ANALISIS RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA PENUTUP

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hikmah disyariatkan ibadah haji antara lain yaitu merupakan menifestasi ketundukkan kepada Allah SWT. Menunaikan kewajiban haji ini adalah rukun Islam kelima bagi umat Islam yang memiliki kemampuan istito’ahmengerjakannya. Melaksanakan haji pun merupakan ungkapan syukur atas nikmat harta dan kesehatan dari Allah SWT. Pemahaman tersebut didasarkan pada al- Qur’an surat Ali Imran yang menyebutkan: “Disana terdapat tanda-tanda yang nyata, di antaranya maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya Baitullah amanlah dia; dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam. ” QS. Ali Imron [3]: 97 Berkaitan dengan batasan atau kriteria istith o’ah mampu itu adalah segala sesuatu yang menjadikannya bisa melakukan rukun haji dengan sempurna, tanpa ada hambatan apapun. Tanpa hambatan disini maksudnya adalah adanya rasa aman selama perjalanan, nafkah keluarga yang ditinggalkan selama haji cukup dan terutama merasa terbina dan terpandu oleh para petugas haji khususnya. Penyelenggaraan ibadah haji merupakan salah satu icon penting kementerian agama. Masyarakat yang tengah berkembang ini hanya menganggap bahwa keberhasilan kinerja kementerian agama kerap hanya diukur dari sejauh mana kementerian ini sukses menyelenggarakan pengelolaan ibadah tahunan tersebut. Apabila tidak sukses, maka dapat dipastikan ratusan jari telunjuk menuding kementerian agama. Bahkan, celakanya ketika penyelenggaraan ibadah haji terlaksana dengan sukses, masyarakat malah kurang memberikan apresiasi dan penilaian sebagaimana penilaian manakala penyelenggaraan ibadah haji dianggap gagal, tetapi justru menganggap biasa-biasa saja. 1 Oleh karena itu, opini tersebut selalu akan menjadi tolak ukur kementerian agama untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon petugas haji, khususnya petugas yang menyertai jamaah haji. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji mengamanatkan perlunya penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji secara terus menerus agar penyelenggaraan haji dapat berjalan aman, tertib dan lancar dengan menjunjung tinggi asas keadilan, transparansi, profesionalitas dan akuntabilitas. 2 Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan dan terwujudnya amanat undang-undang tersebut adalah melalui penyempurnaan sistem rekrutmen petugas haji Indonesia Nomor : D78 Tahun 2013. Secara 1 Mundzir Suparta, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia: Penyelenggaraan Haji dalam Perspektif Pengawasan Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012, hlm. 209. 2 Strategi Pencitraan Penyelenggaraan Ibadah Haji Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012, hlm. 1-2. prinsip keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia bertumpu pada profesionalisme petugas haji, oleh karenanya untuk menghasilkan petugas yang berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah perlu melakukan analisis kebutuhan pelayanan dan jabatan yang akurat, seleksi administrasi dan kesehatan yang ketat serta tes kompetensi. Organisasi terkecil dalam penyelenggaraan ibadah haji adalah kelompok terbang kloter, yaitu sekelompok jamaah haji yang jumlahnya sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat yang digunakan. Dalam setiap kloter ditunjuk petugas operasional yang menyertai jamaah haji sejak di asrama haji atau embarkasi, di Arab Saudi sampai kembali ke tanah air yang terdiri dari unsur Tim Pemandu Haji Indonesia TPHI yang juga berfungsi sebagai ketua kelompok terbang, Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia TPIHI dan Tim Kesehatan Haji Indonesia TKHI. 3 Dalam pelaksanaannya juga dibantu oleh petugas daerah yaitu Tim Petugas Haji Daerah TPHD, Tim Kesehatan Haji Daerah TKHD serta ketua rombongan dan ketua regu. Dengan demikian, Petugas haji merupakan ujung tombak dalam kualitas layanan yang diberikan kementerian agama terhadap jamaah haji di tanah suci Makkah dan Madinah. Untuk itu baik buruknya layanan tergantung sejauh mana kompetensi petugas yang mendampingi jamaah haji sehingga jamaah haji dapat merasakan kepuasan dalam beribadah. 3 Achmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus Dan Telaah Implementasi Knowlegde Worker Jakarta: Zikrul Hakim, 2001 hal. 62. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Respon Jamaah HajiTerhadap Kinerja Ketua Kelompok Terbang 32 Provinsi Banten Tahun 2013 ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada kinerja ketua kelompok terbang 32 yang mempengaruhi respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013: 1. Masih kurangnya pendekatan emosional antara ketua kelompok terbang 32 terhadap jamaah hajinya selama proses haji berlangsung. 2. Kurangnya koordinasi antar ketua kelompok terbang ketika proses pemberangkatan ke Mina. 3. Masih kurangnya peran aktif ketua kelompok terbang 32 dalam memandu jamaahnya. 4. Masih terdapat kekeliruan para jamaah haji dalam mengakses kevalidan informasi dari ketua kelompok terbang 32.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka untuk memudahkan penelitian penulis memfokuskan pada respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang kloter 32, khususnya dalam penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah haji Indonesia tahun 2013 provinsi Banten.