Saran KESIMPULAN DAN SARAN

Tresnaprihandini, Y. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan pada Perusahaan ”Candramawa” di Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Widyaningrum N. 2003. Eksploitasi Terhadap Pengusaha Kecil Melalui Rantai Hulu Hilir. Jurnal Analisis Sosial 8: 1-28 Wijaya, A. 2007. Preferensi Konsumen terhadap Pengembangan Produk abon Ikan KUB Hurip Mandiri [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Yulia. 2006. Analisis Strategi pengembangan Usaha Rajungan di PT Muara Bhari Internasional Kabupaten Cirebon, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Yusriana. 2004. Kajian Preferensi dan Strategi Pengembangan Produk Abon Ikan di Kotamadya Banda Aceh [tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN-INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jl . Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp 0251 629354; 629350; Fax. 629352 Email : pertaipbbogor.indo.net.id KUESIONER PENELITIAN Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Usaha Abon Ikan Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Dalam rangka penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON IKAN PADA KUB HURIP MANDIRI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI Oleh: RINI ARIANI AMIR A14104090 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Lampiran 1 Kuesioner untuk Matriks IFE dan EFE Nama Responden : ……………… Jabatan : ……………… No Responden : ……………… Kuesioner Pemberian Nilai Peringkat Rating

I. Pemberian Nilai Peringkat Rating Terhadap Kekuatan dan Kelemahan

Petunjuk Pengisian: 1. tentukan nilai peringkat atau rating terhadap kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing usaha sejenis berikut ini dengan cara memberikan tanda √ pada kolom yang tersedia. 2. Penentuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini: Nilai 4, jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Nilai 3, jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Nilai 2, jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Nilai 1, jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing Faktor-Faktor Kunci Kekuatan 1 2 3 4 A. Lokasi perusahaan strategis B. Rasa dan kualitas produk yang mempunyai ciri khas C. Adanya labelisasi kemasan D. Pengalaman perusahaan selama 14 tahun E. Adanya loyalitas konsumen F.Adanya hubungan kekeluargaan dan kerjasama yang kuat G. Telah ada pembagian tugas job description Faktor-Faktor Kunci Kelemahan 1 2 3 4 A. Sumber dana yang terbatas B. Teknologi yang masih sederhana C. Distribusi produk belum luas D. Kualitas sumber daya manusia masih rendah E. Kapasitas produksi belum optimal F.Kurangnya promosi produk

II. Pemberian Nilai Peringkat Rating terhadap Peluang

Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan cara memberikan tanda √ pada kolom yang tersedia 2. Penentuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merespon peluang yang ada Nilai 3, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam merespon peluang yang ada Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup dalam merespon peluang yang ada Nilai 1, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam merespon peluang yang ada Faktor-Faktor Kunci Peluang 4 3 2 1 A. Dukungan Pemda Sukabumi dalam pengembangan UKM di Sukabumi C. Perkembangan teknologi yang semakin maju D. Adanya peluang ekspansi pemasaran III Pemberian Nilai Peringkat Rating terhadap Ancaman Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan cara memberikan tanda √ pada kolom yang tersedia 2. Penentuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merespon ancaman yang ada Nilai 3, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam merespon ancaman yang ada Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup dalam merespon ancaman yang ada Nilai 1, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam merespon ancaman yang ada Faktor-Faktor Kunci Ancaman 4 3 2 1 A. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi B. Adanya Kenaikan harga BBM C. Ancaman masuknya pendatang baru cukup besar D. Ketidaktersediaan bahan baku karena perubahan musim E. Adanya produk substitusi F. Daya beli pelanggan menurun Kuesioner Pemberian Bobot

