4.4.5 Analisis SWOT
Matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan faktor-faktor kunci eksternal dan internal. Hasil dari analisis SWOT diharapkan dapat memberikan
alternatif-alternatif strategi pengembangan bagi perusahaan. Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan dalam memadukan dan
menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Tahapan analisis
SWOT adalah : 1.
Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan 2.
Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan 3.
Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan 4.
Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan 5.
Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi S-O
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal
dan mencatat hasilnya dalam strategi W-O 7.
Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi S-T
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal
dan mencatat hasilnya dalam strategi W-T
Tabel 11. Matriks SWOT IFAS
EFAS
STRENGHTS S
Daftar Kekuatan
WEAKNESES W
Daftar Kelemahan
OPPORTUNITIES O
Daftar Peluang
STRATEGI S-O Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang eksternal yang ada
STRATEGI W-O Mengatasi kelemahan
internal dengan mencoba memanfaatkan peluang
THREATHS T
Daftar Ancaman
STRATEGI S-T Gunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari dampak dari
ancaman eksternal STRATEGI W-T
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman
eksternal Sumber: David 2006
4.4.6 Metode Proses Hirarki Analitik
Metode Proses Hirarki Analitik PHA biasa dikenal dengan Analytical Hierarchy Process
AHP. Teknik ini menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan
keputusan. PHA mencerminkan cara alami manusia dalam bertingkah laku dan berpikir.
Metode PHA merupakan suatu metode yang luwes, yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan
dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing- masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan Saaty, 1993. PHA
memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hirarki
suatu masalah dan bergantung pada intuisi serta pengalaman secara logika. Pengkajian
permasalahan dengan
metode PHA sangat rinci dapat dimulai dengan mengidentifikasikan situasi yang ada secara seksama dan mengumpulkan
data yang relevan dengan permasalahan. Setelah itu menyusunnya ke dalam suatu hirarki. Tingkatan tertinggi dalam hirarki adalah sasaran menyeluruh sedangkan
tingkatan terendah terdiri dari berbagai tindakan akhir atau rencana alternatif yang dapat berkontribusi secara negatif atau positif.
Metode PHA ini dapat digunakan tanpa database, asalkan para analis memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan.
Data penerapan metode PHA yang diutamakan adalah kualitas dari responden, tidak tergantung pada kuantitas tertentu. Sebuah hirarki yang telah disusun dengan
elemen di tiap tingkatnya menjadi tidak berarti apabila tanpa nilai dan bobot bagi elemen di satu tingkat nantinya akan mempengaruhi bobot pada tingkat di
bawahnya. Metode PHA mengenal tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu :
1. Prinsip Menyusun Hierarki
Melakukan identifikasi dari yang diamati, mempersepsikan gagasan dengan menggunakan seperangkat pengetahuan dan metode tertentu yang
kemudian menjadi elemen-elemen pokok dari setiap persoalan sampai pada subbagian yang terkecil tersusun secara hirarkis yang berkaitan dengan realitas
yang diamati menjadi permasalahan. 2.
Prinsip Menetapkan Prioritas Prinsip kedua adalah prinsip menetapkan prioritas. Penetapan prioritas
yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip Konsistensi Logis
Prinsip terakhir adalah prinsip konsistensi logis. Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan
memperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Secara umum langkah-langkah penyusunan PHA dapat dibagi menjadi
delapan langkah utama Saaty, 1993 yaitu: 1.
Identifikasi sistem yang akan diselesaikan. Permasalahan yang akan diteliti harus dirinci secara jelas agar tidak terjadi bias dalam penentuan pemilihan
tujuan, kriteria, aktivitas, dan berbagai faktor yang membentuk hirarki dapat diidentifikasi sendiri oleh peneliti sesuai dengan masalah yang dihadapi.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Penyusunan model suatu hirarki ditentukan oleh jenis permasalahan dan keputusan yang akan diambil, karena tidak ada aturan khusus yang
mengaturnya. Setiap set atau perangkat variabel atau faktor dalam hirarki menduduki satu hirarki. Tingkat puncaknya hanya terdiri dari satu variabel
atau faktor saja yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang akan dicapai. Tingkat berikutnya dapat dibagi menjadi beberapa variabel sesuai
dengan kriteria yang akan diteliti, berupa faktor-faktor, pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatif-alternatif dan sebagainya. Tidak ada batasan
tertentu yang mengatur jumlah tingkatan struktur keputusan dan variabel- variabel pada setiap tingkatan.
