Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA

JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN

SUPARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(2)

DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA

JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN

SUPARTONO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(3)

Judul Disertasi : Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan

Nama : Supartono

NRP. : C. 561020164

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Ketua

Dr. Ir. H. M. Fedi A. Sondita, M.Sc Dr. Ir. Manuwoto, M.Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(4)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini

Bogor, April 2007


(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(6)

SUPARTONO. Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan. Dibimbing oleh JOHN HALUAN, M. FEDI A. SONDITA DAN MANUWOTO.

Wilayah pantai utara Jakarta memiliki peranan sangat strategis karena sebagai peralihan antara ekosistem darat dan laut, wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang kaya. Namun pembangunan yang dilaksanakan di pantai utara Jakarta (Kotamadya Jakarta Utara) saat ini mempunyai dampak negatif terhadap kegiatan perikanan, yaitu rusaknya lingkungan pantai dan menurunnya kualitas perairan, sehingga perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak pembangunan pantai terhadap kegiatan perikanan, optimalisasi sumberdaya perikanan yang masih ada dan menyusun strategi pengelolaan sumberdaya pantai yang berkelanjutan.

Penelitian dilakukan dengan mengkaji hasil monitoring lingkungan Teluk Jakarta yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI Jakarta, hidrooseanografi dilaksanakan survey laut bekerja sama dengan Dishidrosal, data sekunder dari LIPI, BPS dan Instansi terkait. Informasi kegiatan Perikanan dengan wawancara sejumlah responden (nelayan, tokoh masyarakat, pejabat setempat) dan survey lapang untuk melihat kondisi aktual pantai utara Jakarta.

Metode penelitian dengan pendekatan Driver-Pressure-State-Impact-Response (DPSIR) yaitu menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem pantai, analisis dan pengolahan data lingkungan dengan Geografi Information System (GIS) sedangkan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya dengan Principal Component Analysis (PCA). Optimalisasi menggunakan Linear Goal Programming (LGP) dan untuk penyusunan strategi menggunakan analisis SWOT.

Hasil yang didapat bahwa kualitas lingkungan perairan (suhu dan salinitas air; derajat keasaman/pH, disolve oxigen/DO, nitrogen/N dan fosfat/P) telah menurun tajam dan kurang memadai untuk perikanan. Namun solusi optimal pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan alat tangkap jaring insang dan bubu pendapatan nelayan Rp.155.591,14 juta/tahun (99,59 %); penyerapan tenaga kerja 119.313,14 HOK (94,74 %); produksi ikan pelagis 29,720,99 ton (93,25 %); ikan demersal 2.493,15 ton (101,05 %). Strategi pengelolaan sumberdaya pantai yang ditawarkan kebijakan SO, ST, WO dan WT yaitu pengelolaan wilayah secara terpadu.

Kata kunci: Dampak, DPSIR, Keberlanjutan, Lingkungan perairan, Nelayan, PCA, Pembangunan, Perikanan, SIG, SWOT.


(7)

ABSRACT

SUPARTONO. Jakarta North Coast Development Impact on Fishery Activities. Under supervision of JOHN HALUAN, M.FEDI A. SONDITA and MANUWOTO.

Jakarta north coast area has a very strategic role as a transition between land and maritime ecosystems. It contains rich potential of natural resources and environmental benefits. In spite of the recent development which is held in North Jakarta coast area (North Jakarta District) has a negative impact to the fishery activity, named the damage of seaside environment and the decrease of water quality, therefore, it is crucial to apply a research which arms the impact of coastal development to the fishery activity, to optimize the fishery resources which has been found and to arrange the follow up strategic of coastal resources management.

The research was conducted by examining of environment monitoring result in Jakarta bay carried out by center of oceanographic research, LIPI Jakarta collaborate with oceanographic office of Indonesia Navy. The secondary data was taken from LIPI, BPS and related office. The information of fishery activity with using interview with many respondents (Fisherman, Community leader local officers) and site survey to identify the actual condition of North Jakarta coast area.

