EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KELAS VIII SMP N 1 PETARUKAN

(1)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI KELAS VIII

SMP N 1 PETARUKAN

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh

Nurul Alfiatun NIM. 5302411003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

iii


(4)

iv


(5)

v


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 Kemuliaan paling besar bukanlah karena kita tidak pernah terpuruk, tapi karena kita selalu mampu bangkit setelah terjatuh (Oliver Gold Smith).

 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Q.S. Al-Baqarah : 153).

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. Al Insyirah ayat: 6-8).

Persembahan

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada :

 Bapak dan Ibu tercinta, Priyono dan Sarinah, yang selalu mendoakan, memberi semangat dan dukungan serta membimbingku tanpa lelah.

 Kakak-kakakku, Irfan Efendi dan Alfan Sukron, serta adik-adikku tersayang, Muchriatun dan Nuryanto yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

 Penyemangat terkasih Andang Dwi Jayanto yang selalu mendukung dan memberi semangat.


(7)

vii

ABSTRAK

Nurul Alfiatun. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII SMP N 1 Petarukan. Skripsi, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. H. Muhammad harlanu, M.Pd.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajarannya. Cara yang ditempuh oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran pair check dalam proses pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran pair check serta untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan hasil belajar siswa.

Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design. Populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP N 1 Petarukan tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian diambil menggunakan teknik intact group dengan dipastikan kesetaraannya (matching), sehingga diperoleh siswa kelas VIII F (kelompok eksperimen), dan siswa kelas VIII E (kelompok kontrol).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 83,14, sedangkan kelompok kontrol sebesar 70,56. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Selain itu, dari hasil penelitian terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dari N-gain kelompok eksperimen sebesar 0, 724 dengan kategori sangat tinggi sedangkan kelompok kontrol sebesar 0, 461 dengan kategori sedang.

Kata Kunci: model pair check, peningkatan hasil belajar, quasi experimental design,


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, serta inayahNya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII SMP N 1 Petarukan”dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. H. Muhammad Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Suryono, M.T., Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

4. Feddy Setio Pribadi, S.Pd., M.T., Ketua Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T. dan Tatyantoro Andrasto, S.T, M.T., Tim dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan.

7. Drs. Soemarno. M.Pd., Kepala SMP N 1 Petarukan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Kasmuyanto, S.T., Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP N 1 Petarukan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.


(9)

ix

9. Segenap Guru dan Karyawan SMP N 1 Petarukan yang telah membantu terlaksananya penelitian.

10. Teman-teman mahasiswa PTIK UNNES angkatan 2011 yang saling memberikan semangat dan perhatian.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis hanya bisa memanjatkan doa semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2015


(10)

x

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Pembatasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1. Manfaat Teoretis ... 12

1.6.2. Manfaat Praktis ... 12


(11)

xi

1.6.2.2. Bagi Guru ... 12

1.6.2.3. Bagi Sekolah ... 13

1.7. Penegasan Istilah ... 13

1.7.1. Efektivitas ... 13

1.7.2. Model Pembelajaran Pair Check ... 14

1.7.3. Meningkatkan Hasil Belajar ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1. Efektivitas ... 17

2.2. Model ... 18

2.3. Pembelajaran ... 18

2.3.1. Pembelajaran Kontekstual ... 19

2.3.2. Pembelajaran Konstruktivisme ... 20

2.3.3. Pembelajaran Konvensional ... 21

2.4. Model Pembelajaran ... 21

2.5. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 23

2.6. Model Pembelajaran Pair Check ... 25

2.6.1. Pengertian Model Pembelajaran Pair Check ... 25

2.6.2. Sintaks Model Pembelajaran Pair Check ... 25

2.6.3. Kelebihan dan Kelemahan ... 27

2.7. Media Pembelajaran Pair Check ... 27

2.8. Belajar ... 28

2.9. Hasil Belajar ... 29


(12)

xii

2.10.1. Materi Pembelajaran ... 33

2.11. Penelitian Terdahulu ... 34

2.12. Kerangka Berpikir ... 36

2.13. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 40

3.2. Prosedur Penelitian ... 43

3.2.1. Tahap Persiapan ... 43

3.2.2. Tahap Pelaksanaan ... 43

3.2.3. Tahap Pengolahan Data ... 44

3.3. Variabel Penelitian ... 45

3.3.1. Variabel Bebas ... 45

3.3.2. Variabel Tak Bebas ... 45

3.4. Populasi dan Sampel ... 46

3.4.1 Populasi ... 46

3.4.2 Sampel ... 47

3.4.2.1 Uji Normalitas ... 48

3.4.2.2 Uji Homogenitas ... 49

3.4.2.3 Uji Kesetaraan rata-rata ... 49

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5.1. Wawancara ... 52

3.5.2. Dokumentasi ... 52


(13)

xiii

3.5.4. Tes ... 54

3.6. Instrumen Penelitian ... 55

3.6.1 Instrumen Variabel Hasil Belajar ... 55

3.6.1.1. Validitas ... 57

3.6.1.2. Reliabilitas ... 59

3.6.1.3. Daya Pembeda ... 62

3.6.1.4. Tingkat Kesukaran Soal ... 66

3.6.2 Variabel Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 69

3.6.3 Variabel Model Pembelajaran Pair Check ... 70

3.7. Teknik Analisis Data ... 70

3.7.1 Deskripsi Data ... 71

3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 71

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 72

3.7.2.2 Uji Homogenitas ... 73

3.7.3 Uji Hipotesis ... 73

3.7.3.1 Uji Beda... 74

3.7.3.2 Uji Efektivitas ... 76

3.7.3.3 Uji Gain Ternormalisasi (N-gain)... 78

3.7.4. Analisis Data Hasil Belajar Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

4.1. Deskripsi Data ... 83

4.1.1 Variabel Hasil Belajar Siswa ... 83


(14)

xiv

4.1.3 Variabel Model Pembelajaran Pair Check ... 86

4.2. Hasil Penelitian ... 88

4.2.1 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa ... 89

4.3. Uji Prasyarat Analisis ... 90

4.3.1 Variabel Hasil Belajar Siswa ... 90

4.3.1.1 Uji Normalitas ... 91

4.3.1.2 Uji Homogenitas ... 93

4.4. Uji Hipotesis ... 95

4.4.1 Uji Beda ... 95

4.4.2 Uji Efektivitas ... 98

4.4.3 Uji Gain Ternormalisasi (N-gain)... 100

4.5. Analisis Data Hasil Belajar Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 101

4.5.1. Hasil Belajar Aspek Afektif ... 101

4.5.2. Hasil Belajar Aspek Psikomotorik ... 102

4.6. Pembahasan ... 103

4.7. Kelemahan Penelitian ... 107

BAB V PENUTUP ... 108

5.1. Simpulan ... 108

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai rata-rata ulangan harian materi rumus dan fungsi pada excel kelas VIII

