bernilai ekonomi dengan karakter alam yang merupakan daerah rawan bencana untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Konsep tersebut diharap mampu mengoptimalkan pengembangan kawasan menjadi daerah agrowisata
yang memiliki karakter serta meningkatkan kemandirian masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian kondisi lingkungan yang ada.
Tabel 17. Hasil Analisis dan Sintersis
Data Analisis
Sintesis Potensi
Kendala
Letak geografis, luas, dan batas tapak
Letak tapak sangat strategis karena berada di antara dua gunung sehingga tanah disana
relatif subur Tapak dilalui oleh jalur penting Solo-Selo-
Borobudur yang sering dilalui kendaraan. Disekitar Tapak terdapat objek wisata yang
cukup beragam. Tapak merupakan daerah pentanian
terutama hortikultura Kurangnya penanda batas tapak
Menyediakan gapura batas tapak Mengembangkan agrowisata dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki tapak
Aksesibilitas Terdapat lebih dari satu akses masuk ke
dalam tapak Dilalui oleh jalan kabupaten dengan
kondisi beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan kecil hingga besar
Sudah ada beberapa pohon pengarah jalan akan tetapi belum seluruhnya
Tersedianya sarana transportasi berupa angkutan umum
Kondisi jalan di dalam desa yang masih buruh dan belum beraspal serta sempit sehingga kurang
nyaman untuk dilalui. Kurangnya fasilitas pendukung jalan baik jalan
utama ataupun jalan desa Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu
jalan, dan lampu penerangan, papan informasi dan pedestrian
Pengaspalan jalan atau pemadatan jalan desa serta pelebaran jalan.
Iklim Kondisi iklim di dalam tapak telah berada
pada kondisi nyaman Curah hujan yang tinggi membantu
menjaga ketersediaan air tanah pada tapak Curah hujan yang tinggi berpeluang untuk
menimbulkan aliran permukaan terutama pada jalan aspal
Seringnya turun kabut menyebabkan terbatasnya waktu pemanfaatan tapak
Pemanfaatan curah hujan tinggi dengan mengupayakan tindakan konservasi tanah dan air
dengan menggunakan vegetasi Penambahan drainase pada jalan
Tanah Tanah Andisol dan Inseptisol yang berada
pada tapak merupakan tanah yang subur sehingga cocok untuk area budidaya
Tanah pada tapak rawan erosi Pengembangan pertanian dan fasilitas wisata pada
area tertentu pada lahan pertanian Mengupayakan adanya pola pemanfaatan lahan
pertanian dengan menerapkan prinsip konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman yang
berperakaran luas dan bermanfaat. Pola Penggunaan
Lahan Area tegalan dan pekarangan yang ada
berpotensi untuk dijadikan sumberdaya dalam perencanaan agrowisata
Area pemukiman pada tapak berdekatan dengan kebun dan tegalan yang merupakan
potensi untuk pengembangan aktivitas wisata berbasis pada budidaya dan
kehidupan masyarakat setempat Adanya beberapa perubahan fungsi lahan
terutama pada daerah sepanjang jalan menuju Ketep Pass
Pengoptimalan tata guna lahan yang ada sebagai acuan dalam pengembangan objek dan atraksi
wisata dalam perencanaan agrowisata yang berorientasi budidaya dan kehidupan masyarakat
setempat
Lanjutan Tabel 17
Vegetasi dan Satwa Beberapa hewan ternak berpotensi untuk
dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dari agrowisata
Pengembanagn yang intensif dari hewan ternak sebagai bagian dari objek dan atraksi dari
agrowisata Hidrologi dan
Drainase Terdapat beberapa sumber mata air yang
menyediakan air bersih bagi warga Tidak adanya sistem drainase yang baik terutama
pada area permukiman yang memungkinkan terjadinya pencemaran air.
