menggelar suatu pesta pernikahan atau pesta khitanan. Sedangkan keramahan masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane tercermin dari cara mereka dalam
menyambut tamu yang berkunjung ke rumah mereka. Kebiasaan mereka adalah mempersilahkan tamunya ke dapur untuk menghangatkan diri dari udara dingin
sambil mengobrol dengan para anggota keluarga dan menikmati kopi atau teh hangat di depan perapian.
5.2 Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan
Masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane hidupnya tergantung pada alam sekitar. Sebagian besar masyarakat memperoleh tumbuhan yang mereka
butuhkan adalah dari hutan, pekarangan dan ladang. Spesies tumbuhan yang biasa diambil oleh masayarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dari hutan biasanya
merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan kayu bakar, sedangkan untuk pangan sendiri lebih banyak sengaja dibudidayakan di ladang. Pengambilan
berbagai spesies tumbuhan dari hutan telah dilarang oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru TNBTS, terutama pengambilan kayu bakar. Kebutuhan
masyarakat akan kayu bakar yang cukup tinggi dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian hutan TNBTS, khususnya Resort Ranu Pane.
Apabila dibandingkan dengan beberapa penelitian mengenai etnobotani di beberapa masyarakatsuku di Indonesia. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
Suku Tengger Desa Ranu Pane tidak terlalu banyak. Spesies tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane sebanyak 77
spesies yang termasuk dalam 38 famili. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, luas lokasi penelitian, status kawasan dan
pengetahuan tradisional masyarakat setempat yang telah mengalami penurunan, serta minimnya kegiatan budidaya oleh masyarakat setempat.
Pada beberapa penelitian etnobotani, penelitian dilakukan pada lokasi yang relatif lebih luas dan memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan
Desa Ranu Pane. Handayani 2010 melakukan penelitian di sekitar Cagar Alam Simpang, Cianjur dengan luas 3.791 ha, sedangkan penelitian Angriyantie 2010
dilakukan di kampung Keay, Kutai Barat-Kalimantan Timur dengan luas 10.842
ha. Kedua penelitian ini dilakukan pada lokasi yang lebih luas dibandingkan dengan Desa Ranu Pane yaitu 300 ha.
Tabel 6 Beberapa penelitian mengenai etnobotani pada beberapa sukumasyarakat di Indonesia
No Etnobotani
Suku masyarakat
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Sumber
1 Masyarakat
sekitar Gunung Simpang
62 74
35 12
9 19
14 12
4 14
5 Handayani 2010
2 Kampung Keay
Kabupaten Kutai Barat
87 95
56 12
14 34
32 22
10 25
9 Angriyantie 2010
3 Masyarakat
adat Kampung dukuh
102 151
52 32
34 16 47 19 7
24 8 Hidayat
2009 4
Suku Melayu Daratan
47 98
10 11
12 11
26 11
7 11
4 Ernawatii 2009
5 Suku Bunaq,
Nusa Tenggara Timur
41 69
21 43
10 32
18 6
20 7 Roswita Atok
2009 6
Masyarakat Suku Tengger
Desa Ranu Pane 31
30 15
4 3
3 3
- -
- - Penelitian ini
2011
Keterangan kategori pemanfaatan : 1 pangan, 2 obat, 3 hias, 4 pakan ternak, 5 kayu bakar, 6 upacara adat, 7 bahan bangunan, 8 aromatik, 9 warna,
10 kerajinan, 11 pestisida.
Tingginya pemanfaatan tumbuhan oleh suatu masyarakatsuku juga dipengaruhi oleh tersedianya keanekaragaman spesies tumbuhan yang tinggi di
lokasi tersebut. Keanekaragaman spesies tumbuhan dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Semakin tinggi tempat, maka semakin rendah keanekaragaman
spseies tumbuhan pada lokasi tersebut Primack et al.1998. Desa Ranu Pane terletak pada ketinggian 2200 m dpl. Oleh karena itu keanekaragaman spesies
tumbuhan di sekitar Desa Ranu Pane pun rendah dan pada umumnya di dominasi oleh spesies tumbuhan dengan famili Asteraceae.
Status kawasan
juga berpengaruh
terhadap banyaknya
jumlah pemanfaatan. Berdasarkan UU No.5 tahun 1990, bahwa pemanfaatan pada taman
nasional hanya dapat dilakukan pada zona pemanfaatan tradisional. Selain itu terdapatnya larangan untuk mengambil hasil hutan, terutama kayu oleh pihak
TNBTS. Rendahnya pemanfaatan tumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tradisional masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane yang telah
mengalami penurunan.
Menurunnya pengetahuan tradisional masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan di Desa Ranu Pane disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat
yang lebih modern. Perubahan tersebut diduga disebabkan karena pengaruh yang dibawa oleh pengunjungwisatawan yang berkunjung ke Resort Ranu Pane. Pada
umumnya pemanfaatan spesies tumbuhan terbatas pada pemanfaatan yang sederhana seperti, pangan, obat, hias, pakan ternak, upacara adat, dan bahan
bangunan. Berbeda dengan pemanfaatan tumbuhan untuk berbagai kebutuhan lainnya seperti, kerajinan, pestisida, pewarna, aroma, dll, masyarakat Suku
Tengger Desa Ranu Pane lebih memilih untuk membelinya di pasar karena dianggap lebih praktis.
Pada beberapa penelitian etnobotani di beberapa daerah di Indonesia, menunjukan hasil yang sama yaitu pemanfaatan tumbuhan untuk obat lebih tinggi
dibandingkan dengan pemanfaatan lainnya Handayani 2010; Angriyantie 2010; Ernawati 2009; Hidayat 2009; Atok 2009. Sedangkan pemanfaatan tumbuhan
oleh masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane lebih banyak adalah pemanfaatan tumbuhan untuk pangan. Hal tersebut dikarenakan spesies tumbuhan yang biasa
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tidak hanya diperoleh dari hutan, tetapi juga diperoleh dari hasil kegiatan budidaya, yaitu berupa tanaman
sayur-sayuran.
5.3 Pemanfaatan Tumbuhan berdasarkan Tingkat Famili