SMP N 1 Petarukan ... 5

Tabel 3.1 Populasi penelitian ... 46

Tabel 3.2 Rekapitulasi hasil uji kesetaraan rata-rata (matching) sampel ... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen soal pretest dan postest ... 56

Tabel 3.4 Hasil analisis uji validitas soal pretest ... 59

Tabel 3.5 Hasil analisis uji validitas soal posttest ... 59

Tabel 3.6 Rekapitulasi analisis daya pembeda butir soal pretest ... 63

Tabel 3.7 Rekapitulasi analisis daya pembeda butir soal posttest ... 65

Tabel 3.8 Rekapitulasi analisis tingkat kesukaran soal uji coba (pretest) ... 67

Tabel 3.9 Rekapitulasi analisis tingkat kesukaran soal (pretest) ... 68

Tabel 3.10 Rekapitulasi analisis tingkat kesukaran soal uji coba (posttest) ... 68

Tabel 3.11 Rekapitulasi analisis tingkat kesukaran soal (posttest) ... 69

Tabel 3.12 Klasifikasi N-gain ... 79

Tabel 3.13 Klasifikasi nilai aspek afektif ... 81

Tabel 3.14 Klasifikasi nilai aspek psikomotorik ... 81

Tabel 3.15 Klasifikasi tiap aspek afektif ... 82

Tabel 3.16 Klasifikasi tiap aspek psikomotorik ... 82

Tabel 4.1 Data hasil penelitian ... 84

Tabel 4.2 Rekapitulasi nilai hasil belajar siswa ... 85

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengamatan pelaksanaan model pembelajaran pair check terhadap guru ... 87


(16)

xvi

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil rata-rata pelaksanaan model terhadap guru pada pertemuan 1

dan 2 ... 88

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi nilai hasil belajar ... 89

Tabel 4.6 Hasil uji normalitas data nilai pretest ... 91

Tabel 4.7 Hasil analisis uji normalitas data posttest hasil belajar siswa ... 92

Tabel 4.8 Hasil analisis uji homogenitas data nilai pretest ... 93

Tabel 4.9 Hasil analisis uji homogenitas data posttest hasil belajar siswa ... 94

Tabel 4.10 Hasil uji hipotesis hasil belajar ... 97

Tabel 4.11 Hasil N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 100

Tabel 4.12 Hasil rata-rata tiap aspek afektif ... 101


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir ... 38 Gambar 3.1 Bentuk desain penelitian nonequivalent control group design... 41 Gambar 3.2 Bagan desain penelitian secara keseluruhan ... 42


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 113

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Observasi ... 114

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 115

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 116

Lampiran 5 Panduan Penggunaan Media Pembelajaran Pair Check ... 117

Lampiran 6 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba (Kelas VIII A) SMP N 2 Pemalang 131 Lampiran 7 Daftar Nama Siswa Kelas VIII SMP N 1 Petarukan ... 132

Lampiran 8 Pembagian Kelompok Eksperimen ( Kelas VIII F) ... 133

Lampiran 9 Pedoman Wawancara Untuk Guru ... 134

Lampiran 10 Silabus ... 137

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Kelompok Eksperimen ... 138

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Kelompok Kontrol ... 153

Lampiran 13 Kisi-Kisi Instrumen Soal Uji Coba Pretest Dan Posttest ... 163

Lampiran 14 Soal Tes Uji Coba Pretest ... 164

Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Pretest ... 170

Lampiran 16 Soal Tes Uji Coba Posttest ... 171

Lampiran 17 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Posttest ... 177

Lampiran 18 Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, Dan Realibilitas Soal Uji Coba Pretest ... 178

Lampiran 19 Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Pretest ... 181


(19)

xix

Lampiran 21 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Pretest ... 183

Lampiran 22 Penghitungan Reliabilitas Soal Uji Coba Pretest (38 Soal Valid) ... 185

Lampiran 23 Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, Dan Realibilitas Soal Uji Coba Posttest ... 186

Lampiran 24 Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Posttest ... 189

Lampiran 25 Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Posttest ... 191

Lampiran 26 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Posttest ... 192

Lampiran 27 Penghitungan Reliabilitas Soal Uji Coba Posttest (40 Soal Valid) ... 193

Lampiran 28 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 194

Lampiran 29 Soal Pretest ... 195

Lampiran 30 Kunci Jawaban Soal Pretest ... 199

Lampiran 31 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 200

Lampiran 32 Soal Posttest ... 201

Lampiran 33 Kunci Jawaban Soal Posttest... 206

Lampiran 34 Daftar Nilai UTS Genap Kelas VIII SMP N 1 Petarukan... 207

Lampiran 35 Output Uji Kesetaraan Rata-Rata Sampel Penelitian ... 208

Lampiran 36 Daftar Nilai Pretest dan Posttest ... 211

Lampiran 37 Output Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretest ... 212

Lampiran 38 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis (Uji Pihak Kanan) Data Hasil Belajar 213 Lampiran 39 Hasil Perhitungan N-Gain Ternormalisasi Kelompok Eksperimen ... 214

Lampiran 40 Hasil Perhitungan N-Gain Ternormalisasi Kelompok Kontrol... 215

Lampiran 41 Lembar Pengamatan Penilaian Aspek Afektif ... 216


(20)

xx

Lampiran 43 Rekapitulasi Penilaian Hasil Aspek Afektif ... 223

Lampiran 44 Rekapitulasi Rata-Rata Tiap Aspek Afektif... 224

Lampiran 45 Rekapitulasi Penilaian Hasil Aspek Psikomotorik ... 225

Lampiran 46 Rekapitulasi Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik... 226

Lampiran 47 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Model Pembelajaran Pair Check ... 227

Lampiran 48 Rekapitulasi Tingkat Pelaksanaan Model Pembelajaran Pair Check .... 234

Lampiran 49 Dokumentasi Penelitian ... 235


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa.