Terbatasnya jumlah air terutama saat musim kemarau tiba
Perbaikan dan membuat saluran darainase baik di jalan utama ataupun jalan desa yang lebih
permanen Pembuatan zona korservasi pada area tertentu
Pembuatan sistem pengelolaan limbah cair terutama pada daerah pemukiman
Akustik dan Visual Good akustik berupa kicau burung di sela-
sela kebun, aktivitas bertani Aktivitas pertanian yang dipadukan dengan
keindahan Gunung Merapi dan Merbabu Adanya titik pandang utama yang
menyajikan pemanadangan yang indah yaitu Ketep Pass
Kurangnya fasilitas untuk menikmati pemandangan di luar Ketep Pass
Area permukiman yang padat dan kurang bersih menyebabkan bad view.
Mengembangkan fasilitas untuk mengoptimalkan keindahan akustik dan visual
Objek dan Daya Tarik Wisata
Memiliki berbagai objek dan atraksi wisata yang berbasis pertanian seperti sayuran,
tanaman hias dan ternak Sebagian besar masyarakat masih
melestarikan sifat ketradisionalannya dalam kehidupan sehari-hari
Sarana dan prasarana yang masih terbatas Pembuatan perencanaan kawasan yang melibatkan
masyarakat dan pemerintah setempat
Pariwisata Sekitar Tapak
Terdapat lebih dari satu tempat pariwisata di sekitar tapak
Adanya Ketep Pass sebagai icon tempat wisata di Kabupaten Magelang dan sudah
memiliki ketenaran hingga tingkat nasional Belum adanya manajemen yang memadai untuk
mengakomodasi potensi wisata agro yang ada di Desa Ketep
Membuat perencanaan manajemen yang melibatkan Ketep Pass dan wisata agro dengan
melibatkan masyarakat sebagai pengelola utama Membentuk jaringan menejemen terpadu lintas
tempat wisata dan lintas wilayah Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas yang ada masih bersifat tradisional
Kurang legkapnya kesiapan saranan wisata di Desa Ketep
Penambahan saranan dan fasilitas wisata baik dilihat dari aspek keselamatan maupn aspek
wisatanya. Aspek Sosial
Kepedudukan, keberlanjutan
masyarakat, opini dan keinginan tapak
Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani 1540 orang
Secara garis besar masyarakat setempat akan teus berlanjut
Adanya kunjungan dan transaksi ekonomi yang kontinyu pada daerah ini
Tradisi dan kebudayaan masyarakat petani sudah melekat pada warga
Berfluktuatifnya pendapatan petani Melakukan perencanaan agrowisata berkelanjutan
sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan petani Menambah fasilitas pendukung kegiatan rekreasi
yang sudah ada
4.2.2 Pengembangan Konsep 4.2.2.1 Konsep Ruang
Secara garis besar ruang yang ada akan dibagi menjadi tiga yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata dan ruang non agrowisata. Ruang
agrowisata merupakan ruang yang diperuntukkan untuk mengembangkan segenap potensi pertanian yang ada. Ruang pendukung agrowisata merupakan ruang untuk
melayani setiap kebutuhan yang ada di ruang agrowisata. Selanjutnya, ruang non agrowisata adalah ruang yang diperuntukkan untuk aktivitas di luar agrowisata.
Deskripsi ruang secara umum dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Konsep Pengembangan Ruang pada Tapak
Ruang agrowisata akan dibagi menjadi empat ruang yaitu ruang sayuran, ruang tanaman hias dan buah, ruang peternakan dan ruang teknologi pertanian.
