Siklus III Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan

94 d. Refleksi II Tabel 12. Perbandingan Refleksi I danRefleksi II No. Inisial Nama LP Refleksi I Refleksi II Penurunan 1. AM L 98 85 7,5 2. ATS P 119 - - 3. ADS L 103 100 1,7 4. CP L 138 124 8 5. GA L 129 121 4,6 6. KRFP L 125 117 4,6 7. MPS L 122 122 8. RMIN L 93 92 0,6 9. RPA L 128 101 16 10. RSY P 116 114 1,1 Dari hasil angket yang diisi siswa menunjukkan adanya penurunan perilaku agresif. Hasil pengisian angket menunjukkan perilaku agresif siswa setelah dilakukannya tindakan menurun. Pada dasarya siklus II sudah berjalan sesuai dengan rencana. Sudah terlihat adanya penurunan.. Namun penurunan belum signifikan sesuai dengan kriteria, maka perlu adanya pelaksanaan tindakan siklus III.Hambatan yang ditemui pada siklus II salah satunya adalah sulitnya mengumpulkan siswa di jam luar sekolah.

3. Siklus III

a. Perencanaan Tahap perencanaan yang disusun untuk siklus III adalah sebagai berikut: 95 1 Peneliti dan Guru BK menetapkan jadwal pertemuan dan tempat pelaksanaan. Waktu pertemuan tindakan siklus III adalah tanggal 22 Juni 2015 dan 23 Juni 2015 dengan alokasi waktu 30menit. Pelaksanaan di Ruang BK bagian Bimbingan Kelompok. 2 Peneliti menyiapkan satuan layanan satlan bimbingan dan konseling dan materi yang akan diberikan. Pertemuan pertama adalah naskah drama dengan judul “Menyesal sudah Menghina”. Pertemuan kedua berdiskusi tertkait siklus I dan siklus II. 3 Peneliti dan Guru BK menyiapkan pedoman observasi untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. b. Tindakan dan Observasi Siklus III Pelaksanaan tindakan pada siklus IIIdilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Setiap pertemuan membahas materi dengan durasi 40- 55 menit. Materi disampaikan peneliti dengan monitoring peneliti dan Guru BK sebagai observer. Setiap pertemuan diharapkan mampu mengungkapkan dan permasalahan. 1 Pertemuan pertama, 22 Juni 2015 Pertemuan pertama siklus II ini dilaksanakan setelah jam mengaji, dengan durasi tindakan 40 menit. Waktu pelaksanaan telah disepakati oleh peneliti, Guru BK dan pihak sekolah. Pengkondisian dilakukan dengan siswa berkumpul di Ruang BK, Kegiatan awal adalah pembukaan. Peneliti memberikan 96 penjelasan kembali tujuan layanan bimbingan kelompok dan pengertian perilaku agresif. Masuk dalam kegiatan isi, pemimpin kelompok membacakan naskah drama yang akan diperankan anggota kelompok. Judul yang diperankan adalah “Menyesal karena telah Menghina ”. Pemimpin kelompok membacakan naskah drama terlampir dalam Lampiran hal 165 Pemimpin kelompok kemudian mengajukan kepada anggota kelompok yang bersedia maju menjadi pemain peran. Pemeran sosiodrama pertemuan kedua adalah RMIN, RPA, MPS dan anggota lainnya memperhatikan sosiodrama. Pemimpin kelompok kemudian melanjutkan dengan tanya jawab siswa nilai yang didapat setelah memainkan peran atau melihat drama yang telah dilaksanakan. Kegiatan ditutup dengan evaluasi terhadap materi perilaku agresif. Pemimpin kelompok membantu memberikan kesimpulan akhir kegiatan pertemuan kedua. 2 Pertemuan kedua, 23 Juni 2015 Penelitian tindakan pertemuan kedua dalam rangka mengurangi perilaku agresif dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2015. Pertemuan kedua ini dilaksanakanpada waktu istirahat Pesantren Kilat dengan durasi 30 menit. 