Tabel 11. Matriks SWOT IFAS
EFAS
STRENGHTS S
Daftar Kekuatan
WEAKNESES W
Daftar Kelemahan
OPPORTUNITIES O
Daftar Peluang
STRATEGI S-O Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang eksternal yang ada
STRATEGI W-O Mengatasi kelemahan
internal dengan mencoba memanfaatkan peluang
THREATHS T
Daftar Ancaman
STRATEGI S-T Gunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari dampak dari
ancaman eksternal STRATEGI W-T
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman
eksternal Sumber: David 2006
4.4.6 Metode Proses Hirarki Analitik
Metode Proses Hirarki Analitik PHA biasa dikenal dengan Analytical Hierarchy Process
AHP. Teknik ini menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan
keputusan. PHA mencerminkan cara alami manusia dalam bertingkah laku dan berpikir.
Metode PHA merupakan suatu metode yang luwes, yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan
dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing- masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan Saaty, 1993. PHA
memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hirarki
suatu masalah dan bergantung pada intuisi serta pengalaman secara logika. Pengkajian
permasalahan dengan
metode PHA sangat rinci dapat dimulai dengan mengidentifikasikan situasi yang ada secara seksama dan mengumpulkan
data yang relevan dengan permasalahan. Setelah itu menyusunnya ke dalam suatu hirarki. Tingkatan tertinggi dalam hirarki adalah sasaran menyeluruh sedangkan
tingkatan terendah terdiri dari berbagai tindakan akhir atau rencana alternatif yang dapat berkontribusi secara negatif atau positif.
Metode PHA ini dapat digunakan tanpa database, asalkan para analis memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan.
Data penerapan metode PHA yang diutamakan adalah kualitas dari responden, tidak tergantung pada kuantitas tertentu. Sebuah hirarki yang telah disusun dengan
elemen di tiap tingkatnya menjadi tidak berarti apabila tanpa nilai dan bobot bagi elemen di satu tingkat nantinya akan mempengaruhi bobot pada tingkat di
bawahnya. Metode PHA mengenal tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu :
1. Prinsip Menyusun Hierarki
Melakukan identifikasi dari yang diamati, mempersepsikan gagasan dengan menggunakan seperangkat pengetahuan dan metode tertentu yang
kemudian menjadi elemen-elemen pokok dari setiap persoalan sampai pada subbagian yang terkecil tersusun secara hirarkis yang berkaitan dengan realitas
yang diamati menjadi permasalahan. 2.
Prinsip Menetapkan Prioritas Prinsip kedua adalah prinsip menetapkan prioritas. Penetapan prioritas
yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip Konsistensi Logis
Prinsip terakhir adalah prinsip konsistensi logis. Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan
memperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Secara umum langkah-langkah penyusunan PHA dapat dibagi menjadi
delapan langkah utama Saaty, 1993 yaitu: 1.
Identifikasi sistem yang akan diselesaikan. Permasalahan yang akan diteliti harus dirinci secara jelas agar tidak terjadi bias dalam penentuan pemilihan
tujuan, kriteria, aktivitas, dan berbagai faktor yang membentuk hirarki dapat diidentifikasi sendiri oleh peneliti sesuai dengan masalah yang dihadapi.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Penyusunan model suatu hirarki ditentukan oleh jenis permasalahan dan keputusan yang akan diambil, karena tidak ada aturan khusus yang
mengaturnya. Setiap set atau perangkat variabel atau faktor dalam hirarki menduduki satu hirarki. Tingkat puncaknya hanya terdiri dari satu variabel
atau faktor saja yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang akan dicapai. Tingkat berikutnya dapat dibagi menjadi beberapa variabel sesuai
dengan kriteria yang akan diteliti, berupa faktor-faktor, pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatif-alternatif dan sebagainya. Tidak ada batasan
tertentu yang mengatur jumlah tingkatan struktur keputusan dan variabel- variabel pada setiap tingkatan.
3. Penyusunan matriks perbandingan berpasangan dari setiap tingkat dalam
hirarki. Dalam menyusun matriks banding berpasangan tersebut, pasangan- pasangan variabel atau faktor dibandingkan satu sama lain dalam hal kriteria
di tingkat lebih tinggi. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada tingkat dua yaitu: F1, F2, F3 dan seterusnya hingga Fn. Menurut perjanjian
suatu variabel yang di sebelah kiri dinilai dominasinya terhadap suatu variabel di pincak matriks.
Tingkat 1 : Fokus
Tingkat 2 : Faktor ....
Tingkat 3 : Pelaku ....
Tingkat 4 : Tujuan ....
Tingkat 5: Skenario ....
Gambar 6. Model Struktur Hirarki Saaty, 1993
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan
perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap variabel pada baris ke-i yang berhubungan dengan
fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan: ”Seberapa kuat variabel baris ke-i didominasi oleh fokus
G, dibandingkan dengan kolom ke-j?”. Untuk mengisi nilai-nilai dalam F1
F2 F3
Fn
A1 A2
A3 An
On O3
O2 O1
Sn S3
S2 S1
G