Ruang agrowisata ini memiliki fungsi penerimaan, pelayanan, display, budidaya dan pasca panen dimasing-masingnya. Ruang berikutnya adalah ruang pendukung
agrowisata. Ruang ini terbagi atas ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan ruang masyarakat. Ruang penerimaan merupakan ruang pertama yang akan djumpai
oleh setiap pengunjung yang akan memasuki daerah tapak. Disini pengunjung akan mendapatkan informasi terkait dengan keberadaan tapak secara khusus
sehingga pengunjung akan bersemangat untuk memasuki tapak. Ruang berikutnya adalah ruang pelayanan. Fungsi dari ruang ini yaitu
menyediakan pelayanan kepada pengunjung baik barang maupun jasa. Ruang ini
Ruang Non Agrowisata Konservasi Ruang Non Agrowisata Penyangga
Ruang Agrowisata Ruang Pendung Pelayanan
Ruang Pendukung
Penerimaan
dapat dipusatkan pada satu titik tertentu atau menyebar mengikuti objek. Ruang terakhir pada ruang penunjang adalah ruang masyarakat. Ruang ini merupakan
ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam tapak. Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi referensi dalam melakukan
pengembangan tapak. Selanjutnya adalah ruang non agrowisata. Ruang ini terdiri atas ruang
penyangga dan ruang konservasi. Ruang penyangga merupakan ruang pemisah antara ruang agrowisata dan ruang pendukung agrowisata dengan ruang
konservasi yang tidak diperkenankan adanya aktivitas wisata. Terakhir adalah ruang konservasi yang diperuntukkan untuk menjadi daerah perlindungan tanah
dan air dari kerusakan.
4.2.2.2 Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang melibatkan keikutsertaan pengunjung terhadap kegiatan pertanian. Aktivitas tersebut dapat
berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas aktif diantaranya adalah aktivitas budi daya seperti penyiapan lahan, pengolahan hasil pertanian, dan pengepakan produk
atau aktifitas yang disesuaikan dengan potensi agrowisata yang ada. Sedangkan aktifitas pasif yaitu berupa pengamatan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap
aktivitas yang ada. Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu fasilitas yang sesuai terhadap
fungsi ruang. Fasilitas yang diutamakan yaitu fasilitas yang fungsional dan tradisional sehingga mudah untuk dilakukan pemeliharaan dengan tidak
mengesampingkan fasilitas modern yang sudah ada. Fasilitas dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk memberikan kesan alami tetapi tidak menghilangkan
kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakannya. Selain fasilitas, pengembangan utilitas juga akan dilakukan dengan
memprioritaskan utilitas vital seperti penyediaan sarana air bersih, listrik, komunikasi dan pengelolaan sampah serta limbah. Pengembangan ini dilakukan
mengingat masih adanya keterbatasan desa ini dari teknologi. Selain itu, utilitas ini nantinya disediakan pula untuk mengembangkan sektor lain yang ada di Desa
ketep.
4.2.2.3 Konsep Sirkulasi
Jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga pengguna dapat memperoleh keuntungan baik secara ekonomi maupun
fungsi Laurie 1986 dalam Hapsari 2008. Untuk mendapatkan hal tersebut maka konsep sirkulasi yang diangkat yaitu dengan memanfaatklan jalan yang sudah ada
pada tapak dengan disertai penambahan dan perbaikan rute sirkulasi. Hal ini dimaksudkan
agar pengunjung
dapat menikmati
kunjungannya tanpa
menghilangkan interaksi dengan masyarakat sekitar. Ilustrasi konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Konsep Sirkulasi pada Tapak
Sirkulasi pada tapak akan dibagi menajdi dua yaitu jalur wisata dan masyarakat. Jalur wisata akan digunakan untuk menghubungkan ruang atraksi
yang ada yang terdiri dari jalur primer dan sekunder. Sedangkan jalur masyarakat akan diperuntukkan untuk melayani aktivitas produksi dan kemasyarakatan dan
juga pelayanan. Jalur primer merupakan jalur yang melayani kepentingan pengunjung
untuk menyinggahi ruang atraksi wisata yang ada. Jalur ini menggunakan sistem loop dengan intensitas mobilitas yang tinggi. Sedangkan jalur sekunder akan
digunakan untuk pengunjung dan masyarakat dengan berjalan kaki atau kendaraan kecil dalam melakukan aktivitasnya.