3. Penyusunan matriks perbandingan berpasangan dari setiap tingkat dalam
hirarki. Dalam menyusun matriks banding berpasangan tersebut, pasangan- pasangan variabel atau faktor dibandingkan satu sama lain dalam hal kriteria
di tingkat lebih tinggi. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada tingkat dua yaitu: F1, F2, F3 dan seterusnya hingga Fn. Menurut perjanjian
suatu variabel yang di sebelah kiri dinilai dominasinya terhadap suatu variabel di pincak matriks.
Tingkat 1 : Fokus
Tingkat 2 : Faktor ....
Tingkat 3 : Pelaku ....
Tingkat 4 : Tujuan ....
Tingkat 5: Skenario ....
Gambar 6. Model Struktur Hirarki Saaty, 1993
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan
perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap variabel pada baris ke-i yang berhubungan dengan
fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan: ”Seberapa kuat variabel baris ke-i didominasi oleh fokus
G, dibandingkan dengan kolom ke-j?”. Untuk mengisi nilai-nilai dalam F1
F2 F3
Fn
A1 A2
A3 An
On O3
O2 O1
Sn S3
S2 S1
G
matriks banding berpasangan tersebut digunakan angka-angka tertentu sebagai skala banding, seperti yang tertera pada Tabel 12.
5. Memasukkan bilangan satu 1 sepanjang diagonal utama dalam matriks
banding berpasangan dari kiri atas ke kanan bawah. Bagian di bawah diagonal tersebut diisi dengan nilai-nilai kebalikan dari nilai-nilai di atas diagonal.
Tabel 12. Nilai Skala Berpasangan Nilai
Definisi Penjelasan
1
Kedua elemen sama penting Dua
elemen memberikan
sumbangan yang sama besar untuk mencapai tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting cukup penting daripada
yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.
5
Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat
dalam praktek.
9
Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya.
Bukti yang menyokong elemen satu atas elemen yang lainnya
memilki tingkat penegasan yang tertinggal yang menguatkan.
2,4,6,8
Nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan
Ketika kompromi dibutuhkan diantara dua pertimbangan.
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memilki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty 1993
6. Melakukan langkah 3, 4, dan 5 kembali untuk setiap dan gugusan dalam
hirarki tersebut. Perbandingan dilakukan untuk semua variabel pada tiap tingkat keputusan yang ada dalam hirarki. Ada dua macam matriks
pembandingan yang digunakan dalam PHA yaitu: a.
Matriks Pendapat Individu MPI yaitu merupakan matriks hasil pembanding oleh individu. Variabelnya disimbolkan oleh aij, artinya
variabel matriks baris ke-i dan kolom ke-j Tabel 13, hal 55.
Tabel 13. Matriks Pendapat Individu MPI
G A1 A2 A3 ... An A1 A11 A12 A13 ...
A1n A2 A21 A22 A23 ...
A2n A3 A31 A32 A33 ...
A3n ... ... ... ... ... ...
An An1 An2 An3 ... Anm
Sumber: Saaty 1993
b. Matriks Pendapat Gabungan MPG yaitu merupakan martiks yang
variabelnya berasal dari rata-rata geomatriks pandapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0,1 atau 10 persen. Variabel
pada matriks ini disimbolkan dengan Gij Tabel 14.
Tabel 14. Matriks Pendapat Gabungan MPG
G G1 G2 G3 ... Gn G1 G11 G12 G13 ...
G1n G2 G21 G22 G23 ...
G2n G3 G31 G32 G33 ...
G3n ... ... ... ... ... ...
Gn Gn1 Gn2 Gn3 ... Gnm
Sumber: Saaty 1993
7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobot vektor-vektor prioritas tersebut dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dangan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, demikian seterusnya. Ada dua tahap yang harus dilakukan dalam
mengolah MPI dan MPG tersebut, yaitu: a.
Pengolahan horisontal, meliputi penentuan vektor prioritas vektor eigen, uji konsistensi dan revisi pendapat bila dibutuhkan
b. Pengolahan vertikal, merupakan tahap lanjutan setelah MPI dan MPG
diolah secara horisontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan
suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat tertentu dalam suatu hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritas-prioritas yang
diperoleh dalam pengolahan horisontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang
merupakan anggota elemen-elemen tingkat di atasnya. Hasil akhir dari pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu hirarki terhadap
sasarannya. 8.
Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Rasio inkonsistensi harus bernilai 10 persen atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau
kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih
mengarahkan responden untuk membuat perbandingan berpasangan. Metode PHA dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice 2000.
Penggunaan software ini mulai dilakukan pada langkah ke 6 hingga langkah ke 8. Langkah 1 hingga langkah 5 dilakukan secara manual.
BAB V GAMBARAN UMUM USAHA