97 Pengkondisian dilakukan dengan siswa berkumpul di Ruang BK. Kegiatan awal adalah pembukaan. Pemimpin kelompok menjelaskan tujuan konseling kelompok dan mengulangi kesimpulan penjelasan pada pertemuan pertama.Masuk dalam kegiatan isi, pemimpin kelompok memberikan penjelasan nilai-nilai tindakan dari siklus I, siklus II dan siklus III pertemuan pertama. Pemimpin kelompok kemudian membantu menyimpulkan perilaku agresif, nilai-nilai dan dampak yang akan diterima.Kegiatan ditutup dengan evaluasi dan pemberian tugas agar anggota bersikap mengurangi perilaku agresif mereka. 3 Hasil Tindakan Siklus III Pada akhir pelaksanaan tindakan atau akhir siklus III dilakukan uji perilaku agresif untuk mengetahui kondisi perilaku agresif siswa. Hasil uji perilaku agresif digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tindakan siklus III. Berdasarkan Tabel 13. tersebut, dapat dilihat dari 10 orang siswa, 6 siswa menunjukkan skor sedang, 3 orang lain menunjukkan skor rendah dan 1 orang tidak dapat hadir. Didapat pula skor tertinggi perilaku agresif 130 dan skor terendah 87. 98 Tabel 13. Hasil Angket Perilaku Agresif SiklusIII No. Inisial Nama LP Skor Hasil Angket Kategorisasi 1. AM L 87 Rendah 2. ATS P 116 Sedang 3. ADS L 97 Sedang 4. CP L 130 Sedang 5. GA L - - 6. KRFP L 121 Sedang 7. MPS L 111 Sedang 8. RMIN L 90 Rendah 9. RPA L 90 Rendah 10. RSY P 110 Sedang Berikut adalah prosentase perilaku agresif dilihat dari kriteria tingkatan : Tabel 14. Prosentase Perilaku Agresif No. Kategori Perilaku Angket Nilai F Prosentase 1. Tinggi X ≥ 193,33 - - 2. Sedang X ≥ 96,67 - 193,33 6 60 3. Rendah 96,67 3 30 Tanpa Keterangan 1 10 e. Observasi Hasil observasi pada tindakan pertama pada siklus ketiga siswa memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan dan jika melakukannya harus segera meminta maaf. Dapat dilihat dari hasil observasi peneliti dan Guru BK terhadap perilaku siswa ketika pelaksanaan sosiodrama. 99 Pada tindakan kedua pada siklus ketiga, lebih memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Dilihat dari diskusi yang dilakukan pada tindakan kedua. Sehingga hasil observasi peneliti dan Guru BK menunjukkan masih ada perubahan perilaku pada siswa yang signifikan. Dari hasil angket yang diisi siswa menunjukkan adanya penurunan perilaku agresif. Hasil pengisian angket menunjukkan perilaku agresif siswa setelah dilakukannya tindakan meningkat. Perilaku agresif yang muncul dari siswa hasil observasi dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 15. Deskripsi Perilaku Agresif SiklusIII No. Subyek Indikator Perilaku Agresif Hasil 1. AM Menolak bicara Menolak ajakan dengan menunjukkan rasa marah 2. ATS Tidak terlihat perilaku agresif Tidak terlihat perilaku agresif 3. ADS Tidak terlihat perilaku agresif Tidak terlihat perilaku agresif 4. CP Tidak peduli Tidak menghiraukan 5. GA Tidak mengikuti layanan Tidak mengikuti layanan 6. KRFP Tidak peduli Sesekali membuka handphone 7. MPS Tidak terlihat perilaku agresif Tidak terlihat perilaku agresif 8. RMIN Menghina Memberikan labeling kepada temannya 9. RPA Menghina Memberikan labeling kepada temannya 10. RSY Tidak terlihat perilaku agresif Tidak terlihat perilaku agresif 100 c. Refleksi III Tabel 16. Perbandingan Refleksi I danRefleksi II No. Inisial Nama LP Refleksi II Refleksi II Penurunan 1. AM L 85 87 -1 2. ATS P - 116 - 3. ADS L 100 97 1,7 4. CP L 124 130 -3 5. GA L 121 - - 6. KRFP L 117 121 -2 7. MPS L 122 111 6,3 8. RMIN L 92 90 1,1 9. RPA L 101 90 6,3 10. RSY P 114 110 2,3 Siklus III sudah berjalan sesuai dengan rencana. Adanya penurunan perilaku agresif. Dapat dilihat dari hasil angket, penurunan perilaku agresif