Menurut UU RI No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Hamalik, 2014: 2) pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Secara umum pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya melalui proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar dan perkembangan. Proses pendidikan diimplentasikan melalui lembaga formal yaitu dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang, dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk membentuk manusia yang


(22)

berkualitas dan mampu bersaing, serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 12 menyatakan bahwa “Setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya”. Layanan pendidikan tersebut tidak lepas dari peran guru untuk mengembangkan potensi peserta didik. Seorang guru harus mempunyai standar kompetensi, diantaranya kompetensi paedagogik berupa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik yaitu dengan menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam proses belajar mengajar. Belajar-mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana, perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran.

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Dalam proses belajar mengajar guru akan menghadapi siswa yang memiliki karakter yang berbeda sehingga tidak lepas dengan masalah hasil belajar. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah melibatkan beberapa faktor yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, serta metode pembelajaran.

Diantara aspek tersebut, yang paling dominan adalah dari aspek guru dan siswa. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan


(23)

pendidikan disebut kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai motivator dan fasilitator sedangkan siswa sebagai acceptor atau penerima informasi yang diharapkan dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Agar suasana belajar aktif dapat terjadi, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat. Metode pengajaran sangat diperlukan oleh guru sesuai dengan tujuan yang dicapai setelah pengajaran berakhir. Proses pembelajaran yang berjalan dengan baik berkeyakinan dapat memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang tinggi.

SMP N 1 Petarukan merupakan salah satu SMP negeri yang ada di kabupaten Pemalang. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dasar penilaian terhadap prestasi siswanya menggunakan ketentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. SMP N 1 Petarukan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menuntut siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran TIK sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP N 1 Petarukan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran penting untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang teknologi, lebih jelasnya TIK menekankan pada kemampuan dan memahami teknologi berupa komputer sebagai alat informasi dan komunikasi.

Selain itu, secara konseptual mata pelajaran ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang cara-cara pengoperasian berbagai aplikasi


(24)

dalam teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, memecahkan masalah, eksplorasi, dan komunikasi. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan sering kali muncul permasalahan.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan guru TIK kelas VIII SMP N 1 Petarukan, diperoleh keterangan bahwa terdapat suatu permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu guru dalam pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran dengan metode ceramah hanya terpusat pada guru sehingga pembelajaran bersifat satu arah dan monoton. Kegiatan pembelajaran seperti itu membuat suasana pembelajaran menjadi kurang menarik dan membosankan. Pembelajaran yang membosankan tentunya tidak dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat proses pembelajaran berlangsung sebenarnya setiap siswa memiliki potensi untuk berperan aktif dalam pembelajaran seperti bertanya kepada guru dan mengemukakan pendapat, hanya saja siswa tidak memiliki kesempatan dikarenakan guru menggunakan metode ceramah. Selain itu diperoleh data hasil ulangan harian siswa kelas VIII SMP N 1 Petarukan materi rumus dan fungsi yang kurang memuaskan, masih banyak siswa yang belum tuntas dari standar kriteria ketuntasan minimum mata pelajaran TIK yaitu 75.


(25)

Berikut ini disajikan tabel nilai rata-rata hasil ulangan harian siswa kelas VIII dari tahun pelajaran 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014.

Tabel 1.1

Nilai rata-rata ulangan harian materi rumus dan fungsi pada excel kelas VIII SMP N 1 Petarukan.

No. Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata

1. 2011/2012 59,98

2. 2012/2013 62,40

3. 2013/2014 61,62

Melihat kondisi tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif (Lie, 2004:8). Model pembelajaran kooperatif dikatakan baik karena pada prosesnya, siswa dapat lebih aktif dalam kelas. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Sedangkan menurut Rusman (2012:202) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dari beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dalam 1 kelompok, dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil atau tim yang anggotanya bersifat


(26)

heterogen, yang terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah, baik itu perempuan maupun laki-laki dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran dan memecahkan persoalan secara bersama-sama agar semua anggota kelompok dapat belajar dengan maksimal.

Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe pair check. Pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang dipelajari. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga dapat melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberikan penilaian.

Pendapat tentang pemilihan model pair check diteliti oleh Yantiani, Ni Md dkk (2013) tentang “Pembelajaran Kooperatif Pair Check Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Dan Bangun Datar Siswa Kelas IV Gugus IV Semarapura” didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji-t yang telah dilakukan yakni thitung ≥ ttabel, yaitu 9,11 ≥ 2,021 serta perolehan rerata yang berbeda yaitu 85,43 pada kelompok eksperimen dan 58,40 pada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check terhadap hasil belajar materi bangun


(27)

ruang dan bangun datar siswa pada siswa kelas IV sekolah dasar gugus IV Semarapura tahun ajaran 2012/2013.

Pendapat tentang pemilihan model pair check juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari Iin Benilia (2012) tentang “Pengaruh Penerapan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Pembahasan Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan”. Didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan tes hasil belajar siswa pada kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen nilai rata-rata kelasnya adalah 81,44 dan simpangan bakunya 11,86, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 69,96 dan simpangan bakunya 16,37. Terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksprimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Kemudian simpangan baku kelas kontrol lebih tinggi dari pada simpangan baku kelas eksperimen. Ini berarti bahwa nilai kelas kontrol lebih bervariasi dari pada kelas eksperimen. Analisis data yang digunakan adalah uji hipotesis dengan menggunakan uji-t satu pihak. Berdasarkan uji hipotesis terlihat bahwa pada α = 0,05 diperoleh P-Value = 0,004, karena P-Value lebih kecil dari α maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe pair check lebih baik dari pada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP N 3 Batang Kapas.


(28)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yantiani, Ni Md dkk (2013), dan Sari Iin Benilia (2012) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Namun, pada penelitian ini tujuan peneliti bukan hanya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar (kognitif) siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah, tetapi tujuan lain yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah, dan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah.

Penilaian hasil belajar siswa pada penilitian ini diambil bukan hanya dari aspek kognitif saja, tetapi dari aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif diambil melalui tes (pretest dan posttest) sedangkan aspek afektif dan psikomotorik diambil selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar pengamatan. Pada penelitian ini juga terdapat lembar pengamatan model pair check yang dilakukan untuk mengetahui kesesuain langkah-langkah model pembelajaran pair check yang diterapkan peneliti dalam pembelajaran di kelas eksperimen.