The methodology of research by using Driver Pressure State Impact Response (DPSIR) approach to analysis the factors which can cause the pressure to the coastal ecosystem, analysis and identify the environment data with Geographic Information System (SIG). Meanwhile the social, economic and culture characteristic with Principal Component Analysis/ PCA. The optimal using LGP (Linear Goal Programming) and SWOT for the strategic management.

The results achieved the quality of water environment (temperature and water sanitation, acidity level/ pH, dissolve oxygen/ DO, nitrogen/ N and phosphate/ P) have sharply decrease and not enough for the fishery. However the optimal solution of fishery resources advantageous with fishing net and traditional trawl fisherman income Rp. 155,59.,14 billion (99.59 %), worker recruitment 119,313.14 WOH (94.74 %), Pelagis fish production 29,720.99 ton (93.25 %), Demersal fish 2,493.15 tons (101.05 %). The strategic of coastal resources management is offered SO, ST, WO and WT policy that is complete area management.

Keywords : Development, DPSIR, Fisherman, Fishery, Impact, PCA, sustainable, SIG, SWOT, Water Environment.


(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah SWT atas segala karunia dan hidayah Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Tema dalam penelitian ini adalah perencanaan pembangunan dengan judul “DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN ”.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2004 sampai dengan Desember 2006 di pantai utara Jakarta dan dinas terkait yaitu Dinas Kecamatan dan Kotamadya Jakarta Utara, Dinas Perikanan Daerah, Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dinas Hidrooseanografi TNI AL.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Ir. H. M. Fedi A. Sondita, MSc dan Bapak Dr. Ir. Manuwoto, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah berkenan memberikan dorongan, saran dan bimbingan penulis sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Selain itu penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan data dan memperlancar penelitian dan penulisan disertasi antara lain Kepala Dinas Perikanan DKI Jakarta, Kepala Dinas Perikanan Kota Jakarta Utara, Kepala Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Cilincing dan Kelapa Gading ; Sekjen KTNA Nasional Bpk. Syachruna Fauzi FK, Dr. R. Achmad Budiono, Ir. Agus Wahyu Damayanto, MSc, Mayor Laut (KH) Ir. Kamidjo, MSc dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta Sih Retnowati dan anak-anak Erfprins Azhar Ratono, Faisal Dwi Andarta Ratono dan Ghofar Hasan Ratono atas kesabaran, pengertian, pengorbanan dan doa yang tulus ikhlas sehingga disertasi ini bisa diselesaikan.

Semoga disertasi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, April 2007 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah putra keempat dari enam bersaudara dari Bapak Soebari (Almarhum) dan Ibu Haliyah (Almarhumah), dilahirkan di Sidoarjo, Jatim tanggal 17 Januari 1961. Menikah dengan Sih Retnowati di Trenggalek tanggal 17 Januari 1987, dan dikaruniai 3 (tiga) orang putra, pertama Erfprins Azhar Ratono (20 tahun), kedua Dwi Andarta Ratono (15 tahun) dan ketiga Ghofar Hasan Ratono (13 tahun).

Penulis menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri (SDN) lulus tahun 1973, Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) lulus tahun 1980 semua di Sidoarjo. Kemudian mengikuti pendidikan Taruna Akabri Laut di Morokrembangan Surabaya lulus tahun 1984 dengan pangkat Letnan Dua Laut (E). Mendapatkan kesempatan studi S-1 di Sekolah Tinggi Teknologi TNI Angkatan Laut (STTAL) Surabaya jurusan Teknik Elektronika dari tahun 1991-1994 dengan beasiswa Mabes TNI AL. Mengikuti Sekolah Staf dan Komando TNI AL (SESKO AL) tahun 1997-1998 di Cipulir, Jakarta. Melanjutkan studi S-2 di MMA IPB Bogor bidang Kekhususan Kelautan dari tahun 2000 – 2002 dengan beasiswa TNI AL dan melanjutkan studi S-3 di IPB Bogor dengan PS Teknologi Kelautan (TKL) dari tahun 2002 s/d sekarang dengan biaya sendiri.