cukup signifikan telah mencapai 30 dari siswa memiliki perilaku agresif rendah. Hambatan yang ditemui pada siklus III salah satunya adalah perlunya koordinasi kembali dengan Guru BK dan Guru PAI karena bertepatan dengan pelaksanaan pesantren kilat di sekolah sehingga tindakan kedua dilaksanakan dengan diskusi nilai-nilai sosiodrama yang telah diperankan, waktu pelaksanaan pada tindakan kedua adalah jam istirahat pesantren kilat sehingga dapat diperkirakan remaja mengalami kelelahan. Pengaruh sosiodrama terhadap perilaku agresif pada siswa kelas VII C SMP Negeri 14 Yogyakarta dapat diketahui dari skor rata-rata dan prosentase hasil angket perilaku agresif. Dapat dilihat pula dari pengurangan nilai rata- 101 rata. perilaku agresif dari mulai Pra tindakan ke pascatindakan I, lalu ke pasca tindakan II, kemudian ke pasca tindakan III. Dapat dilihat pula dari hasil observasi peneliti dan Guru BK menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada siswa. Subyek pada penelitian ini adalah 11 siswa Kelas II C. Penentuan subyek berdasarkan wawancara dan observasi dari Guru BK dan 2 orang siswa kelas VII C. Hasil tersebut menunjukkan ada 10 orang remaja yang memiliki kecenderungan berperilaku agresif. Subyek penelitian ini terdiri dari siswa laki-laki 8 orang dan siswa perempuan 2 orang. Berdasarkan data yang didapat dari hasil observasi dan wawancara Guru BK dan 2 orang siswa pada Kelas VII C di dapat data bahwa terdapat 10 orang dari 35 siswa diindikasi memiliki ciri-ciri perilaku agresif. Ciri-ciri perilaku agresif yang ada pada 10 orang siswa tersebut adalah tindakan marah-marah kepada guru, tidak disiplin di sekolah tidak menaati perintah, menjawab saat dinasehati, membuat gaduh di kelas, mengobrol saat guru menerangkan dan bersikap kasar pada guru. Guru BK mengakui, kelas VII C banyak mendapat keluhan dari guru yang mengajar dan siswa yang merasa terganggu. Menurut pemaparan Guru BK, 10 orang siswa yang memiliki ciri-ciri agresif adalah laki-laki terdiri dari AM, ADS, CP, GA, KRFP, MPS, RMIN, dan RPA serta perempuan terdiri dari ATS, dan RSY. Sebelum melaksanaan tindakan peneliti memberikan pra tindakanterlebih dahulu untuk melihat tingkat perilaku agresif 10 siswa yang 102 diperoleh melalui observasi sebelumnya. Peneliti membadi angket perilaku agresif kepada 10 siswa. Data penelitian studi awal ini diperoleh dari angketLikert untuk mengukur tingkat perilaku agresif siswa. Angket ini terdiri dari 58 item dengan empat pilihan jawaban. Berdasarkan Tabel 3. tersebut, dapat dipahami bahwa setiap siswa memiliki perilaku agresif dengan skor hasil angket yang beragam. Dapat dilihat dari 10 siswa, 9 siswa memiliki perilaku agresif kategori sedang dan 1 siswa memiliki perilaku agresif kategori rendah. Berdasarkan Tabel 4. dapat disimpulkan dari 10 orang siswa, 90 siswa diantaranya memiliki perilaku agresif sedang dan 10 diantaranya memiliki perilaku agresif rendah. Pada siklus I peneliti dan Guru BK merencremajaan siklus I. Waktu pertemuan tindakan Siklus I adalah tanggal 5 Juni 2015 dan 6 Juni 2015 dengan alokasi waktu 40-55 menit. Pelaksanaan di Ruang BK bagian Bimbingan Kelompok. Pertemuan pertama menyiapkan materi pengertian dan contoh perilaku agresif. Pertemuan kedua peneliti menyiapkan naskah drama dengan judul “Akibat Kebiasaan Marah”. Pelaksanaan penelitian tindakan dilaksanakan mulai tanggal 5 Juni 2015, setelah pulang sekolah dengan durasi 60 menit. Peneliti membuka kegiatan dengan berdoa, membangun keakraban anggota