Status Kearifan Tradisional HASIL DAN PEMBAHASAN

menurunnya kearifan tradisional masayarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane karena tidak adanya proses pewarisan pengetahuan tradisonal dalam pemanfaatan tumbuhan di luar pemanfaatan dan budidaya spesies tumbuhan pangan. Lain halnya dengan pewarisan pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk berbagai kebutuhan selain pemanfaatan tumbuhan pangan. Pewarisan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan dan budidaya tumbuhan pangan lebih banyak dilakukan. Pewarisan pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan dan budidaya spesies tumbuhan pangan yang secara tidak langsung telah dilakukan secara turun-temurun. Orang tua biasanya membawa serta anak- anaknya ke ladang untuk sekedar melihat atau sedikit membantu pekerjaan orang tuanya di ladang. Oleh karena itu pemanfaatan dan budidaya spesies tumbuhan pangan lebih banyak diketahui dibandingkan dengan pemanfaatan spesies tumbuhan untuk kegunaan lain. Rendahnya pengetahuan masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane berusia muda merupakan pertanda bahwa nilai-nilai kearifan tradisional yang terdapat dalam masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane telah mengalami penurunan. Apabila hal tersebut terus dibiarkan tanpa adanya proses pewarisan pengetahuan tradisional dari generasi ke generasi, maka pengetahuan tradisional masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dalam memanfaatkan tumbuhan dapat punah. Selain faktor ekonomi, faktor lainnya diduga karena adanya pengaruh budaya dari luar. Pengaruh budaya luar di Desa Ranu Pane sangat mungkin terjadi mengingat tingginya pengunjungwisatawan yang berkunjung ke Resort Ranu Pane, karena Resort Ranu Pane merupakan pintu gerbang untuk mendaki ke Gunung Semeru. Adanya interaksi antara masyarakat dengan wisatawan tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan gaya hidup maupun pola pikir masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane, sehingga terjadi perubahan pola pikir pada masyarakat, dimana masyarakat berpikir bahwa berbagai kebutuhannya dapat dengan mudah diperoleh di pasar. Disamping terjadinya penurunan kearifan tradisional pada masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane, salah satu hal yang dapat dijadikan pelajaran adalah produktivitas dari masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu responden yang berusi lanjut yaitu bapak H. Amin. Beliau lahir pada tahun 1920. Dan kini usianya telah mencapai 91 tahun. Namun dibalik usianya yang telah lanjut bapak H. Amin ini masih memiliki kondisi fisik yang masih bugar disamping produktivitas yang masih tinggi Gambar 16. Gambar 16 Bapak H. Amin, responden berusia 91 tahun. Bapak H. Amin mengaku bahwa produktivitas dan kondisi fisik yang masih bugar diusianya yang telah lanjut ini berkat pola hidup yang beliau jalani selama ini yaitu ketika masih muda terbiasa bekerja di ladang yang beliau anggap sebagai olah raga dan kebiasaan beliau dalam mengkonsumsi sayur-sayuran sehari-hari. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran sebagai serat dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Beliau juga mengkonsumsi karbohirat dan protein sebagai pelengkap. Karbohidrat biasa diperoleh melalui konsumsi nasi, jagung dan kentang sedangkan protein diperoleh dari konsumsi tahu, tempe, telur, dan ikan. Aktivitas sehari-hari yang biasa bapak H. Amin lakukan ini adalah bangun pagi pada pukul 05.00 WIB pagi, kemudian menunaikan ibadah shalat subuh. Setelah menunaikan ibadah shalat subuh beliau bersantai di depan perapian di dapur rumahnya sambil menikmati secangkir kopi hangat dan mengobrol dengan anggota keluarga lainnya sebelum pergi ke ladang atau mengerjakan hal lainnya di rumah.

5.9 Pengembangan SDM Masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane

pada Masa yang akan Datang Kondisi masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane telah mengalami kemajuan, khususnya dalam bidang perekonomian dengan sistem pertanian intensif. Namun disayangkan, kemajuan tersebut tidak disertai dengan kemajuan pendidikan masyarakat. Data BBTNBTS 2009 menunjukan bahwa masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane, sebagian besar 824 jiwa tidak bersekolah dan bermata pencaharian sebagai petani sayur. Hal tersebut dipengaruhi oleh sarana dan prasara pendidikan di Desa Ranu Pane sendiri yang masih minim. Untuk itu diperlukan suatu langkah untuk mengejar ketertinggalan tersebut sekaligus memanfaatkan potensi serta kondisi yang ada pada Resort Ranu Pane. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Lumajang dengan TNBTS. Salah satu bentuk kerjasama tersebut dapat diwujudkan melalui pembangunan sekolah kejuruan atau sekolah alam. sekolah kejuruan yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki Desa Ranu Pane adalah sekolah kejuruan pertanian dan konservasi dan sekolah kejuruan ekowisata. Sekolah kejuruan merupakan lembaga untuk menghasilkan tenaga teknis terampil, baik untuk mengisi kebutuhan pasar kerja maupun untuk bekerja secara mandiri di sektor pertanian maupun ekowisata. berdasarkan undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, penyelenggaraan sekolah kejuruan merupakan tanggung jawab Kementrian Pendidikan Nasional di daerah. Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003, pasal 50 ayat 3, menyatakan bahwa pemerintah danatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Sekolah kejuruan pertanian dan konservasi serta sekolah kejuruan ekowisata diharapkan dapat memberi informasi, pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimilki. Pengetahuan dan keterampilan tersebut meliputi, cara mengolah, mengembangkan, dan memasarkan, serta melestarikan sumberdaya alam baik dalam bidang pertanian maupun ekowisata yang dimiliki Resort Ranu Pane. Melalui kegiatan tersebut masyarakat tidak hanya akan memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan, tapi juga keuntungan materi dari kegiatan tersebut. Selain itu masyarakat dapat berperan serta dalam menjaga kelestarian hutan TNBTS, khususnya Resort Ranu Pane.