Penugasan yang Penulis jalani antara lain: sebagai Asisten Kepala Divisi Deteksi dan Komunikasi di KRI Martadinata-342 tahun 1984-1985. Mengikuti tugas belajar Sensor Weapon Command (SEWACO) dan Electronic Warfare (Pernika) di Denhelder, Nederland tahun 1986-1988, sebagai Kepala Divisi Deteksi, Navigasi dan Komunikasi KRI Oswald Siahaan-354 tahun 1988-1991. Selanjutnya sebagai Kepala Divisi Elektronika Senjata di KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 tahun 1994-1995, kemudian sebagai Kepala Departemen Elektonika KRI Martha Khristina Tyahahu-331 tahun 1997-1998. Sebagai Kepala Seksi Operasi Pernika Diskomlekal tahun 1998-2000 dan sebagai Kepala Seksi Kesiapan Komunikasi Pendirat Diskomlekal tahun 2000-2002. Sebagai Kepala Sub Dinas Dukungan Komunikasi Diskomlekal tahun 2002-2005 dan sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika Armabar tahun 2005 sampai dengan sekarang.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xiii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...……...……...…...………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………...……...………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ………...……... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Hipotesis ...………....………..… 8

1.6 Kerangka Pemikiran ... 8

1.7 Pendekatan Penelitian ... 13

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pengelolaan Pantai/Pesisir... 15

2.2 Pembangunan ... 16

2.3 Analisis Dampak ... 20

2.4 Sistem Informasi Geografi ... 25

2.4.1 Analisis data spasial ... 27

2.4.2 Analisis data atribut ... 28

2.4.3 Integrasi analisis data spasia l dan atribut... ……....… 28

2.5 Optimalisasi Usaha Perikanan. ... 28

2.5.1 Pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai/pesisir ... 29

2.5.2 Model ekonomi perikanan ... 34

2.5.3 Optimalisasi ... 38

2.6 Partisipasi Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Pantai/ Pesisir ………... 39

2.7 Analisis Karakteristik Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 40

2.8 Konsep Pengelolaan Sumberdaya Pantai/Pesisir secara Terpadu.. 41

2.9 Analisis SWOT ... 44

2.10 Kegiatan Perikanan ... 44

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1 Disain Penelitian ………. 46

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 51

3.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

3.4 Data dan Informasi ... 54

3.4.1 Peta-peta ... .. 54

3.4.2 Kualitas air... 55

3.4.3 Pencemaran ... 55

3.4.4 Kegiatan perikanan ... 55

3.4.5 Existing pembangunan pantai ... 56


(11)

DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA

JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN

SUPARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(12)

DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA

JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN

SUPARTONO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(13)

Judul Disertasi : Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan

Nama : Supartono

NRP. : C. 561020164

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Ketua

Dr. Ir. H. M. Fedi A. Sondita, M.Sc Dr. Ir. Manuwoto, M.Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(14)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini

Bogor, April 2007


(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(16)

SUPARTONO. Dampak Pembangunan Pantai Utara Jakarta Terhadap Kegiatan Perikanan. Dibimbing oleh JOHN HALUAN, M. FEDI A. SONDITA DAN MANUWOTO.

Wilayah pantai utara Jakarta memiliki peranan sangat strategis karena sebagai peralihan antara ekosistem darat dan laut, wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang kaya. Namun pembangunan yang dilaksanakan di pantai utara Jakarta (Kotamadya Jakarta Utara) saat ini mempunyai dampak negatif terhadap kegiatan perikanan, yaitu rusaknya lingkungan pantai dan menurunnya kualitas perairan, sehingga perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak pembangunan pantai terhadap kegiatan perikanan, optimalisasi sumberdaya perikanan yang masih ada dan menyusun strategi pengelolaan sumberdaya pantai yang berkelanjutan.