Ruang Agrowisata Ruang Non-agrowisata
Jalur Primer Ruang Atraksi
Ruang Penyangga Jalur Sekunder
Ruang Penunjang Agrowisata Ruang Konservasi
Jalur tersier
4.2.2.4 Konsep Tata Hijau
Konsep tata hijau direncanakan dengan dasar untuk melindungi tanah dan air, melestarikan plasma nutfah, memberi kenyamanan dan mampu memberikan
ciri khas kawasan sebagai daerah yang berhawa sejuk tetapi sulit air. Untuk memaksimalkan potensi maka tata hijau yang digunakan berasal dari tanaman
lokal dan sesuai dengan kondisi lahan. Berdasarkan fungsi dan peruntukannya maka tata hijau akan dibagi
menjadi tata hijau konservasi, tata hijau penyangga, tata hijau peneduh dan tata hijau budi daya. Tata hijau konservasi diperuntukkan pada daerah - daerah pada
tapak yang memiliki potensi bahaya. Selanjutnya yaitu tata hijau penyangga. Tata hijau ini berisi ladang - ladang penduduk dan area semak belukar yang ada. Ketiga
yaitu tata hijau peneduh yang digunakan untuk ruang aktivitas pasif pada daerah penghubung. Terakhir adalah tata hijau budi daya yang merupakan tanaman yang
sengaja ditanam oleh penduduk untuk diambil manfaatnya.
4.3 Perencanaan Lanskap 4.3.1 Rencana Ruang
Rencana ruang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan ruang baik untuk aktivitas wisata ataupun aktivitas masyarakat. Ruang yang akan
dikembangkan yaitu Ruang Agrowisata, Ruang Pendukung Agrowisata dan Ruang Non-agrowisata. Ruang-ruang ini pada dasarnya akan saling menyatu dan
saling melengkapi. Masing-masing ruang memiliki peran dan jenis aktivitas yang berbeda-beda.
A. Ruang Agrowisata 1. Ruang Inti
Ruang ini merupakan ruang atraksi utama dari perencanaan ruang yang ada. Pada ruang ini ditampilkan objek dan atraksi wisata yang ada. Ruang ini
terbagi menjadi beberapa ruang yang didasari dari potensi utama yang dimilki yang dapat dijual kepada pengunjung. Ruang tersebut diantaranya ruang tanaman
hias dan buah, ruang sayuran, ruang teknologi pertanian, dan ruang peternakan.
a. Ruang Tanaman Hias dan Buah
Ruang tanaman hias dan buah adalah area yang dikembangkan pada Dusun Ketep yang ditujukan untuk mengakomodasi potensi dominan
area tersebut yaitu kebun strawberi dan pusat tanaman hias yang dikelola oleh masyarakat setempat. Area ini berada disepanjang jalan utama SSB
pada Dusun Ketep sebelum wisatawan menuju ke Ketep Pass.
a b
c d
Gambar 18. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Tanaman Hias dan
Buah a kios tanaman strawberi, b aktivitas memetik buah,
c kios tanaman hias, d kebun strawberi Pengunjung dapat memasuki ruang ini setelah melewati ruang
pelayanan kawasan. Pengunjung cukup berjalan kaki atau mengikuti kendaraan khusus wisata yang ada. Ruang penerimaan kawasan ini berada
tepat di damping jalan utama SSB. Setelah itu pengunjung dapat masuk ke fungsi pelayanan dimana pengunjung akan mendapat pengarahan oleh
pemandu yang selanjutnya dapat diteruskan ke ruang budidaya dan display.