I. Pembobotan Terhadap Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan ancaman.

Petunjuk Pengisian: 1. Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha. 2. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 huruf cetak miring terhadap kolom satu huruf cetak tebal dan harus konsisten. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan nilai 1, 2, dan 3. Nilai 1 = jika indikator variabel horisontal kurang penting dari indikator vertikal Nilai 2 = jika indikator variabel horisontal sama penting dibandingkan dengan indikator vertikal Nilai 3 = jika indikator variabel horisontal lebih penting dari indikator vertikal 145 Kuesioner Pembobotan untuk Kekuatan dan Kelemahan Faktor-Faktor Kunci Internal A B C D E F G H I J K L M Bobot A. Lokasi perusahaan strategis B.Rasa dan kualitas produk yang mempunyai ciri khas C. Adanya labelisasi kemasan D. Pengalaman perusahaan selama 14 tahun E. Adanya loyalitas konsumen F.Adanya hubungan kekeluargaan dan kerjasama yang kuat G. Telah ada pembagian tugas job description H. Sumber dana yang terbatas I. Teknologi yang masih sederhana J. Distribusi produk belum luas K. Kualitas sumber daya manusia masih rendah L. Kapasitas produksi belum optimal M.Kurangnya promosi produk Total 1.000 146 Kuesioner Pembobotan terhadap Peluang dan Ancaman Faktor-Faktor Kunci Eksternal A B C D E F G H I Total Bobot A. Dukungan Pemda Sukabumi dalam pengembangan UKM di Sukabumi B. Perkembangan teknologi yang semakin maju C. Adanya peluang ekspansi pemasaran D. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi E. Adanya Kenaikan harga BBM F. Ancaman masuknya pendatang baru cukup besar G. Ketidaktersediaan bahan baku karena perubahan musim H. Adanya produk substitusi I. Daya beli pelanggan menurun Total 1.000 Lampiran 2 Kuesioner untuk PHA Identitas responden Nama : Pekerjaanjabatan : Nomor Responden : Petunjuk Nilai Skala Banding Bila A sama penting dengan B = 1 Bila A sedikit lebih penting dibanding B = 3; Sebaliknya B sedikit lebih penting dibanding A = 13 Bila A lebih penting dibanding B = 5; Sebaliknya B lebih penting dibanding A = 15 Bila A sangat lebih penting dibanding B = 7; sebaliknya B sangat lebih penting dibanding A = 17 bila A mutlak lebih penting dibanding B = 9; Sebaliknya B mutlak lebih penting dibanding A = 19 Nilai skala banding genap 2, 4, 6, 8 atau 12, 14, 16, 18, diberikan untuk nilai skala pembanding yang nilainya berada di antara dua nilai pembanding ganjil yang berurutan atau bila kompromi dibutuhkan. Misalnya pada kasus A dibndingkan dengan B, Milai a sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau bernilai 14 bila sebaliknya Instruksi Tahap I Dalam memilih strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha abon ikan KUB Hurip Mandiri terdapat beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Mengatasi persaingan 2. Memperluas pangsa pasar 3. Meningkatkan Penjualan Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan masing-masing kriteria tersebut yang paling sesuai bagi pemilihan strategi pengembangan usaha. Mengatasi persaingan dibandingkan dengan memperluas pangsa pasar Mengatasi persaingan dibandingkan dengan meningkatkan penjualan Memperluas pangsa pasar dibandingkan dengan meningkatkan penjualan Petunjuk Nilai Skala Banding Bila A sama penting dengan B = 1 Bila A sedikit lebih penting dibanding B = 3; Sebaliknya B sedikit lebih penting dibanding A = 13 Bila A lebih penting dibanding B = 5; Sebaliknya B lebih penting dibanding A = 15 Bila A sangat lebih penting dibanding B = 7; sebaliknya B sangat lebih penting dibanding A = 17 bila A mutlak lebih penting dibanding B = 9; Sebaliknya B mutlak lebih penting dibanding A = 19 Nilai skala banding genap 2, 4, 6, 8 atau 12, 14, 16, 18, diberikan untuk nilai skala pembanding yang nilainya berada di antara dua nilai pembanding ganjil yang berurutan atau bila kompromi dibutuhkan. Misalnya pada kasus A dibndingkan dengan B, Milai a sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau bernilai 14 bila sebaliknya Instruksi Tahap II Bandingkan besarnya tingkat kepentingan diantara alternatif strategi dalam kaitannya