1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,
sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di
bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan
kemakmuran bangsa. Menurut UU RI No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Hamalik, 2014: 2 pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, danatau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Secara umum pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya melalui proses
interaksi yang mendorong terjadinya belajar dan perkembangan. Proses pendidikan diimplentasikan melalui lembaga formal yaitu dari pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang, dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk membentuk manusia yang
2
berkualitas dan mampu bersaing, serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 12 menyatakan bahwa “Setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan pendidikan
sesuai bakat, minat dan kemampuannya”. Layanan pendidikan tersebut tidak lepas dari peran guru untuk mengembangkan potensi peserta didik. Seorang guru
harus mempunyai standar kompetensi, diantaranya kompetensi paedagogik berupa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik yaitu
dengan menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam proses belajar mengajar.
Belajar-mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana, perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran.
Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap. Dalam proses belajar mengajar guru akan menghadapi siswa yang memiliki karakter yang berbeda sehingga tidak lepas
dengan masalah hasil belajar. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah melibatkan beberapa faktor yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru,
siswa, serta metode pembelajaran. Diantara aspek tersebut, yang paling dominan adalah dari aspek guru dan
siswa. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan
3
pendidikan disebut kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai motivator dan fasilitator sedangkan siswa sebagai acceptor atau penerima informasi yang
diharapkan dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Agar suasana belajar aktif dapat terjadi, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat. Metode
pengajaran sangat diperlukan oleh guru sesuai dengan tujuan yang dicapai setelah pengajaran berakhir. Proses pembelajaran yang berjalan dengan baik
berkeyakinan dapat memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang tinggi. SMP N 1 Petarukan merupakan salah satu SMP negeri yang ada di
kabupaten Pemalang. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP, yang proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dasar penilaian
terhadap prestasi siswanya menggunakan ketentuan kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. SMP N 1 Petarukan merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang menuntut siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran TIK sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP N 1 Petarukan, teknologi informasi dan komunikasi TIK memiliki peran
penting untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang teknologi, lebih jelasnya TIK menekankan pada kemampuan dan memahami teknologi berupa
komputer sebagai alat informasi dan komunikasi. Selain itu, secara konseptual mata pelajaran ini bermanfaat untuk
memberikan pengetahuan tentang cara-cara pengoperasian berbagai aplikasi
4
dalam teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi TIK yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya
sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, memecahkan masalah, eksplorasi, dan komunikasi. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan sering kali muncul permasalahan. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan guru TIK kelas
VIII SMP N 1 Petarukan, diperoleh keterangan bahwa terdapat suatu permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu guru dalam pembelajarannya
masih menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran dengan metode ceramah hanya terpusat pada guru sehingga pembelajaran bersifat satu arah dan
monoton. Kegiatan pembelajaran seperti itu membuat suasana pembelajaran menjadi kurang menarik dan membosankan. Pembelajaran yang membosankan
tentunya tidak dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat proses
pembelajaran berlangsung sebenarnya setiap siswa memiliki potensi untuk berperan aktif dalam pembelajaran seperti bertanya kepada guru dan
mengemukakan pendapat, hanya saja siswa tidak memiliki kesempatan dikarenakan guru menggunakan metode ceramah. Selain itu diperoleh data hasil
ulangan harian siswa kelas VIII SMP N 1 Petarukan materi rumus dan fungsi yang kurang memuaskan, masih banyak siswa yang belum tuntas dari standar
kriteria ketuntasan minimum mata pelajaran TIK yaitu 75.
5
Berikut ini disajikan tabel nilai rata-rata hasil ulangan harian siswa kelas VIII dari tahun pelajaran 20112012, 20122013, dan 20132014.
Tabel 1.1 Nilai rata-rata ulangan harian materi rumus dan fungsi pada excel kelas VIII
SMP N 1 Petarukan. No.
Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata
1. 20112012
59,98 2.
20122013 62,40
3. 20132014
61,62 Melihat kondisi tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif
Lie, 2004:8. Model pembelajaran kooperatif dikatakan baik karena pada prosesnya, siswa dapat lebih aktif dalam kelas. Pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Sedangkan menurut Rusman 2012:202 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dari beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dalam 1 kelompok, dimana siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil atau tim yang anggotanya bersifat
6
heterogen , yang terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah, baik
itu perempuan maupun laki-laki dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran dan
memecahkan persoalan secara bersama-sama agar semua anggota kelompok dapat belajar dengan maksimal.
Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe pair check. Pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang berpasangan kelompok sebangku yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang dipelajari. Model ini menerapkan
pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga
dapat melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberikan penilaian.
Pendapat tentang pemilihan model pair check diteliti oleh Yantiani, Ni Md dkk 2013 tentang “Pembelajaran Kooperatif Pair Check Berpengaruh Terhadap
Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Dan Bangun Datar Siswa Kelas IV Gugus IV Semarapura” didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji-t
yang telah dilakukan yakni t
hitung
≥ t
tabel
, yaitu 9,11 ≥ 2,021 serta perolehan rerata yang berbeda yaitu 85,43 pada kelompok eksperimen dan 58,40 pada
kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check terhadap hasil belajar materi bangun
7
ruang dan bangun datar siswa pada siswa kelas IV sekolah dasar gugus IV Semarapura tahun ajaran 20122013.
Pendapat tentang pemilihan model pair check juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari Iin Benilia 2012 tentang “Pengaruh
Penerapan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Pembahasan Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 3 Batang Kapas
Kabupaten Pesisir Selatan”. Didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan tes hasil belajar siswa pada kelas sampel yaitu pada kelas
eksperimen nilai rata-rata kelasnya adalah 81,44 dan simpangan bakunya 11,86, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 69,96 dan simpangan
bakunya 16,37. Terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksprimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Kemudian simpangan baku kelas kontrol lebih
tinggi dari pada simpangan baku kelas eksperimen. Ini berarti bahwa nilai kelas kontrol lebih bervariasi dari pada kelas eksperimen. Analisis data yang digunakan
adalah uji hipotesis dengan menggunakan uji-t satu pihak. Berdasarkan uji hipotesis terlihat bahwa pada α = 0,05 diperoleh P-Value = 0,004, karena P-Value
lebih kecil dari α maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe pair check lebih baik dari pada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP N 3 Batang Kapas.
8
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yantiani, Ni Md dkk 2013, dan Sari Iin Benilia 2012 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Namun, pada penelitian ini tujuan peneliti bukan hanya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah, tetapi tujuan lain yang ingin dicapai
oleh peneliti adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah, dan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran pair check dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah.
Penilaian hasil belajar siswa pada penilitian ini diambil bukan hanya dari aspek kognitif saja, tetapi dari aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek
kognitif diambil melalui tes pretest dan posttest sedangkan aspek afektif dan psikomotorik diambil selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar
pengamatan. Pada penelitian ini juga terdapat lembar pengamatan model pair check
yang dilakukan untuk mengetahui kesesuain langkah-langkah model pembelajaran pair check yang diterapkan peneliti dalam pembelajaran di kelas
eksperimen.
9
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran pair check pada mata pelajaran TIK pada materi
rumus dan fungsi pada excel, untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran pair check serta untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan hasil
belajar siswa. Judul pada penelitian ini yaitu “Efektivitas Model Pembelajaran Pair Check
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII SMP N 1 Petarukan”.
1.2. Identifikasi Masalah