(29)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran pair check pada mata pelajaran TIK pada materi rumus dan fungsi pada excel, untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran pair check serta untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan hasil belajar siswa. Judul pada penelitian ini yaitu “Efektivitas Model Pembelajaran

Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII SMP N 1 Petarukan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar kelas VIII SMP N 1 Petarukan. 2. Rendahnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Kurang optimalnya proses pembelajaran TIK pada SMP 1 Petarukan dimana guru masih menggunakan metode ceramah.

4. Siswa kurang tertarik dan cepat merasa bosan dalam kelas ketika pelajaran TIK berlangsung.


(30)

1.3. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti lebih terarah serta terhindar dari penyimpangan terhadap tujuan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang dikaji pada beberapa hal, yaitu :

1. Penelitian dibatasi hanya pada penerapan model pembelajaran pair check

pada mata pelajaran TIK untuk siswa kelas VIII di SMP N 1 Petarukan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Materi TIK yang diteliti adalah materi TIK kelas VIII semester genap pada tahun pelajaran 2014/2015 yaitu dengan materi rumus dan fungsi pada

excel.

3. Penilaian hasil belajar siswa diambil dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif diambil melalui tes sedangkan aspek afektif dan psikomotorik diambil selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar pengamatan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah?


(31)

2. Apakah hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah.

2. Mengetahui efektivitas hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan

dengan metode ceramah.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis. Uraian selengkapnya sebagai berikut:


(32)

1.6.1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan (teoretis). Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di bidang pendidikan, khususnya tentang inovasi model pembelajaran pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Model pembelajaran pair check diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

1.6.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

1.6.2.1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif atau manfaat bagi siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

1.6.2.2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas, khususnya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.


(33)

1.6.2.3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif atau manfaat yang baik bagi sekolah dengan masukan dan perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada khususnya dan dapat meningkatkan kualitas sekolah pada umumnya.

1.7. Penegasan Istilah

Terdapat beberapa istilah yang digunakan serta berkaitan dengan penelitian ini sehingga akan dijelaskan lebih detail tentang berbagai istilah yang ada. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

1.7.1. Efektivitas

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya, kesannya). Efektivitas menurut E. Mulyasa (2007: 82) diartikan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang akan dicapai. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Sedangkan efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.

Menurut Suryosubroto (dalam Tyas, 2014:29) agar pelaksanaan pengajaran efektif yang perlu diperhatikan adalah :

1. Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek : tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, alat pengajaran yang digunakan, strategi evaluasi.


(34)

2. Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar, mengkondisikan kegiatan belajar mengajar, menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar secara efektif, motivasi belajar siswa, menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa, serta melaksanakan penilaian belajar.

Efektivitas dalam penelitian ini yaitu pengaruh yang ditimbulkan akibat dari penerapan model pembelajaran pair check terhadap hasil belajar siswa pada materi rumus dan fungsi pada excel.

1.7.2. Model Pembelajaran Pair Check

Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pembelajaran memiliki kata dasar belajar, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berusaha memperoleh kepandaian. Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran.


(35)

Menurut Suprijono (2013 : 46), “Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Model pembelajaran juga didefinisikan sebagai kerangka berpikir untuk mengarahkan seorang guru dalam merancang, melaksanakan, dan membimbing siswa sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang lebih terarah. Model pembelajaran melukiskan kerangka konseptual berupa prosedur pelaksanaan pembelajaran yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif tipe pair check merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaian persoalan. Tipe ini di populerkan oleh Spencer Kagan pada 1990. Metode ini melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211).

Pada skripsi ini yang dimaksud dengan model pembelajaran pair check

yaitu tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaian persoalan.

1.7.3. Meningkatkan Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, meningkatkan berarti menaikan (derajat, tarif), mempertinggi, menghebat. Meningkatkan dalam penelitian ini maksudnya adalah suatu usaha dan cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal.


(36)

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku berupa kemampuan pada ranah belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Gerlach dan Ely dalam Rifa‟i dan Anni (2010: 85), “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Menurut Bloom dalam Suprijono (2012: 22), ” hasil belajar mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif berkaitan dengan kompetensi berfikir, memperoleh pengetahuan, pamahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Domain afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan, atau penolakan terhadap suatu obyek. Domain psikomotorik berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan (gerak fisik)”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar. Perubahan perilaku tersebut ditandai dengan bertambahnya kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa.


(37)

17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya, kesannya). Efektivitas menurut E. Mulyasa (2007: 82) diartikan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang akan dicapai. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Sedangkan efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.

Menurut Suryosubroto (dalam Tyas, 2014:29) agar pelaksanaan pengajaran efektif yang perlu diperhatikan adalah :

1. Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek : tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, alat pengajaran yang digunakan, strategi evaluasi.

2. Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar, mengkondisikan kegiatan belajar mengajar, menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar secara efektif, motivasi belajar siswa, menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan, mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa, serta melaksanakan penilaian belajar.


(38)

Efektivitas dalam penelitian ini yaitu pengaruh yang ditimbulkan akibat dari penerapan model pembelajaran pair check terhadap hasil belajar siswa pada materi rumus dan fungsi pada excel.

2.2. Model

Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2008: 923) dapat diartikan pola (contoh, acuan, ragam), dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Menurut Mills (dalam Suprijono, 2013: 45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proes aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Definisi lain dari model menurut Soekamto (dalam Chairuallah, 2004: 7) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan definisi model tersebut, dapat disimpulkan bahwa model adalah pola dari sesuatu yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2.3. Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering kita jumpai dalam dunia pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 20, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne (1981) dalam dalam Rifa‟i dan Anni (2010: 192), mendefinisikan pembelajaran sebagai serangkaian


(39)

peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.

Berdasarkan definisi pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru dalam membelajarkan siswa pada situasi belajar tertentu. Guru mengatur suasana belajar sedemikian rupa dengan tujuan agar siswa dapat belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dimaksudkan agar siswa dapat belajar untuk mencapai hasil berupa perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik secara optimal.