dengan kriteria mengatasi persaingan. SO1 dibandingkan dengan SO2 SO1 dibandingkan dengan WO1 SO1 dibandingkan dengan WO2 SO1 dibandingkan dengan ST1 SO1 dibandingkan dengan WT1 SO1 dibandingkan dengan WT2 SO2 dibandingkan dengan WO1 SO2 dibandingkan dengan WO2 SO2 dibandingkan dengan ST1 SO2 dibandingkan dengan WT1 SO2 dibandingkan dengan WT2 WO1 dibandingkan dengan WO2 WO1 dibandingkan dengan ST1 WO1 dibandingkan dengan WT1 WO1 dibandingkan dengan WT2 WO2 dibandingkan dengan ST1 WO2 dibandingkan dengan WT1 WO2 dibandingkan dengan WT2 ST1 dibandingkan dengan WT1 ST1 dibandingkan dengan WT2 WT1 dibandingkan dengan WT2 Petunjuk Nilai Skala Banding Bila A sama penting dengan B = 1 Bila A sedikit lebih penting dibanding B = 3; Sebaliknya B sedikit lebih penting dibanding A = 13 Bila A lebih penting dibanding B = 5; Sebaliknya B lebih penting dibanding A = 15 Bila A sangat lebih penting dibanding B = 7; sebaliknya B sangat lebih penting dibanding A = 17 bila A mutlak lebih penting dibanding B = 9; Sebaliknya B mutlak lebih penting dibanding A = 19 Nilai skala banding genap 2, 4, 6, 8 atau 12, 14, 16, 18, diberikan untuk nilai skala pembanding yang nilainya berada di antara dua nilai pembanding ganjil yang berurutan atau bila kompromi dibutuhkan. Misalnya pada kasus A dibndingkan dengan B, Milai a sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau bernilai 14 bila sebaliknya Instruksi Tahap II Bandingkan besarnya tingkat kepentingan diantara alternatif strategi dalam kaitannya dengan kriteria memperluas pangsa pasar. SO1 dibandingkan dengan SO2 SO1 dibandingkan dengan WO1 SO1 dibandingkan dengan WO2 SO1 dibandingkan dengan ST1 SO1 dibandingkan dengan WT1 SO1 dibandingkan dengan WT2 SO2 dibandingkan dengan WO1 SO2 dibandingkan dengan WO2 SO2 dibandingkan dengan ST1 SO2 dibandingkan dengan WT1 SO2 dibandingkan dengan WT2 WO1 dibandingkan dengan WO2 WO1 dibandingkan dengan ST1 WO1 dibandingkan dengan WT1 WO1 dibandingkan dengan WT2 WO2 dibandingkan dengan ST1 WO2 dibandingkan dengan WT1 WO2 dibandingkan dengan WT2 ST1 dibandingkan dengan WT1 ST1 dibandingkan dengan WT2 WT1 dibandingkan dengan WT2 Petunjuk Nilai Skala Banding Bila A sama penting dengan B = 1 Bila A sedikit lebih penting dibanding B = 3; Sebaliknya B sedikit lebih penting dibanding A = 13 Bila A lebih penting dibanding B = 5; Sebaliknya B lebih penting dibanding A = 15 Bila A sangat lebih penting dibanding B = 7; sebaliknya B sangat lebih penting dibanding A = 17 bila A mutlak lebih penting dibanding B = 9; Sebaliknya B mutlak lebih penting dibanding A = 19 Nilai skala banding genap 2, 4, 6, 8 atau 12, 14, 16, 18, diberikan untuk nilai skala pembanding yang nilainya berada di antara dua nilai pembanding ganjil yang berurutan atau bila kompromi dibutuhkan. Misalnya pada kasus A dibndingkan dengan B, Milai a sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau bernilai 14 bila sebaliknya Instruksi Tahap II Bandingkan besarnya tingkat kepentingan diantara alternatif strategi dalam kaitannya dengan kriteria meningkatkan penjualan. SO1 dibandingkan dengan SO2 SO1 dibandingkan dengan WO1 SO1 dibandingkan dengan WO2 SO1 dibandingkan dengan ST1 SO1 dibandingkan dengan WT1 SO1 dibandingkan dengan WT2 SO2 dibandingkan dengan WO1 SO2 dibandingkan dengan WO2 SO2 dibandingkan dengan ST1 SO2 dibandingkan dengan WT1 SO2 dibandingkan dengan WT2 WO1 dibandingkan dengan WO2 WO1 dibandingkan dengan ST1 WO1 dibandingkan dengan WT1 WO1 dibandingkan dengan WT2 WO2 dibandingkan dengan ST1 WO2 dibandingkan dengan WT1 WO2 dibandingkan dengan WT2 ST1 dibandingkan dengan WT1 ST1 dibandingkan dengan WT2 WT1 dibandingkan dengan WT2 Keterangan: Strategi SO1 = Memperluas jaringan distribusi dan pemasaran Strategi SO2 = Melakukan pengembangan produk melalui penganekaragaman kemasan. Strategi WO1 = Melakukan kegiatan promosi Strategi WO2 = Mengoptimalkan volume produksi Strategi ST1 = Meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada konsumen serta pemasok Strategi WT1 = Melakukan penghematan biaya. Strategi WT2 = Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kemampuan manajemen Model Name: AHP KUB HURIP Priorit ies w it h respect t o: Com bined Goal: St rat egi Pengem bangan Usaha Men gat asi Persaingan .100 Mem perluas Pangsa Pasar .550 Men ingkat kan Penjualan .350 I nconsist ency = 0.01 w it h 0 missing judgm en ts. Model Name: AHP KUB HURIP Synthesis: Summary Synthesis with respect to: Goal: Strategi Pengembangan Usaha Overall Inconsistency = .03 SO1 .175 SO2 .121 WO1 .203 WO2 .084 ST1 .204 WT1 .108 WT2 .105