melalui perkenalan, dan kemudian memberikan penjelasan tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu siswa dapat memahami pengertian dan contoh perilaku agresif. Sebagian besar siswa ikut serta memberikan tanggapan perilaku agresif, tapi sebagian 103 lain tidak berkenan memberikan tanggapan. Siswa memberikan tanggapan terkait pengetahuan mereka tentang perilaku agresif, pengertian, contoh dan perasaannya ketika berperilaku agresif. Kegiatan konseling kelompok telah berlangsung selama 60 menit. Hasil observasi pada tindakan pertama, siswa belum begitu paham dengan pengertian dan contoh perilaku agresif. Hal ini dilihat dari jawaban siswa untuk menjawab pertanyaan terkait pengertian dan contoh perilaku agresif. Penelitian tindakan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2015, setelah pulang sekolah dengan durasi 60 menit. Pemimpin kelompok mengulangi kesimpulan penjelasan pada pertemuan pertama mengenai pengertian dan contoh perilaku agresif. Kemudian pemimpin kelompok membacakan naskah drama yang akan diperankan anggota kelompok. Judul yang diperankan adalah “Akibat Kebiasaan Marah”. Pemimpin kelompok kemudian mengajukan kepada anggota kelompok yang bersedia maju menjadi pemain peran. Anggota saling menunjuk temannya dalam pemilihan pemain peran. Pemeran sosiodrama pertemuan kedua adalah CP, MPS, ADS dan anggota lainnya memperhatikan. Pada akhir pelaksanaan tindakan atau akhir siklus I dilakukan uji perilaku agresif untuk mengetahui kondisi perilaku agresif siswa. Berdasarkan Tabel 5. tersebut, dapat dilihat dari 10 orang siswa, 9 siswa menunjukkan skor sedang dan 1 siswa menunjukkan skor rendah. Didapat pula skor tertinggi perilaku agresif 138, dan skor terendah 93. Berdasarkan Tabel 6. dapat 104 disimpulkan 90 orang diantaranya memiliki perilaku agresif sedang dan 10 diantaranya memiliki perilaku agresif rendah. Pada tindakan kedua peneliti dapat melihat bahwa para siswa sudah mulai paham dengan pengertian perilaku agresif dan contohnya. Namun siswa tidak memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Dilihat dari cara siswa berinteraksi dengan temannya pada saat siswa melaksanakan sosiodrama dan dari respon yang diberikan ketika temannya bermain peran. Dalam diskusi dan pelaksanaan sosiodrama, siswa masih cenderung berperilaku agresif sehingga hasil observasi peneliti dan Guru BK menunjukkan masih belum ada perubahan. Berdasarkan observasi peneliti dan Guru BK hal yang mempengaruhi peningkatan terhadap hasil angket perilaku agresif siswa adalah kurangnya pengulangan tujuan pelaksanaan konseling kelompok. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengerjakan angket perilaku agresif juga mempengaruhi hasil angket. Ada dari sebagian anggota kelompok mengerjakannya dengan menyontek jawaban temannya. Maka di siklus II direncanakan peneliti sebagai pemimpin kelompok menegaskan tujuan dan kesimpulan pelaksanaan konseling kelompok sesuai yang dilaksanakan. Guru BK berperan sebagai orang yang mengkondisikan keseriusan siswa dalam mengerjakan angket perilaku agresif. Refleksi siklus I, diharapkan tindakan pada siklus II akan memberi dampak mengurangi perilaku agresif pada siswa. 105 Hambatan yang ditemui pada siklus I salah satunya adalah sulitnya mengumpulkan siswa diluar jam sekolah. Meskipun beberapa hari sebelumnya telah diingatkan bahwa terdapat jadwal bimbingan kelompok, siswa tetap perlu dikondisikan untuk segera berkumpul di ruang BK. Siklus II dilaksanakan tanggal 08 Juni 2015 dan 12 Juni 2015 dengan alokasi waktu 40-60 menit. Pertemuan pertama adalah naskah drama dengan judul “Akibat Ribut di Kelas dan Menghina Teman”. Pertemuan kedua adalahnaskah drama dengan judul “Akibat Melanggar Peraturan”. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 08 Juni 2015, setelah pulang sekolah dengan durasi 40 menit. Pemimpin kelompok membacakan naskah drama yang akan diperankan anggota kelompok. Pemimpin kelompok kemudian mengajukan kepada anggota kelompok yang bersedia maju menjadi pemain peran. Pemeran sosiodrama pertemuan kedua adalah GA, KRFP, RMIN, RPA, MPS dan anggota lainnya memperhatikan sosiodrama. Hasil observasi pada tindakan pertama pada siklus II siswa masih beranggapan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang biasa dilakukan dan merupakan hal diperbolehkan untuk bercanda. Dapat dilihat dari hasil obserbvasi peneliti dan Guru BK ketika siswa memberikan respon ketika pelaksanaan sosiodrama. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2015, setelah pulang sekolah dengan durasi 60 menit. Pemimpin kelompok membacakan naskah drama yang akan diperankan anggota kelompok. Judul yang diperankan adalah “Akibat Melanggar Peraturan”. Pemeran sosiodrama 106 pertemuan kedua adalah GA, MPS, ADS, RMIN, RPA KRFP, dan RSY, anggota lainnya memperhatikan. Pada tindakan kedua pada siklus II, siswa mulai memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Dilihat dari cara siswa berinteraksi dengan temannya pada saat siswa melaksanakan sosiodrama dan dari respon yang diberikan ketika temannya bermain peran. Dalam diskusi dan pelaksanaan sosiodrama, siswa sudah mulai bertanya apa yang akan atau sering dilakukannya adalah perilaku agresif. Sehingga hasil observasi peneliti dan Guru menunjukkan masih ada perubahan perilaku pada siswa meskipun belum signifikan. Hambatan yang ditemui pada siklus II salah satunya adalah sulitnya mengumpulkan siswa di jam luar sekolah. Pada akhir pelaksanaan tindakan atau akhir siklus II dilakukan uji perilaku agresif untuk mengetahui kondisi perilaku agresif siswa. Berdasarkan Tabel 9. tersebut, dapat dilihat dari 10 orang siswa, 7 orang menunjukkan skor sedang, 2 orang lain menunjukkan skor rendah dan 1 orang tidak dapat hadir. Didapat pula skor tertinggi perilaku agresif 124, dan skor terendah 85. Berdasarkan Tabel 10. dapat disimpulkan 70 orang diantaranya memiliki perilaku agresif sedang dan 20 diantaranya memiliki perilaku agresif rendah dan 10 tanpa keterangan. Dapat disimpulkan bahwa hasil angket perilaku agresif setelah layanan refleksiII menurun jika dibandingkan hasil angket perilaku agresif sebelum layanan refleksi I. 107 Siklus III dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2015 dan 23 Juni 2015 dengan alokasi waktu 30-40 menit. Pelaksanaan di Ruang BK bagian Bimbingan Kelompok. Pertemuan pertama dilaksanakan sosiodrama dengan judul “Menyesal sudah Menghina”. Pertemuan kedua berdiskusi tertkait siklus I dan siklus II. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2015 setelah jam mengaji, dengan durasi tindakan 40 menit. Pemimpin kelompok membacakan naskah drama yang akan diperankan anggota kelompok. Judul yang diperankan adalah menyesal telah menghina. Pemeran sosiodrama pertemuan kedua adalah RMIN, RPA, MPS dan anggota lainnya memperhatikan sosiodrama. Hasil observasi pada tindakan pertama pada siklus ketiga siswa memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan dan jika melakukannya hasrus segera meminta maaf. Dapat