Ruang ini memungkinkan pengunjung untuk berwisata secara pasif dan aktif. Kegiatan aktif yang dapat dilakukan pengunjung diantaranya
memetik buah strawberi secara langsung, memakan buah tersebut di saung ataupun tempat peristirahatan yang ada, berjalan-jalan disepanjang pusat
tanaman hias, membeli tanaman hias untuk oleh-oleh, ataupun berkomunikasi secara langsung dengan para pembudidaya tanaman
tersebut. Pengunjung juga dapat melakukan kegiatan aktif lainnya seperti berfoto bersama, melihat pemandangan, beristirahat ataupun mengamati
aktivitas warga pada area tersebut. Untuk menunjang aktivitas tersebut maka fasilitas penunjang yang
akan dibangun diantaranya adalah gedung pusat tanaman hias, saung- saung tempat peristirahatan, trotoar jalan, area parkir, papan informasi,
tempat duduk.
b. Ruang Teknologi Pertanian
Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Gintung mengingat pada dusun ini terdapat unit pengolahan pembuatan konsentrat
pakan ternak seperti pada Gambar 20. Dusun ini berada pada wilayah barat dari Dusun Ketep dan berada tepat di sisi jalan SSB sehingga mudah untuk
di akses. Wisata aktif yang dapat dilakukan oleh pengunjung diantaranya
mengikuti proses pembuatan konsentrat tersebut dari mengolah bahan dasar hingga konsetrat selesai dibuat, pengepakan hingga membeli produk
konsentrat yang sudah jadi. Sedangkan aktivitas pasifnya yaitu berfoto, mengamati proses, mengamati kehidupan masyarakat dan kondisi
lingkungan yang ada, mengamati arsitektur rumah warga dan bersantai.
Gambar 19. Aktivitas Pembuatan Konsentrat
Bentuk-bentuk fasilitas yang akan disediakan di area tersebut cukup beragam. Fasilitas tersebut diantaranya gedung pengelola, gedung
pusat pembuatan konsentrat, tempat pengepakan, trotoar jalan, saung atau tempat bersantai dan beristirahat.
c. Ruang Sayuran
Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Gondang Sari yang memiliki potensi dalam bidang sayuran. Dusun ini berada di
bagian utara dekat dengan perbatasan dengan Desa Banyuroto. Selain itu, dusun ini juga berada di tepi jalur SSB.
a b Gambar 20. Atraksi Agrowisata di Ruang Sayuran
a pembibitan, b pemanenean tomat Pada area ini pengunjung dapat melihat secara langsung kegiatan
agribisnis sayuran. Pengunjung akan diajak baik langsung ataupun tak langsung untuk belajar membibitkan tanaman, budidaya tanaman, hingga
pasca panennya seperti Gambar 22. Untuk itu, sarana dan prasarana yang akan dikembangkan meliputi area khusus budidaya, gedung pengelolaan,
pasar, saung atau gazebo, trotoar, tempat sampah, parkir. Selain itu terdapat pula gedung pelayanan sebagai sarana untuk menambah
kenyamanan pengunjung.
d. Ruang Peternakan
Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Puluhan yang ditujukan untuk mengakomodasi potensi dominan ternak yang
dimiliki oleh masyarakat. Dusun ini berada di sebelah selatan dari Dusun Gintung serta terletak agak dalam dari jalur utama SSB.
a b
c d
Gambar 21. Ilustrasi Aktivitas Pengunjung di Ruang Peternakan
a memerah susu, b membuat bio gas, c membuat kompos, d memberi makan ternak
Pengunjung dapat melakukan wisata aktif ataupun pasif secara bersamaan seperti Gambar 21. Wisata aktif yang dapat dilakukan
diantaranya pemeliharaan ternak seperti memandikan ternak, memberi makan ternak dan menggembalakan ternak, pemerahan susu, sampai
pengolahan hasil ternak baik berupa susu, yogurt, ataupun biogas. Sedangkan aktivitas pasifnya yaitu berfoto, mengamati proses, mengamati
kehidupan masyarakat dan kondisi lingkungan yang ada, dan bersantai. Aktivitas ini dapat pengunjung lakukan di tempat peristirahatan yang
disediakan atau dapat pula singgah langsung dirumah penduduk. Untuk menunjang aktivitas diatas maka pada ruang ini akan
dilengkapi dengan fasilitas seperti kandang komunal, tempat pengolahan susu, gedung pengelola, pusat pembuatan biogas, pusat pengolahan produk
susu, saung atau tempat bersantai, toilet, rumah makan dan trotoar jalan.
