Tempat-Tempat Rekreasi di Sekitar Desa Ketep

4.2 Sintesis

Setelah melakukan inventarisasi dan analisis terhadap data biofisik, sosial dan atraksi wisata maka diperolehlah sejumlah alternatif yang menjadi pemecahan masalah terhadap tapak yang akan menjadi daerah agrowisata. Selanjutnya adalah tahapan mengkombinasikan dan menyesuaikan kondisi yang ada dengan konsep dan tujuan dari perencanaan. Overlay dilakukan terhadap data-data spasial yang ada sehingga daerah pengembangan agrowisata akan terbentuk. Oleh karena itu semua potensi dan kedala akan diberikan pertimbangan dan solusi terbaik untuk pengembangnya yang tertera pada Tabel 17. Berdasarkan hasil analisis maka tapak akan dibagi ke dalam tiga ruang utama yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata dan ruang non agrowisata. Ruang agrowisata yaitu ruang yang cocok untuk dilakukannya aktivitas agrowisata. Ruang ini cenderung aman berdasarkan analisis yang ada baik dari kemiringannya maupun kedekatannya dengan akses jalan. Intensitas penggunaan ruang ini sangatlah sering mengingat ruang ini akan banyak dikunjungi. Luas ruang ini yaitu 40 dari luas desa atau sekitar 165 ha. Ruang ini meliputi daerah tanaman budidaya, daerah mata air serta ruang masyarakat. Ruang ini terdiri dari ruang peternakan, sayuran, teknologi pertanian dan tanaman hias dan buah. Selanjutnya adalah ruang pendukung agrowisata. Ruang ini adalah ruang dengan intensitas sedang. Luas ruang ini yaitu 17 dari luas kawasan yaitu sekitar 72 ha. Ruang ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang berada di ruang utama tetapi tetap sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Ruang ini terbagi menjadi ruang pelayanan terpusat yaitu pada Dusun Ketep dan Dusun Dadapan serta ruang pelayanan yang menyebar yang berada di antara ruang utama agrowisata dan ruang penyangga yang sebagian besarnya berupa tegalan. Ruang ini mencakup ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang masyarakat. Terakhir adalah ruang non agrowisata. Ruang non agrowisata merupakan ruang dengan intensitas penggunaan yang sangat rendah. Luas ruang ini yaitu 43 atau sekitar 182 ha dari luas tapak. Area ini didominasi oleh semak belukar dengan kemiringan yang sangat curam. ruang ini terdiri dari ruang konsevasi dan ruang penyangga. Ruang penyangga yaitu ruang yang berbatasan langsung dengan ruang pendukung dan ruang agrowisata. Sedangkan ruang konservasi adalah ruang yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan ruang agrowisata dan pendukung. Sebagain besar ruang ini berada di lembah-lembah perbukitan yang curam. Selain bentuk tertulis hasil sintesis juga dituangkan ke dalam bentuk spasial seperti terlihat pada Gambar 14. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa sebagian besar daerah yang akan dikembangkan berada pada wilayah tengah dan timur. Hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah tersebut memiliki kemiringan yang relatif tidak curam jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal lain yang menjadi alasan berikutnya adalah dekatnya wilayah tersebut dengan akses jalan mengingat keberadaan jalan sangat penting dalam mengembangkan suatu wilayah. Keberadaan jalan dapat memperlancar arus barang dan jasa untuk masuk dan keluar dari suatu wilayah.