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2 , perairan ZEE 2,7 km 2 dan garis pantai sekitar 90 ribu km , yang merupakan basis kegiatan ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri dari laut yang kaya dengan sumberdaya hayati dan lingkungan yang sangat potensial. Potensi tersebut juga terlihat dari produksi perikanan Indonesia. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan dalam periode 2000- 2006 mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 6,36 persen, yakni dari 5,1 juta ton pada tahun 2000 menjadi 7,4 juta ton pada tahun 2006, yang terdiri dari perikanan budidaya 2,6 juta ton dan perikanan tangkap 4,8 juta ton. Produksi perikanan Indonesia dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2000-2006 Jumlah produksi Ton Tahun Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap Total Produksi Ton 2000 994.962 4.125.525 5.120.487 2001 1.076.750 4.276.720 5.353.470 2002 1.137.153 4.378.495 5.515.648 2003 1.224.192 4.691.796 5.915.988 2004 1.468.610 4.651.121 6.119.731 2005 2.163.674 4.705.869 6.869.543 2006 2.625.800 4.769.160 7.3949.60 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 1 1 Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Departemen Kelautan dan Perikanan. http:www.dkp.go.id [6 Desember 2007] Selain itu, selama periode 2001-2005 PDB sektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 12,77 persen, lebih tinggi dari kenaikan PDB sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan yang besarnya 8,62 persen. Sementara itu kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional pada tahun 2005 sebesar 2,18 persen. PDB sektor perikanan tahun 2006 secara keseluruhan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM pada Oktober 2005. Namun, sebenarnya PDB sektor perikanan meningkat sebesar 18 persen dari tahun 2005 pada periode yang sama yakni triwulan III. PDB perikanan dibandingkan dengan PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produk Domestik Bruto Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku, dalam Rp. Miliar Tahun Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 Tanaman bahan makanan 153.666,0 157.648,8 165.558,2 183.581,2 169.131,2 Tanaman perkebunan 43.956,4 46.753,8 51.590,6 57.773,0 51.617,9 Peternakan dan hasil- hasilnya 41.328,9 37.354,2 40.634,7 43.123,5 35.853,3 Kehutanan 18.875,7 18.414,6 19.678,3 21.450,0 19.407,4 Perikanan 41.049,8 45.612,1 54.091,2 59.631,9 50.733,3 PDB Total 1.863.274,7 2.013.674,6 2.273.141,5 2.729.708,2 4.420.974,2 PDB tanpa Migas 1.700.522,7 1.840.854,9 2.072.052,0 2.427.591,8 2.142.002,8 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 2 Produksi perikanan yang besar tersebut ternyata didominasi oleh produksi ikan. Hal ini terlihat dari Tabel 3 hal 3 yang menunjukkan produksi perikanan menurut jenisnya. Ikan cukup potensial untuk dikembangkan pada saat ini. Besarnya kebutuhan masyarakat akan pangan sumber protein hewani menjadi 2 Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Departemen Kelautan dan Perikanan. http:www.dkp.go.id [6 Desember 2007] salah satu alasannya. Perkembangan konsumsi ikan per kapita nasional pada periode tahun 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 4,51 persen, yakni dari 23,95 kgkapitatahun pada tahun 2005 diperkirakan menjadi 25,03 kgkapitatahun pada tahun 2006. Sementara itu pada tahun 2007 sasaran konsumsi ikan sebesar 26,00 kgkapitatahun Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007. Tabel 3. Produksi Perikanan Menurut Jenisnya Tahun Jenis 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Ikan 3.255.667 3.350.475 3.445.369 3.507.860 3.785.356 3.832.733 Binatang berkulit keras Crustacea 263.057 273.531 297.812 