2. Ruang Penunjang Agrowisata a
Ruang Penerimaan
Ruang ini adalah ruang pertama yang akan ditemui oleh pengunjung yang akan memasuki tapak. Area ini berada pada jalur sebelah
barat utama dan pada jalur timur dan selatan sekunder. Aktivitas yang ada pada ruang ini adalah aktivitas pasif. Aktifitas tersebut yaitu aktivitas
mengamati dan mengakses informasi tapak sehingga pengunjung mendapatkan identitas dan kesan tapak. Fasilitas yang akan disediakan
pada ruang ini diantaranya gapura, papan informasi, penujuk arah seperti pada ilustrasi pada gambar 23.
Gambar 22. Ilustrasi Gapura Selamat Datang
b Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan wisatanya di dalam tapak. Ruang ini akan ada
pada setiap sub-ruang atraksi wisata hanya saja tetap diperlukan suatu ruang pelayanan utama yaitu berada pada Dusun Ketep. Hal ini
dimaksudkan agar seluruh informasi dapat terpadu pada satu sistem yang nantinya memudahkan wisatawan dalam menentukan rute wisatanya.
a b
Gambar 23. Aktifitas yang Terdapat di Ruang Pelayanan
c makan dan minum, d bersantai
Aktivitas yang dikembangkan pada ruang ini adalah aktivitas aktif diataranya mengakses informasi, berbelanja, membeli tiket, parkir
kendaraan, makan dan minum, menyewa kendaraan khusus, ibadah, isitirahat. Untuk mendukung hal tersebut maka fasilitas yang diperlukan
diantaranya restoran, tempat parkir, mushola, toilet, tempat penyewaan kendaraan, tempat informasi, dan telepon. Beberapa fasilitas ini juga akan
ditemui oleh pengunjung pada masing-masing ruang pelayanan pada sub ruang atraksi wisata yang ada.
c Ruang Masyarakat
Ruang ini merupakan ruang eksisting yang diperuntukkan sebagai tempat berinteraksinya masyarakat dengan sesamanya baik untuk kegiatan
produksi ataupun hubungan kemasyarakatan lainnya. Pola hubungan yang dibangun oleh masyarakat sangatlah unik dan dapat dijadikan sebagai
objek dan atraksi wisata pula dalam kaitannya dengan agrowisata yang dikembangkan. Aktivitas yang ada disini adalah melihat-lihat dan
berinteraksi secara langsung dengan penduduk bahkan bermalam. Hal itu sangat potensial dan dapat dijadikan sebagai objek dan atraksi wisata.
Meskipun demikian, untuk bermalam pada ruang ini sangatlah sulit mengingat terdapat peraturan tidak tertulis yang menyatakan kalau
kawasan ini tidak boleh ada penginapan.
Tabel 18. Rencana Penggunaan Ruang
Area Luas ha
Letak
Ruang agrowisata 165 ha40 peternakan
30 Dusun Puluhan
sayuran 43
Dusun Gondang Sari Tanaman hias dan buah
48 Dusun Ketep
Teknologi pertanian 44
Dusun Gintung Ruang Pendukung 72 ha17
Penerimaan 21
Dusun Ketep Pelayanan
31 Dusun Ketep dan Dadapan
Masyarakat 20
Tersebar disemua dusun Ruang non agrowisata
182 ha43 Ruang penyangga
100 Tersebar disemua dusun
Ruang konservasi 82
Lembah perbukitan