2.3.1. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Ningrum, 2009: 1). Sedangkan menurut Khusniati (2012) bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual menekankan pada kegiatan pembelajaran yang menghadirkan situasi dunia nyata. Sehingga, memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan kontekstual memandang bahwa


(40)

belajar bukanlah menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang, tetapi proses pengalaman dalam kehidupan nyata.

2.3.2. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme menurut Warsita (2008) dalam Mukhlis, et al (2010) yaitu pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman atau lingkungannya. Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kognitif siswa. Prinsip dasar pembelajaran menurut teori konstruktivisme yaitu:

(1) Membangun interpretasi peserta didik berdasarkan pengalaman belajar; (2) Menjadikan pembelajaran sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan, tidak hanya sebagai proses komunikasi pengetahuan; (3) Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk pemecahan masalah (problem solving); (4) Pembelajaran bertujuan pada proses pembelajaran itu sendiri, bukan pada hasil pembelajaran; dan (5) Mendorong peserta didik dalam mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi (high order thingking) (Mukhlis, et al, 2010).

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dengan menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang paling mendasar tentang bagaimana siswa memperoleh pengetahuan. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki.


(41)

2.3.3. Pembelajaran Konvensional

Sukandi (2003) dalam Sunarto (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep, bukan mengenai kompetensi. Tujuannya agar siswa mengetahui sesuatu hanya pada penguasaan konsep, bukan mampu melakukan sesuatu. Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan adalah proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi yang tercipta hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa, pembelajaran lebih banyak menggunakan model demonstrasi, dan kegiatan pembelajaran lebih pada penguasan konsep, bukan kompetensi (Sunarto, 2009). Hamdani (2011: 166) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran konvensional, yaitu:

(1) Pembelajaran berfokus pada individu; (2) Penghargaan berupa prestasi individu; (3) Proses diskusi anatarsiswa yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran hanya sedikit; (4) Tanggung jawab yang ada berupa tanggung jawab individu; dan (5) Pembentukan kelompok tidak diperhatikan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented). Guru berperan sebagai subjek, sementara siswa berperan sebagai objek dalam pembelajaran. Komunikasi yang tercipta hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa. Artinya, siswa lebih bersifat pasif menerima informasi dari guru tanpa adanya proses timbal balik.

2.4. Model Pembelajaran

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang berbagai model pembelajaran. Secara harfiah model pembelajaran


(42)

merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatka motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajarn yang lebih optimal (Isjoni, 2013: 7).

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Konsep tentang model pembelajaran telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Menurut Suprijono (2013: 46), “Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Model pembelajaran juga didefinisikan sebagai kerangka berpikir untuk mengarahkan seorang guru dalam merancang, melaksanakan, dan membimbing siswa sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang lebih terarah.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang model pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka berpikir berupa prosedur pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara sistematis. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran agar lebih terarah sehingga tujuan belajar yang ditetapkan tercapai. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang terarah dan tertata secara sistematis.

Ciri-ciri model pembelajaran menurut Rusman (2012:136) sebagai berikut: 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. 2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3. Model pembelajaran dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.


(43)

4. Memiliki bagian-bagian model, yaitu urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsisp-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Model pembelajaran yang baik terpacu pada ciri-ciri yang telah dijabarkan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

2.5. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2004:12).

Sedangkan menurut Rusman (2012:202) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dari pengertian beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan sebuah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaborasi atau berkelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama untuk meningkatkan artisipasi siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi siswa dengan pengalaman, sikap kepimimpinan dan


(44)

membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya.

Unsur unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (Hamdani, 2011:30) adalah sebagai berikut :

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “Tenggelam atau berenang bersama.”

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompokya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Thompson, et al dalam isjoni (2013: 17)


(45)

mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

2.6. Model Pembelajaran Pair Check

2.6.1. Pengertian Model Pembelajaran Pair Check

Pair check (pasangan mengecek) merupakan model pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1990. Model pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan yang memiliki tujuan untuk mendalami atau melatih materi yang dipelajari. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan, sehingga dapat melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211-213).

2.6.2. Sintaks Model Pembelajaran Pair Check

Secara umum sintaks dari pair check adalah (1) bekerja pasangan; (2) pembagian peran partner; (3) pelatihan memberi soal, partner menjawab, pengecekan jawaban; (4) bertukar peran; (5) penyimpulan; (6) evaluasi; dan (7) refleksi.


(46)

Berdasarkan sintaks tersebut, langkah-langkah penerapan model pembelajaran pair check adalah sebagai berikut ini:

1. Guru menjelaskan konsep.

2. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat orang. Dalam satu kelompok ada dua pasang. Setiap pasangan dalam satu kelompok dibebani satu peran yang berbeda, yaitu pelatih dan partner. 3. Guru membagikan soal kepada partner.

4. Partner menjawab soal sedangkan pelatih akan mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapatkan satu kupon dari pelatih.

5. Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner, sedangkan partner menjadi pelatih.

6. Guru membagikan soal kepada partner.

7. Partner menjawab soal sedangkan pelatih akan mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapatkan satu point dari pelatih.

8. Setiap pasangan kembali ke tim awal kemudian saling mencocokkan jawaban.

9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

10. Setiap kelompok mengecek jawabannya

11. Kelompok yang paling banyak mendapat point diberi hadiah atau reward


(47)

2.6.3. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan dari model pembelajaran pair check antara lain (1) meningkatkan kerja sama antar siswa; (2) pengajaran teman sebaya (peer tutoring); (3) meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep; (4) melatih siswa berkomunikasi dengan baik.

Kelemahan dari model pembelajaran pair check antara lain (1) membutuhkan waktu yang memadai; (2) kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner dan memahami soal dengan baik.

2.7. Media Pembelajaran Pair Check

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan (Hartanti, 2013).

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (Hartanti, 2013).

Media pembelajaran pair check merupakan alat pendukung dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check. Media


(48)

pembelajaran pair check dapat digunakan oleh guru dan siswa. Dengan menggunakan media ini pembelajaran dengan model pair check dapat lebih efektif, karena semua proses pembelajaran dilakukan secara komputerisasi, sehingga tidal lagi menggunakan kertas, dan semua jawaban dari siswa langsung masuk kedalam database, sehingga bisa langsung diakses oleh guru. Dengan menggunakan media ini guru juga dapat memanfaatkan sebagai bahan ajar. Untuk panduan penggunaan media pembelajaran pair check dapat dibaca dilampiran.