273.634 289.144 291.665 Binatang lunak Mollusca 103.460 105.857 161.574 171.897 147.779 172.735 Binatang air lainnya 37.088 34.616 26.255 64.384 96.214 14.431 Tanaman Air 23.152 42.712 34.450 55.731 64.610 8.667 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 3 Ikan dikenal mempunyai nilai protein tinggi dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Komposisi ikan segar per 100 gram terdiri atas 76 persen air, 17 persen protein, 4,5 persen lemak, serta 2,52-4,50 persen mineral dan vitamin Departemen Riset dan Teknologi, 2007 4 Ikan yang merupakan pangan sumber protein ini ternyata memiliki kelemahan yaitu tidak dapat bertahan lama. Komoditas ini cepat mengalami 3 Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Statistika Perikanan 2005. http:dkp.go.id [25 November 2007] 4 Anonim. 2006. Abon ikan Tentang Pengolahan Pangan. http:www.ristek.go.id [25 November 2007] kerusakan sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut. Afrianto dan Liviawaty 1991 menyebutkan bahwa kegiatan pengolahan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang biasa dilakukan antara lain dengan cara penggaraman dan pengeringan ikan asin, pengasapan ikan asap, fermentasi ikan silase ikan, terasi ikan, kecap ikan, ikan peda, ikan bekasem, dan pengolahan ikan menjadi produk olahan petis, kerupuk, tepung ikan, ikan pindang, abon ikan, ikan kaleng. Menurut Herawati 2002, sebagian besar kegiatan pengolahan ikan di Indonesia masih tergolong pengolahan ikan tradisional dan dilakukan pada skala industri rumah tangga . Abon ikan merupakan salah satu hasil olahan dari ikan. Usaha pengolahan abon ikan ini dikategorikan ke dalam agroindustri dan kebanyakan usaha ini dilakukan oleh usaha kecil atau menengah yang tergolong dalam industri rumah tangga dan industri pengolahan. Pengembangan usaha kecil atau menengah saat ini menjadi perhatian. Menurut Widyaningrum 2003 krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah menimbulkan harapan pada usaha kecil-mikro untuk dapat menjadi motor perekonomian Indonesia. Harapan ini muncul karena beberapa faktor. Pertama, usaha kecil mikro terbukti lebih tahan banting dalam menghadapi krisis. Menurut The Asia Foundation 2003, ketika krisis melanda Indonesia di pertengahan 1998 yang lalu, meskipun banyak usaha kecil mati, jumlah mereka yang dapat bertahan dan berkembang lebih banyak lagi. Faktor penentu usaha kecil dapat bertahan adalah karena umumnya usaha kecil bersifat local resources based industries dan usaha kecil tumbuh pada pasar kompetisi Tambunan, 2002. Kedua, unit usaha kecil lebih mampu menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat. Dengan jumlahnya yang cukup besar serta sifatnya yang umumnya padat karya, usaha kecil dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Tabel 4 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh UKM dan usaha besar. Tabel 4 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah dan Besar Tahun 2005 – 2006 Tahun 2005 Tahun 2006 Golongan Unit Usaha unit Tenaga Kerja orang Unit Usaha unit Tenaga kerja orang Usaha Kecil 47.006.889 78.994.872 48.822.925 80.933.384 Usaha Menengah 95.855 4.238.921 1 06.711 4.483.109 Usaha Besar 6.811 3.212.033 7.204 3.388.462 Jumlah 47.109.555 86.445.826 48.936.840 88.804.955 Sumber: Departemen Koperasi dan UKM 2007 5 Ketiga, di dalam kondisi krisis saat ini usaha dan investasi yang masih berjalan dengan baik adalah investasi pada usaha skala kecil. Hal ini mengisyaratkan usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia. Terbukti bahwa usaha kecil menyumbang PDB yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. PDB dari usaha kecil dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai Produk Domestik Bruto PDB Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2005 – 2006 Atas Dasar Harga Konstan dalam Rp. Miliar Tahun Skala Usaha 2005 2006 Usaha Kecil 688.909,1 725.959,4 Usaha Menengah 290.803,3 306.614,5 Usaha Besar 7 70.943,6 814.081,0 Sumber: Departemen Koperasi dan UKM 2007 5 5 Departemen Koperasi dan UKM. 2006. Statistik Usaha Kecil dan Menengah 2005-2006. http:www.depkop.go.id [18 November 2007]