Penelitian dilakukan dengan mengkaji hasil monitoring lingkungan Teluk Jakarta yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI Jakarta, hidrooseanografi dilaksanakan survey laut bekerja sama dengan Dishidrosal, data sekunder dari LIPI, BPS dan Instansi terkait. Informasi kegiatan Perikanan dengan wawancara sejumlah responden (nelayan, tokoh masyarakat, pejabat setempat) dan survey lapang untuk melihat kondisi aktual pantai utara Jakarta.

Metode penelitian dengan pendekatan Driver-Pressure-State-Impact-Response (DPSIR) yaitu menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem pantai, analisis dan pengolahan data lingkungan dengan Geografi Information System (GIS) sedangkan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya dengan Principal Component Analysis (PCA). Optimalisasi menggunakan Linear Goal Programming (LGP) dan untuk penyusunan strategi menggunakan analisis SWOT.

Hasil yang didapat bahwa kualitas lingkungan perairan (suhu dan salinitas air; derajat keasaman/pH, disolve oxigen/DO, nitrogen/N dan fosfat/P) telah menurun tajam dan kurang memadai untuk perikanan. Namun solusi optimal pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan alat tangkap jaring insang dan bubu pendapatan nelayan Rp.155.591,14 juta/tahun (99,59 %); penyerapan tenaga kerja 119.313,14 HOK (94,74 %); produksi ikan pelagis 29,720,99 ton (93,25 %); ikan demersal 2.493,15 ton (101,05 %). Strategi pengelolaan sumberdaya pantai yang ditawarkan kebijakan SO, ST, WO dan WT yaitu pengelolaan wilayah secara terpadu.

Kata kunci: Dampak, DPSIR, Keberlanjutan, Lingkungan perairan, Nelayan, PCA, Pembangunan, Perikanan, SIG, SWOT.


(17)

ABSRACT

SUPARTONO. Jakarta North Coast Development Impact on Fishery Activities. Under supervision of JOHN HALUAN, M.FEDI A. SONDITA and MANUWOTO.

Jakarta north coast area has a very strategic role as a transition between land and maritime ecosystems. It contains rich potential of natural resources and environmental benefits. In spite of the recent development which is held in North Jakarta coast area (North Jakarta District) has a negative impact to the fishery activity, named the damage of seaside environment and the decrease of water quality, therefore, it is crucial to apply a research which arms the impact of coastal development to the fishery activity, to optimize the fishery resources which has been found and to arrange the follow up strategic of coastal resources management.

The research was conducted by examining of environment monitoring result in Jakarta bay carried out by center of oceanographic research, LIPI Jakarta collaborate with oceanographic office of Indonesia Navy. The secondary data was taken from LIPI, BPS and related office. The information of fishery activity with using interview with many respondents (Fisherman, Community leader local officers) and site survey to identify the actual condition of North Jakarta coast area.

The methodology of research by using Driver Pressure State Impact Response (DPSIR) approach to analysis the factors which can cause the pressure to the coastal ecosystem, analysis and identify the environment data with Geographic Information System (SIG). Meanwhile the social, economic and culture characteristic with Principal Component Analysis/ PCA. The optimal using LGP (Linear Goal Programming) and SWOT for the strategic management.

The results achieved the quality of water environment (temperature and water sanitation, acidity level/ pH, dissolve oxygen/ DO, nitrogen/ N and phosphate/ P) have sharply decrease and not enough for the fishery. However the optimal solution of fishery resources advantageous with fishing net and traditional trawl fisherman income Rp. 155,59.,14 billion (99.59 %), worker recruitment 119,313.14 WOH (94.74 %), Pelagis fish production 29,720.99 ton (93.25 %), Demersal fish 2,493.15 tons (101.05 %). The strategic of coastal resources management is offered SO, ST, WO and WT policy that is complete area management.

Keywords : Development, DPSIR, Fisherman, Fishery, Impact, PCA, sustainable, SIG, SWOT, Water Environment.


