tumbuhan dalam kegiatan upacara adat maupun kegiatan keagamaan adalah masyarakat Bali. Beberapa jenis tumbuhan yang sering digunakan dalam
kegiatan upacara adat atau kegiatan keagamaan diantaranya, padang lepas Cynodon dactylon, mimba Azadirachta indica, buah bila Aegle marmelos,
bunga rijasa Elaeocarphus grandiflorus, kelapa Cocos nucifera, umbi sabrang Colocasia tuberosus, biji pare Luffa acutangula, dlungdung
Erythrina evodiphylla, dll Lestari 2004.
2.3.4 Tumbuhan hias
Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang mempunyai warna menarik pada bunga, daun, kulit batang, atau dahan, serta bertajuk indah Waluyo
2009. Sedangkan menurut Ahira 2010, tumbuhan hias adalah jenis dari
banyak golongan tanaman yang biasanya digunakan untuk pelengkap dan sebagai dekorasi baik diluar atau di dalam ruangan. Berdasarkan bentuk dan
jenisnya, tanaman hias memiliki keragaman dan sangat banyak dicari untuk berbagai keperluan.
2.3.5 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik yakni tumbuhan yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya
jenis selasih Ocimum sp., yaitu O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain selasih, ada juga tumbuhan lain, yaitu Melaleuca bracteata
dan tumbuhan yang bersifat sinergis meningkatkan efektifitas atraktan, seperti pala Myristica fragrans. Semua tumbuhan ini mengandung bahan
aktif yang disukai oleh lalat buah, yaitu methyl eugenol, dengan kadar yang berbeda Kardinan 2010.
2.3.6 Tumbuhan penghasil warna
Zat pewarna alam adalah zat pewarna yang diperoleh dari alam seperti binatang, mineral-mineral dan tumbuhan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Zat pewarna alam ini diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan secara tradisional. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dipergunakan untuk
zat pewarna alam adalah kulit kayu, batang, daun, akar, bunga, biji dan getah. Setiap tumbuhan dapat merupakan sumber zat warna alam karena
mengandung pigmen alam Sutara 2009
.
Tumbuhan pewarna adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan warna secara alami, serta dapat digunakan sebagai pewarna bahan makanan, pewarna
peralatanperlengkapan tradisional dan magis Harbelubun et al. 2005. Terdapat kurang lebih 150 jenis pewarna alami di Indonesia yang telah
diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan kayu, bambu, pandan dan batik katun, sutra, wol.
Jenis pewarna alami menghasilkan warna-warna dasar, misalnya: warna merah dari Caesalpinia sp., warna biru dari Indigofera, warna jingga dari Bixa
orellana dan warna kuning dari Mimmosa pudica Husodo 1999 diacu dalam Harbelubun et al. 2005.
2.3.7 Tumbuhan penghasil pakan ternak