4.2.1 Konsep Perencanaan

Konsep dasar yang digunakan dalam pengembangan kawasan ini yaitu perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis ecovillage yang memadukan antara potensi aktivitas budidaya pertanian yang bernilai ekonomi dengan karakter alam yang merupakan daerah rawan bencana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Konsep tersebut diharap mampu mengoptimalkan pengembangan kawasan menjadi daerah agrowisata yang memiliki karakter serta meningkatkan kemandirian masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian kondisi lingkungan yang ada. Tabel 17. Hasil Analisis dan Sintersis Data Analisis Sintesis Potensi Kendala Letak geografis, luas, dan batas tapak  Letak tapak sangat strategis karena berada di antara dua gunung sehingga tanah disana relatif subur  Tapak dilalui oleh jalur penting Solo-Selo- Borobudur yang sering dilalui kendaraan.  Disekitar Tapak terdapat objek wisata yang cukup beragam.  Tapak merupakan daerah pentanian terutama hortikultura  Kurangnya penanda batas tapak  Menyediakan gapura batas tapak  Mengembangkan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tapak Aksesibilitas  Terdapat lebih dari satu akses masuk ke dalam tapak  Dilalui oleh jalan kabupaten dengan kondisi beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan kecil hingga besar  Sudah ada beberapa pohon pengarah jalan akan tetapi belum seluruhnya  Tersedianya sarana transportasi berupa angkutan umum  Kondisi jalan di dalam desa yang masih buruh dan belum beraspal serta sempit sehingga kurang nyaman untuk dilalui.  Kurangnya fasilitas pendukung jalan baik jalan utama ataupun jalan desa  Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu jalan, dan lampu penerangan, papan informasi dan pedestrian  Pengaspalan jalan atau pemadatan jalan desa serta pelebaran jalan. Iklim  Kondisi iklim di dalam tapak telah berada pada kondisi nyaman  Curah hujan yang tinggi membantu menjaga ketersediaan air tanah pada tapak  Curah hujan yang tinggi berpeluang untuk menimbulkan aliran permukaan terutama pada jalan aspal  Seringnya turun kabut menyebabkan terbatasnya waktu pemanfaatan tapak  Pemanfaatan curah hujan tinggi dengan mengupayakan tindakan konservasi tanah dan air dengan menggunakan vegetasi  Penambahan drainase pada jalan Tanah  Tanah Andisol dan Inseptisol yang berada pada tapak merupakan tanah yang subur sehingga cocok untuk area budidaya  Tanah pada tapak rawan erosi  Pengembangan pertanian dan fasilitas wisata pada area tertentu pada lahan pertanian  Mengupayakan adanya pola pemanfaatan lahan pertanian dengan menerapkan prinsip konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman yang berperakaran luas dan bermanfaat. Pola Penggunaan Lahan  Area tegalan dan pekarangan yang ada berpotensi untuk dijadikan sumberdaya dalam perencanaan agrowisata  Area pemukiman pada tapak berdekatan dengan kebun dan tegalan yang merupakan potensi untuk pengembangan aktivitas wisata berbasis pada budidaya dan kehidupan masyarakat setempat  Adanya beberapa perubahan fungsi lahan terutama pada daerah sepanjang jalan menuju Ketep Pass  Pengoptimalan tata guna lahan yang ada sebagai acuan dalam pengembangan objek dan atraksi wisata dalam perencanaan agrowisata yang berorientasi budidaya dan kehidupan masyarakat setempat Lanjutan Tabel 17 Vegetasi dan Satwa  Beberapa hewan ternak berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dari agrowisata  Pengembanagn yang intensif dari hewan ternak sebagai bagian dari objek dan atraksi dari agrowisata Hidrologi dan Drainase  Terdapat beberapa sumber mata air yang menyediakan air bersih bagi warga  Tidak adanya sistem drainase yang baik terutama pada area permukiman yang memungkinkan terjadinya pencemaran air.  Terbatasnya jumlah air terutama saat musim kemarau tiba  Perbaikan dan membuat saluran darainase baik di jalan utama ataupun jalan desa yang lebih permanen  Pembuatan zona korservasi pada area tertentu  Pembuatan sistem pengelolaan limbah cair terutama pada daerah pemukiman Akustik dan Visual  Good akustik berupa kicau burung di sela- sela kebun, aktivitas bertani  Aktivitas pertanian yang dipadukan dengan keindahan Gunung Merapi dan Merbabu  Adanya titik pandang utama yang menyajikan pemanadangan yang indah yaitu Ketep Pass  Kurangnya fasilitas untuk menikmati pemandangan di luar Ketep Pass  Area permukiman yang padat dan kurang bersih menyebabkan bad view.  Mengembangkan fasilitas untuk mengoptimalkan keindahan akustik dan visual Objek dan Daya Tarik Wisata  Memiliki berbagai objek dan atraksi wisata yang berbasis pertanian seperti sayuran, tanaman hias dan ternak  Sebagian besar masyarakat masih melestarikan sifat ketradisionalannya dalam kehidupan sehari-hari  Sarana dan prasarana yang masih terbatas  Pembuatan perencanaan kawasan yang melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat Pariwisata Sekitar Tapak  Terdapat lebih dari satu tempat pariwisata di sekitar tapak  Adanya Ketep Pass sebagai icon tempat wisata di Kabupaten Magelang dan sudah memiliki ketenaran hingga tingkat nasional  Belum adanya manajemen yang memadai untuk mengakomodasi potensi wisata agro yang ada di Desa Ketep  Membuat perencanaan manajemen yang melibatkan Ketep Pass dan wisata agro dengan melibatkan masyarakat sebagai pengelola utama  Membentuk jaringan menejemen terpadu lintas tempat wisata dan lintas wilayah Sarana dan Fasilitas  Sarana dan fasilitas yang ada masih bersifat tradisional  Kurang legkapnya kesiapan saranan wisata di Desa Ketep  Penambahan saranan dan fasilitas wisata baik dilihat dari aspek keselamatan maupn aspek wisatanya. Aspek Sosial Kepedudukan, keberlanjutan masyarakat, opini dan keinginan tapak  Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani 1540 orang  Secara garis besar masyarakat setempat akan teus berlanjut  Adanya kunjungan dan transaksi ekonomi yang kontinyu pada daerah ini  Tradisi dan kebudayaan masyarakat petani sudah melekat pada warga  Berfluktuatifnya pendapatan petani  Melakukan perencanaan agrowisata berkelanjutan sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan petani  Menambah fasilitas pendukung kegiatan rekreasi yang sudah ada