2.8. Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan penting dalam setiap kehidupan manusia karena dengan belajar dapat mempengaruhi maju mundurnya kualitas manusia. Dengan belajar, manusia akan dapat meraih apa yang dicita-citakan. Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Gagne dan Berliner (1983: 252) dalam Rifa‟i dan Anni (2010: 82), mendefinisikan belajar sebagai proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Kegiatan belajar yang dilakukan untuk melakukan perubahan dalam diri seorang individu bukan berasal dari faktor keturunan, pertumbuhan fisik, dan kedewasaan. Menurut Morgan, et.al. (1986: 140) dalam dalam Rifa‟i dan Anni (2010: 82), “Belajar adalah perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman”. Sedangkan Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku tersebut berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan,


(49)

dan nilai-sikap, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu dan cenderung bersifat relatif permanen. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja, namun relatif menetap. Perubahan tersebut bukan berasal dari faktor keturunan ataupun proses pertumbuhan fisik dan kedewasaan, melainkan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang biasa disebut sebagai tiga ranah belajar.

2.9. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan menurut Rifa‟i dan Anni (2010:85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar.

Dari beberapa pengerian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh peserta didik berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Benyamin S. Bloom (1956) dalam Rifa‟i dan Anni (2010: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar. Tiga ranah


(50)

belajar tersebut yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (affective domain), dan (3) ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Berikut akan dikemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam ranah belajar tersebut.

Hasil belajar dalam ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan atau kemahiran intelektual dan pengetahuan. Menurut Rifa‟i dan Anni (2010: 86), hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, antara lain: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation). Uraian selengkapnya sebagai berikut:

(1) Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya; (2) Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari informasi yang telah dipelajari; (3) Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan informasi yang telah dipelajari pada situasi baru; (4) Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya; (5) Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru; dan (6) Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan untuk tujuan tertentu (Rifa‟i dan Anni, 2010: 86-87).

Hasil belajar dalam ranah afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, minat, dan nilai. Menurut Rifa‟i dan Anni (2010: 87), hasil belajar dalam ranah afektif terdiri dari lima aspek, antara lain: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penilaian (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5) pembentukan pola hidup (organization by a value complex). Uraian selengkapnya sebagai berikut:

(1) Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu; (2) Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik; (3) Penilaian


(51)

berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek; fenomena

atau perilaku tertentu pada diri peserta didik; (4) Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan

kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal; dan (5) Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya (Rifa‟i dan Anni, 2010: 88-89).

Hasil belajar dalam ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Rifa‟i dan Anni (2010: 89), hasil belajar dalam ranah psikomotorik terdiri dari tujuh aspek, antara lain: (1) prersepsi (perception), (2) kesiapan (set), (3) gerakan

terbimbing (guided response), (4) gerakan terbiasa (mechanism), (5) gerakan kompleks (complex overt response), (6) penyesuaian (adaptation), dan (7)

kreativitas (originality). Uraian selengkapnya sebagai berikut:

(1) Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik; (2) Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu; (3) Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks; (4) Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir; (5) Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks; (6) Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik, sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan ketika menemui situasi masalah baru; dan (7) Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi masalah tertentu (Rifa‟i dan Anni, 2010: 89-90).

Jadi, pada dasarnya hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku berupa kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut dikenal dengan ranah belajar yang meliputi


(52)

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pola-pola perubahan yang terjadi antara lain yaitu pada kemampuan intelektual dan pengetahuan, sikap dan nilai, serta kemampuan fisik dan keterampilan.

2.10. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah perlu membekali siswa dan lulusannya dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi TIK. TIK memiliki peran penting untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang teknologi, lebih jelasnya TIK menekankan pada kemampuan dan memahami teknologi berupa komputer sebagai alat informasi dan komunikasi. Selain itu, secara konseptual mata pelajaran ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang cara-cara pengoperasian berbagai aplikasi dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Menurut Firman (2015) teknologi informasi dan komunikasi secara umum bertujuan agar siswa memahami alat teknologi informasi dan komunikasi secara umum termasuk komputer (computer literate) dan memahami informasi (information literate). Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki peran besar dalam upaya memperluas akses dan meningkatkan mutu pendidikan. Teknologi Informasi dan Komunikasi memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang afektif serta menyediakan akses pendidikan untuk semua bidang, memfasilitasi proses pembelajaran kapan saja dan dimana saja.

Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi.


(53)

Adapun Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi dengan materi pembelajaran rumus dan fungsi pada

excel.

2.10.1.Materi Pembelajaran

Menggunakan rumus dan fungsi pada excel merupakan salah satu inti dari pembelajaran software pengolah angka yaitu adanya pengenalan rumus ataupun fungsi. Menurut Wahyudi (2010:169) Formula adalah prosedur operasi yang dilakukan oleh Microsoft excel untuk menentukan nilai dalam sebuah sel tertentu di Worksheet. Formula merupakan hasil pengolah data dan nilai sel lain yang dikaitkan dengan rumus tertentu seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, logaritma, eksponensial, dan lain-lain.

Keunggulan Microsoft excel adalah kemampuannya untuk melakukan perhitungan matematik, statistik dan logika. Microsoft Excel menyediakan rumus siap pakai yang disebut sebagai Fungsi yang dapat berfungsi sebagai alat bantu perhitungan. Umumnya penulisan fungsi harus dilengkapi dengan argumen yang diapit dengan tanda kurung yang berisi angka, label, rumus, alamat sel atau range.


(54)

Fungsi Statistika yang sering digunakan untuk penghitungan statistika : 1. Sum : Berfungsi untuk menjumlahkan data dalam suatu list atau range. 2. Count : Berfungsi untuk menghitung banyak- nya data dalam list atau

range.

3. Average : Berfungsi untuk mencari nilai rata- rata dalam suatu list atau range.

4. Max : Berfungsi untuk mencari nilai maksimum atau terbesar dalam suatu list atau range.

5. Min : Berfungsi untuk mencari nilai mini- mum atau terkecil dalam suatu list atau range.

2.11. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan bagian yang berisi uraian mengenai hasil kajian penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan dengan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini yaitu penelitian dari Yantiani, Ni Md dkk (2013), dan Sari Iin Benilia (2012) tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe

pair check.