dilihat dari hasil observasi peneliti dan Guru BK terhadap perilaku siswa ketika pelaksanaan sosiodrama. Pertemuan kedua dalam dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2015, pada waktu istirahat Pesantren Kilat dengan durasi 30 menit. Pemimpin kelompok memberikan penjelasan nilai-nilai apa yang didapat selama tindakan dari siklus I, siklus II dan siklus III pertemuan pertama. Pemimpin kelompok kemudian membantu menyimpulkan perilaku agresif, nilai-nilai dan dampak yang akan diterima. Pada tindakan kedua pada siklus ketiga, lebih memahami bahwa bersikap agresif merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Dilihat 108 dari diskusi yang dilakukan pada tindakan kedua. Sehingga hasil observasi peneliti dan Guru BK menunjukkan ada perubahan perilaku pada siswa yang signifikan. Pada akhir pelaksanaan tindakan atau akhir siklus III dilakukan uji perilaku agresif untuk mengetahui kondisi perilaku agresif siswa. Berdasarkan Tabel 12. tersebut, dapat dilihat dari 10 orang siswa, 6 siswa menunjukkan skor sedang, 3 orang lain menunjukkan skor rendah dan 1 orang tidak dapat hadir. Berdasarkan Tabel 13. dapat disimpulkan 60 orang diantaranya memiliki perilaku agresif sedang dan 30 diantaranya memiliki perilaku agresif rendah dan 10 tanpa keterangan. Dapat disimpulkan bahwa hasil angket perilaku agresif setelah layanan refleksiIII menurun jika dibandingkan hasil angket perilaku agresif sebelum layanan refleksi II. Siklus III sudah berjalan sesuai dengan rencana. Adanya penurunan perilaku agresif. Dapat dilihat dari hasil angket, penurunan perilaku agresif cukup signifikan telah mencapai 30 dari siswa memiliki perilaku agresif rendah. Hambatan yang ditemui pada siklus III salah satunya adalah perlunya koordinasi kembali dengan Guru BK dan Guru PAI karena bertepatan dengan pelaksanaan pesantren kilat di sekolah sehingga tindakan kedua dilaksanakan dengan diskusi nilai-nilai sosiodrama yang telah diperankan, waktu pelaksanaan pada tindakan kedua adalah jam istirahat pesantren kilat sehingga dapat diperkirakan remaja mengalami kelelahan. 109 Penelitian ini bermula dari laporan guru terdapat perilaku agresif pada siswaSMP Negeri 14 Yogyakarta kelas VII C. Hasil observasi menunjukan bahwa 10 orang siswa kelas VII C memiliki kecenderungan berperilaku agresif. Siswa menunjukkan perilaku diantaranya gaduh di kelas, menghina terkait fisik temannya yang lemah, marah-marah dan bersikap kasar pada guru, tidak menaati perintah atau aturan sekolah menyontek, dan membuat gaduh di kelas. Pemilihan pengurangan perilaku agresif menggunakan teknik sosiodrama dikarenakan teknik sosiodrama membantu mendramatisasi konflik-konflik yang terjadi pada keseharian remaja dan secara tidak langsung membantu remaja memahami perilaku agresif tidak boleh dilakukan.Pelaksanaan sosiodrama pun menarik bagi remaja karena menggunakan metode bermain peran. Muhibbin Syah 2011: 120 menyebutkan, teknik yang diperlukan untuk mengurangi perilaku agresif adalah teknik untuk memecahkan masalah sosial. Dengan tujuan agar remaja memiliki kecakapan dalam memecahkan masalah keluarga, persahabatan, kelompok dan masalah yang bersifat kemasyarakatan. Menurut Djumhur dan Muh Surya, 2001:109 sosiodrama dipergunakan sebagai salah satu teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Menurut Wingkel 2004: 470 sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain, tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. 110

E. Kesimpulan Analisis Hasil Penelitian