Hidrologi Aspek Biofisik .1 Letak geografis, luas, dan batas tapak

pendidikan. Selain itu, keberadaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan juga terbatas hanya sampai tingkat SLTP seperti yang ada pada tabel 9 sehingga jika mereka hendak berlajar ke jenjang yang lebih tinggi mereka harus menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga ke luar desa. Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Ketep Sumber : DSPM Jateng 2007 Kondisi ini menuntut adanya pembimbingan khusus bagi warga sebagai bentuk motivasi dan pendampingan guna memudahkan mereka dalam mengembangkan dan mengelola agrowisata ini mengingat mereka akan memainkan peran penting didalamnya. Jika dilihat dari jenis mata pencaharian, sebagian besar penduduk Ketep bekerja sebagai petani. Jenis mata pencahariaan penduduk Desa Ketep dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10. Tabel 10. Jenis Mata Pencahariaan Penduduk Desa Ketep No Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani 1.540 2 Buruh Tani 22 3 Buruh Bangunan 21 4 Pedagang 50 5 Angkutan 2 6 PNS 3 7 Lain-lain 156 Sumber : DSPM, 2007 Selain petani, penduduk Ketep juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian dan keberadan objek wisata Ketep Pass menjadi sektor penting sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Umumnya masyarakat Desa Ketep beragama Islam 2.019 orang dan Kristen Protestan 128 orang. Sarana peribadatan yang ada di desa ini yaitu No Sarana Pendidikan Jumlah 1 TK 1 2 SD 1 3 SLTP 1 4 SLTA - 5 PT - Masjid 6 buah, langgar 3 buah dan gereja 1 buah. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis karena diantara mereka sudah saling mengerti. Hal ini juga ditunjang oleh tradisi masyarakat jawa yang memegang prinsip tepo seliro. Masyarakat desa juga melestarikan kesenian tradisional seperti jatilankuda lumping, campur sari, ketoprak, musik dangdut, wayang kulit. Kesenian tradisional tersebut dapat kita jumpai pada momen-momen khusus baik sebagai perayaan hari-hari tertentu atau memang ada hajatan tertentu pula. Biasanya mereka akan muncul pada waktu-waktu seperti memperingati hari kemerdekaan, acara pernikahan, acara syukuran, dan perayaan momen-momen penting tradisi islam seperti ruwatan, rajaban, muludan, nuzulul quran. Perayaan- perayaan seperti ini menandakan kalau masyarakat setempat masih memegang teguh tradisi masyarakat jawa.

4.1.2.2 Tingkat keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep

Berdasarkan data Penilaian Keberlanjutan Masyarakat PKM dari Global Ecovillage Network GEN, status masayarakat Desa Ketep sudah menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan. Kesimpulan ini didapat dari hasil pengolahan kuesioner PKM yang disebarkan kepada masyarakat saat di lapang. Data hasil pengolahan tersebut dapat dilihat di dalam Tabel 11. Tabel 11.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep No Parameter Nilai 1 Bobot total aspek ekologi 223 2 Bobot total aspek sosial 292 3 Bobot total aspek spiritual 264 Bobot total keseluruhan aspek 779 Sumber : Hasil Analisis PKM 2009 Dari tabel tersebut diketahui bahwa awal yang baik ke arah keberlanjutan masyarakat Desa Ketep berada pada posisi 779 dari skala 0-1000. Nilai ini mengindikasikan bahwa konsep-konsep ecovillage sedikit banyak telah mereka terapkan meskipun mereka sendiri belum mengetahui akan teorinya. Untuk itu, pengarahan-pengarahan dari pemerintah setempat diperlukan guna memantapkan kondisi demikian. Hal ini menjadi modal penting dalam merencanakan daerah tersebut menjadi daerah agrowisata ke depannya. Nilai keberlanjutan masyarakat Desa Ketep diperoleh dari hasil penjumlahan dari ketiga aspek penyusun keberlanjutan masyarakat itu sendiri yaitu aspek ekologi, sosial dan spiritual. Aspek ekologi merupakan aspek yang membahas tentang pola interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Selain itu aspek ini juga bisa memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan masyarakat tersebut secara langsung. Aspek ekologis masyarakat Desa Ketep menunjukkan bobot total yang menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan. Ini merupakan modal awal dari pengembangan kawasan Ketep mengingat daerah ini sudah menjadi daerah tujuan wisata sebelumnya. Hal itu dapat kita lihat pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Ekologi No Parameter Bobot 1 Perasaan terhadap tempat 37 2 Ketersediaan, produksi dan distribusi makanan 33 3 Infrastruktur, bangunan fisik dan transportasi 35 4 Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat 20 5 Sumber air, mutu dan penggunaannya 42 6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air 12 7 Sumber dan penggunaan energi 44 Total nilai untuk aspek ekologis 223 Sumber : Hasil Analisis PKM 2009 Dari data diatas terlihat bahwa bobot parameter ke-6 aspek ekologis yaitu mengenai limbah cair dan pengelolaan polusi air pada Desa Ketep adalah yang terkecil dengan total nilai 12. Nilai ini diberikan mengingat pemahaman penduduk tentang pengolahan limbah cair yang baik secara umum masih rendah. Meskipun sebagaian besar masyarakat telah menggunakan septic tank sebagai salah satu teknologi pengolah limbah namun limbah cair lainnya dibuang secara langsung ke jurang-jurang yang ada tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu baik itu limbah rumah tangga ataupun limbah cair hasil peternakan yang ada. Kondisi ini sangat berbahaya karena wilayah ini terletak didataran tinggi yang memungkinkan limbah tersebut terbawa oleh aliran air ke daerah yang ada dibawahnya. Hal ini menandakan kalau diperlukan suatu tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Satu tingkat diatas parameter terkecil dari aspek ekologi adalah parameter ke-4 yaitu pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat. Parameter ke-4 juga