Penelitian yang dilakukan oleh Yantiani, Ni Md dkk (2013) berjudul

“Pembelajaran Kooperatif Pair Check Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Dan Bangun Datar Siswa Kelas IV Gugus IV

Semarapura”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV


(55)

Semarapura tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini diitunjukkan dengan hasil uji-t yang telah dilakukan yakni thitung ≥ttabel, yaitu 9,11 ≥ 2,021 serta perolehan rerata yang berbeda yaitu 85,43 pada kelompok eksperimen dan 58,40 pada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pair check dapat mempengaruhi hasil belajar pada materi bangun ruang dan bangun datar, siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran pair check

mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari Iin Benilia (2012) berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir

Selatan”. Didapatkan bahwa hasil perhitungan tes hasil belajar siswa pada kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen nilai rata-rata kelasnya adalah 81,44 dan simpangan bakunya 11,86, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 69,96 dan simpangan bakunya 16,37. Terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksprimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Kemudian simpangan baku kelas kontrol lebih tinggi dari pada simpangan baku kelas eksperimen. Analisis data yang digunakan adalah uji hipotesi dengan menggunakan uji-t satu pihak. Berdasarkan uji hipotesis terlihat bahwa pada α = 0,05 diperoleh P-Value = 0,004, karena P-Value lebih kecil dari α maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe pair cheks lebih baik dari pada pembelajaran konvensional .


(56)

Kedua penelitian di atas relevan dengan penelitian ini. Kesamaan terletak pada penerapan model pembelajaran pair check untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan, peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran pair check untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII SMP N 1 Petarukan. Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Yantiani, Ni Md dkk (2013), dan Sari Iin Benilia (2012).

2.12. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2010:2). Belajar merupakan sebuah proses ke arah perubahan tingkah laku dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman materi.

Kegiatan belajar tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan. Permasalahan dalam kegiatan belajar sering dialami guru dan siswa didalam kelas. Demikian halnya dalam kegiatan pembelajaran TIK di SMP N 1 Petarukan. Terdapat suatu permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, Kurangnya perhatian dan antusias siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya model pembelajaran yang digunakan guru. Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah tanpa mengembangkannya. Proses pembelajaran dengan metode ceramah hanya terpusat pada guru sehingga


(57)

pembelajaran bersifat satu arah dan monoton. Hal ini menyebabkan siswa kurang minat terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil belajar siswa juga rendah, hal ini terlihat dari nilai hasil ulangan pada materi rumus dan fungsi pada excel yang kebanyakan masih berada di bawah kriteria ketuntasan

minimum (KKM).

Untuk memperbaiki serta meningkatkan hasil belajar siswa, siswa perlu diberikan strategi atau model pembelajaran yang berbeda, sehingga terdapat suasana belajar yang baru. Salah satu strategi atau model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif menurut dugaan peneliti adalah dengan menggunakan model pembelajaran pair check. Model pembelajaran pair check merupakan pembelajaran kelompok pasangan yang menuntut keaktifan siswa dalam berkelompok untuk memecahkan masalah serta membantu teman kelompok dalam memahami materi.

Suatu penelitian memerlukan sebuah kerangka berfikir untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan sebuah metode pembelajaran pair check yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2013: 91) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah. Perumusaan kerangka berfikir yaitu dengan melibatkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Berikut ini disajikan bagan kerangka berpikir dilaksanakannya penelitian.


(58)

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

2.13. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian yang diajukan yaitu:

Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (Ha1 : μ1≠ μ2).

Ha2 : Hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

pair check lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (Ha2 : μ1 > μ2).

T-test data nilai UTS Semester Genap untuk medapatkan dua kelas yang setera Pembelajaran rumus dan fungsi pada Excel :

a. bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untu melakukan perhitungan matematik, statistik dan logika.

b. menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran;

S i s w a

Tes hasil belajar siswa

Dibandingkan

Analisis data hasil belajar siswa Tes hasil belajar siswa

Analisis data hasil belajar siswa

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Metode ceramah:

a. pembelajaran berpusat pada guru.

b. komunikasi satu arah dari guru ke siswa dan siswa cenderung pasif;

c. pembelajaran cenderung menggunakan model demonstrasi dan penugasan;

d. peran siswa hanya sebagai objek pembelajaran. Model pembelajaran pair check:

a. aktivitas belajar berpusat pada siswa b. mendorong siswa untuk aktif dalam

pembelajaran;

c. membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan dengan baik melalui diskusi kelompok;

d. melatih siswa untuk berkolaborasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan sesama teman.


(59)

Ha3 : Terdapat perbedaan peningkatan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (Ha3 : μ1≠μ2).

Untuk keperluan analisis maka Ha dirumuskan H0-nya, yaitu:

H01 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (H01 : μ1= μ2).

H02 : Hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

pair check tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (Ha2 : μ1 < μ2).

H03 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah. (H03 : μ1= μ2).


(60)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif eksperimen. Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berupa quasi experimental design (desain eksperimen semu). Desain ini diberlakukan pada kelompok eksperimen. Sedangkan, kelompok kontrol tetap dengan proses kegiatan pembelajaran berlangsung secara normal sebagaimana yang biasa dilakukan. Quasi experimental design atau eksperimen semu merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2013: 116). Bentuk quasi experimental design yang digunakan yaitu

nonequivalent control group design. Nonequivalent control group design

merupakan bentuk desain eksperimen yang sama dengan pretest-posttest control group. Desain ini dipilih dengan pertimbangan bahwa sulit ditemukannya kelas dengan karakteristik yang sama persis. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random (acak).


(61)

Berikut disajikan gambar 3.1 tentang bentuk desain dalam penelitian ini.

Gambar 3.1 Bentuk desain penelitian nonequivalent control group design

Keterangan:

O1 : tes awal kelompok eksperimen O2 : tes akhir kelompok eksperimen O3 : tes awal kelompok kontrol O4 : tes akhir kelompok kontrol

X : perlakuan menggunakan model Pair Check. (Sugiyono, 2013: 116).

Dalam penelitian ini sampel tidak diambil secara individu tetapi dalam bentuk kelas yaitu kelas VIII F dengan 36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII E dengan 36 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran pair check pada materi rumus dan fungsi pada excel. Sedangkan, kelompok kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan (metode ceramah) pada materirumus dan fungsi pada excel.

