BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
2.1.1 Definisi
Etnobotani berasal dari dua kata yaitu ethnos dan botani, etno berasal dari kata ethnos yang berarti memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi
dan sejarahnya, sedangkan botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan. Dengan demikian etnobotani berarti kajian interaksi antara
manusia dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu budaya tertentu Martin 1998. Sedangkan
menurut Choudhary et al. 2008, etnobotani merupakan disiplin ilmu mengenai hubungan interaksi antara tumbuhan dan manusia. Hubungan antara
tumbuhan dan kebudayaan manusia tidak hanya terbatas pada kebutuhan manusia untuk pangan, pakaian dan bangunan, tapi juga termasuk ke dalam
penggunaan tumbuhan untuk keperluan agama, hiasan dan obat.
2.1.2 Ruang lingkup etnobotani
Secara khusus etnobotani mencakup beberapa bidang studi yang berhubungan dengan keanekaragaman jenis tumbuhan, termasuk bagaimana
masyarakat tersebut mengklasifikasikannya dan memakannya, bagaimana mereka menggunakannya dan mengelola, bagaimana mereka mengeksploitasi
dan pengaruhnya terhadap evolusi. Ruang lingkup etnobotani masa kini meliputi beberapa bidang studi yang menganalisis semua aspek timbal balik
antara suatu kelompok masyarakat atau etnis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan dan lingkungannya Purwanto 2000.
Ruang lingkup kajian etnobotani, diantaranya : 1 Etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi tumbuhan,
adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam; 2 Pertanian tradisional, mempelajari
sistem pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman serta sistem pengelolaan
sumberdaya tanaman; 3 Etnobotani kognitif, studi tentang persepsi tradisional terhadap keanekaragaman sumberdaya alam tumbuhan, melalui analisis
simbolik dalam ritual dan mitos serta konsekuensi ekologinya, organisasi dari sistem pengetahuan melalui studi etnotaksonomi; 4 Budaya materi,
mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan serta produk tumbuhan dalam seni dan teknologi; 5 Fitokimia tradisional, studi
tentang pengetahuan tradisional mengenai penggunaan berbagai jenis tumbuhan dan kandungan bahan kimianya, contohnya insektisida lokal dan
tumbuhan obat-obatan; 6 Paleobotani, studi tentang interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi
peninggalan arkeologi Purwanto 2000.
2.2 Kearifan Tradisional
Menurut Lampe 2006 diacu dalam Pairah 2010, kearifan tradisional merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat tradisional dan
secara turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Kearifan tradisional tersebut umumnya berisi ajaran untuk memelihara dan memanfaatkan
sumberdaya alam hutan, tanah dan air secara berkelanjutan. Keberadaan kearifan tradisional sangat menguntungkan karena secara langsung maupun tidak langsung
sangat membantu dalam memelihara lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Sedangkan menurut Nur 2010 diacu dalam Pairah 2010, masyarakat Suku Tengger dalam bertani selalu berpegang teguh pada norma adat sehari-hari
yaitu, “tanaha iku nguripi, perlu dijogo” tanah itu yang memberi hidup perlu dijaga, “air niku sumber sing paling tuwo, perlu dijaga sumbere” air itu sumber
yang paling tua, perlu dijaga sumbernya, “ tanaman niku salah satunggele sumber urip, mulane niku perlu diopeni sing apik tanaman itu salah satu sumber
kehidupan, oleh karena itu perlu dipelihara dengan baik, dan “ojo negor sak durunge nandur” jangan menebang sebelum menanam. Norma-norma adat itu
sudah mendarah daging dalam kehidupan masyrakat suku Tengger.