Konsep ecovillage pada aspek spiritual dipahami dengan : 1.
Warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri masyarakat
2. Ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman dan nilai-nilai
kepercayaan dihargai sebagai bagian dari masyarakat 3.
Perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan 4.
Rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara 5.
Kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan budaya, perdamaian dunia serta pembangunan manusia yang sehat
6. Kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman
dari dalam maupun luar masyarakat 7.
Pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dengan sesamanya serta semua untur kehidupan di bumi
2.5 Konsep Keberlanjutan dalam Lanskap
Pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa membahayakan generasi yang akan
datang. Keberlanjutan selalu mengacu kepada pembangunan sistem ekologi, ekonomi dan sosial yang akan meningkatkan kehidupan tapi disisi yang lain tidak
menghabiskan sumberdaya alam yang sangat terbatas. Untuk mencapainya maka pembangunan yang anti-lingkungan harus diganti dengan pembangunan yang
ramah lingkungan baik fisik maupun sosial budaya Sumarwoto, 2000. Lanskap berkelanjutan pada umumnya menggambarkan suatu lanskap
yang mendukung kualitas lingkungan dan pemeliharaan kehidupan alami. Lanskap yang dirancang dengan prinsip keberlanjutan dapat memberi keuntungan
diantaranya keindahan, kerusakan lingkungan yang menurun, penggunaan yang efektif terhadap air, ketersediaan habitat satwa liar, penghematan dalam
penggunaan energi dan tenaga kerja Nurlaelih, 2005. Pada lanskap perdesaan dan pertanian, pendekatan baru untuk membangun
pertanian didasarkan pada sistem pengelolaan lahan dan tanaman yang ekonomis dalam jangka pendek dan dapat mempertahankan produktivitas lahan yang cukup
tinggi dalam jangka panjang. Secara operasional, hal ini dapat diwujudkan dengan
penerapan Sistem Pertanian Konservasi SPK. Sistem Pertanian Konservasi adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan tindakan konservasi tanah dan air
ke dalam sistem pertanian yang ada dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi sehingga
sistem pertanian tersebut dapat berlanjut terus menerus. Oleh sebab itu dalam SPK akan diwujudkan ciri-ciri sebagai berikut Sinukaban, 2007:
1. Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah untuk
melajutkan usahanya 2.
Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat merncanakan masa depan keluarganya
3. Teknologi yang diterapkan baik produksi maupun konservasi dapat
diterapkan sesuai kemampuan petani dan diterima oleh petani dengan senang hati sehingga sistem pertanian tersebut dapat dan akan
diteruskan oleh petani. 4.
Komoditi pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi biofisik daerah, dapat diterima petani dan laku di pasar
5. Laju erosi dalam batas minimal atau dibawah laju erosi yang
ditoleransi 6.
Sistem penguasaanpemilikan lahan dapat menjamin keamanan dalan jangka panjang dan menggairahkan petani untuk berusaha tani
Usaha untuk mencapai lanskap berkelanjutan dapat dilakukan dengan merancang sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip estetika, prinsip
fungsional dan prinsip lingkungan. Prinsip estetika ditekankan kepada aksen, kontras, harmoni, repetisi dan kesatuan. Prinsip fungsional diarahkan kepada
rancangan yang dapat digunakan dan menambah kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan prinsip lingkungan diarahkan pada perbaikan iklim mikro,
peningkatan keragaman hayati, penurunan input sumberdaya dan input sumber daya yang terbuang dan pengefektifan daur ulang Rodie dan Streich dalam
Nurlaelih, 2005.
2.6 Perencanaan Kawasan Agrowisata
Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan
atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan penataan suatu kawasan Simond, 1983. Penataan dilakukan untuk memperbaiki suatu kawasan yang
sudah mulai rusak yang didalamnya memuat rumusan dan berbagai tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Penataan berorientasi pada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan juga sebagai pengelolaan.
Perencanaan wisata dalam hal ini agrowisata yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif
terhadap lingkungan dan dapat diintegrasikan dengan komunitas yang meminimalkan dampak negatifnya Gunn , 1994. Perencanaan yang baik menurut
Simond 1983 harus melindungi badan air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, meminimalkan erosi, menjaga
kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup bagi rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tempat yang memiliki nilai keindahan dan ekologi.
Oleh karena itu perencanaan dan penataan kawasan wisata sebaiknya dilakukan secara menyeluruh termasuk diantaranya inventarisasi dan penilaian sumberdaya
yang cocok untuk wisata, perkiraan terhadap dampak lingkungan, perubahan tata guna lahan serta dampaknya Dahuri dalam Yuzni, 2001
Menurut Gold 1980, perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk
pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu:
1. Pendekatan sumberdaya yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas
rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.
2. Pendekatan aktivitas yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan
seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.