Kelompok eksperimen dan kontrol terlebih dahulu dipastikan kesetaraannya (matching). Kesetaraan kedua kelompok tersebut diperoleh berdasarkan data hasil uji kesetaraan rata-rata melalui t-test nilai ujian tengah semester genap kelas VIII. Hasil uji kesetaraan (matching) dapat dibaca pada bagian sampel.

Perilaku kelompok eksperimen dan kontrol diukur sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kedua kelompok akan diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal (pretest) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan.

O1 X O2


(62)

Sedangkan, tes akhir (posttest) dilakukan untuk mengetahui keadaan akhir berupa data hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kontrol setelah dibelajarkan atau diberikan perlakuan. Berdasarkan data hasil belajar tersebut, uji prasyarat analisis dapat dilakukan. Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui hasil analisis data hasil belajar yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Kemudian setelah hasil diketahui, maka uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut disajikan bagan desain penelitian secara keseluruhan.


(63)

3.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

3.2.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pada tahap persiapan, peneliti melakukan kegiatan pra-penelitian berupa: (1) survei kepustakaan yang relevan bagi masalah yang ada, (2) mengidentifikasi dan merumuskan masalah, (3) menentukan hipotesis penelitian berdasarkan telaah kepustakaan, (4) mengidentifikasi variabel penelitian untuk menyusun rancangan eksperimen, (5) menentukan sampel yang representatif bagi populasi penelitian dengan melakukan proses uji kesetaraan (matching) untuk memperoleh dua kelompok yang memiliki kesetaraan rata-rata, (6) menentukan kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran pair check dan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dengan metode ceramah , (7) merancang teknik pengumpulan data penelitian, dan (8) penyusunan instrumen/ alat untuk mengukur hasil penelitian dengan diujicobakan terlebih dulu untuk mendapatkan analisis validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal, serta (9) merancang dan menentukan teknik analisis data.

3.2.2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan kegiatan penelitian berupa: (1) memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan


(64)

awal kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan atau sebelum dibelajarkan, (2) pelaksanaan pembelajaran, yaitu memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran pair check pada kelompok eksperimen dan tidak memberikan perlakuan atau melakukan metode ceramah pada kelompok kontrol, dan (3) memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan atau dibelajarkan.

3.2.3. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data merupakan kegiatan analisis data terhadap data yang diperoleh dari pelaksanakan penelitian. Pada tahap pengolahan data, peneliti melakukan kegiatan analisis data dengan membandingkan data hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah.

Kegiatan analisis data yang dilakukan berupa: (1) melakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk mengetahui data hasil penelitian bersifat homogen atau tidak, (2) melakukan uji hipotesis untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan berupa uji beda untuk membandingkan (membedakan) apakah hasil belajar antara siswa kelompok eksperimen dan kontrol sama atau berbeda setelah memperoleh perlakuan, uji efektivitas untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, dan uji gain ternormalisasi untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan


(1)

4. Guru membagikan soal.

Untuk menilai butir ini perlu memperhatikan deskriptor berikut:

Skor Penilaian Deskriptor

1 Guru tidak membagikan soal.

2 Guru membagikan soal tetapi tidak menjelaskan aturan pengerjaan soal.

3 Guru membagikan soal tetapi kurang

menjelaskan aturan pengerjaan soal dengan jelas.

4 Guru membagikan soal dan menjelaskan aturan pengerjaan soal dengan jelas.

5.Guru mengawasi partner mengerjakan soal dan mengarahkan pelatih mengecek jawaban partner

Untuk menilai butir ini perlu memperhatikan deskriptor berikut:

Skor Penilaian Deskriptor

1 Guru tidak mengawasi partner mengerjakan soal dan tidak mengarahkan pelatih mengecek jawaban partner

2 Guru tidak mengawasi partner mengerjakan soal tetapi mengarahkan pelatih mengecek jawaban partner. 3 Guru mengawasi partner mengerjakan soal tetapi tidak

mengarahkan pelatih mengecek jawaban partner. 4 Guru mengawasi partner mengerjakan soal dan

mengarahkan pelatih mengecek jawaban partner.

6. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

Untuk menilai butir ini perlu memperhatikan deskriptor berikut:

Skor Penilaian Deskriptor

1 Guru tidak membimbing dan tidak memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

2 Guru tidak membimbing tetapi memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

3 Guru membimbing tetapi tidak memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal..

4 Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.


(2)

7.

Guru melakukan refleksi terhadap materi selama pembelajaran dan memberikan reward.

Untuk menilai butir ini perlu memperhatikan deskriptor berikut:

Skor Penilaian Deskriptor

1 Guru tidak melakukan refleksi terhadap materi selama pembelajaran dan tidak memberikan reward

2 Guru tidak melakukan refleksi terhadap materi selama pembelajaran tetapi memberikan reward

3 Guru melakukan refleksi terhadap materi selama pembelajaran tetapi tidak memberikan reward 4 Guru melakukan refleksi terhadap materi selama


(3)

Lampiran 48

REKAPITULASI TINGKATPELAKSANAAN MODEL

PEMBELAJARAN PAIR CHECK TERHADAP GURU

No. Pengamat Tingkat Pelaksanaan Model

Pert.1 Pert. 2

1. Pengamat 1 89, 28 % 96, 42 % 2. Pengamat 2 85, 71 % 96, 42 % Rata-rata 87, 49 % 96, 42 %


(4)

Lampiran 49

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pretest

Penjelasan model pair check


(5)

(6)

Lampiran 50


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII Penerapan Pembelajaran Think Pair Share Pada Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit

0 2 16

PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII Penerapan Pembelajaran Think Pair Share Pada Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit

0 0 16

EFEKTIVITAS APLIKASIGOOGLE PRESENTATION DENGAN VIDEO TUTORIAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

0 7 41

EFEKTIVITAS PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA : StudiEksperimenpada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII di SMP N 1 Kasomalang.

1 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMP.

0 1 42

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

0 0 46

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP.

0 2 51

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Siswa Kelas VIII di Smp Negeri 13 Semarang.

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Ungaran.

0 0 1

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA KELAS XI DI SMA N 1 SEMIN.

0 1 97