82
Buku Guru Kelas X
c Mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?
d Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran?
3 Hasil kerja peserta didik diberi nilai dan komentar.
5. Pembelajaran Minggu Ke-15 90 Menit
Pada pertemuan minggu ke-15 akan mengaji proses berkembangnya agama Hindu-Buddha di Kerajaan Mataram Kuno.
Hal ini untuk memperkaya pemahaman para peserta didik tentang kehidupan masyarakat pada masa Hindu-Buddha.
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1 menjelaskan kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno pada masa klasik Hindu-Buddha;
2 mengidentifikasi peninggalan budaya yang berasal dari masa Mataram Kuno.
b. Materi dan Proses Pembelajaran
Materi yang disampaikan pada minggu ke-15 ini adalah Bab II, Sub-bab B bagian lima, Kerajaan Mataram Kuno. Pelaksanaan
pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
83
Sejarah Indonesia
Kegiatan Pendahuluan 1 Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat serta buku yang
diperlukan.
2 Guru menyampaikan topik tentang “Kerajaan-kerajaan Pada Masa Hindu-Buddha”.
3 Guru menegaskan kembali tentang topik dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
4 Peserta didik dibagi menjadi lima kelompok peserta didik kelompok I, II, III, IV, dan V.
Kegiatan Inti 1 Sebelum memulai materi, peserta didik ditanya apakah ada
diantara mereka yang pernah mengunjungi Candi Borobudur dan Candi Prambanan? Bagi peserta didik yang sudah pernah
mengunjungi atau sudah pernah mendengar tentang candi- candi tersebut, guru meminta mereka untuk
menceritakan pengalaman atau pengetahuan mengenai candi tersebut kepada teman-
temannya. Guru menyajikan materi mengenai Kerajaan
Mataran Kuno dan menyinggung ketokohan Raja Sanjaya yang bersikap arif, adil dalam
memerintah, dan memiliki pengetahuan luas. Sepeninggal Sanjaya Mataram kuno
diperintah oleh Rakai Panangkaran.
Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja Panangkaran disebut dengan nama
Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkaran. Dalam
Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M, Raja
Panangkaran telah memberikan hadiah tanah
Gambar 2.10 Candi Kalasan
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik Hindu-Buddha. Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.