(18)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah SWT atas segala karunia dan hidayah Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Tema dalam penelitian ini adalah perencanaan pembangunan dengan judul “DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI UTARA JAKARTA TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN ”.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2004 sampai dengan Desember 2006 di pantai utara Jakarta dan dinas terkait yaitu Dinas Kecamatan dan Kotamadya Jakarta Utara, Dinas Perikanan Daerah, Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dinas Hidrooseanografi TNI AL.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Ir. H. M. Fedi A. Sondita, MSc dan Bapak Dr. Ir. Manuwoto, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah berkenan memberikan dorongan, saran dan bimbingan penulis sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Selain itu penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan data dan memperlancar penelitian dan penulisan disertasi antara lain Kepala Dinas Perikanan DKI Jakarta, Kepala Dinas Perikanan Kota Jakarta Utara, Kepala Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Cilincing dan Kelapa Gading ; Sekjen KTNA Nasional Bpk. Syachruna Fauzi FK, Dr. R. Achmad Budiono, Ir. Agus Wahyu Damayanto, MSc, Mayor Laut (KH) Ir. Kamidjo, MSc dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta Sih Retnowati dan anak-anak Erfprins Azhar Ratono, Faisal Dwi Andarta Ratono dan Ghofar Hasan Ratono atas kesabaran, pengertian, pengorbanan dan doa yang tulus ikhlas sehingga disertasi ini bisa diselesaikan.

Semoga disertasi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, April 2007 Penulis


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah putra keempat dari enam bersaudara dari Bapak Soebari (Almarhum) dan Ibu Haliyah (Almarhumah), dilahirkan di Sidoarjo, Jatim tanggal 17 Januari 1961. Menikah dengan Sih Retnowati di Trenggalek tanggal 17 Januari 1987, dan dikaruniai 3 (tiga) orang putra, pertama Erfprins Azhar Ratono (20 tahun), kedua Dwi Andarta Ratono (15 tahun) dan ketiga Ghofar Hasan Ratono (13 tahun).

Penulis menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri (SDN) lulus tahun 1973, Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus tahun 1976 dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) lulus tahun 1980 semua di Sidoarjo. Kemudian mengikuti pendidikan Taruna Akabri Laut di Morokrembangan Surabaya lulus tahun 1984 dengan pangkat Letnan Dua Laut (E). Mendapatkan kesempatan studi S-1 di Sekolah Tinggi Teknologi TNI Angkatan Laut (STTAL) Surabaya jurusan Teknik Elektronika dari tahun 1991-1994 dengan beasiswa Mabes TNI AL. Mengikuti Sekolah Staf dan Komando TNI AL (SESKO AL) tahun 1997-1998 di Cipulir, Jakarta. Melanjutkan studi S-2 di MMA IPB Bogor bidang Kekhususan Kelautan dari tahun 2000 – 2002 dengan beasiswa TNI AL dan melanjutkan studi S-3 di IPB Bogor dengan PS Teknologi Kelautan (TKL) dari tahun 2002 s/d sekarang dengan biaya sendiri.

Penugasan yang Penulis jalani antara lain: sebagai Asisten Kepala Divisi Deteksi dan Komunikasi di KRI Martadinata-342 tahun 1984-1985. Mengikuti tugas belajar Sensor Weapon Command (SEWACO) dan Electronic Warfare (Pernika) di Denhelder, Nederland tahun 1986-1988, sebagai Kepala Divisi Deteksi, Navigasi dan Komunikasi KRI Oswald Siahaan-354 tahun 1988-1991. Selanjutnya sebagai Kepala Divisi Elektronika Senjata di KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 tahun 1994-1995, kemudian sebagai Kepala Departemen Elektonika KRI Martha Khristina Tyahahu-331 tahun 1997-1998. Sebagai Kepala Seksi Operasi Pernika Diskomlekal tahun 1998-2000 dan sebagai Kepala Seksi Kesiapan Komunikasi Pendirat Diskomlekal tahun 2000-2002. Sebagai Kepala Sub Dinas Dukungan Komunikasi Diskomlekal tahun 2002-2005 dan sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika Armabar tahun 2005 sampai dengan sekarang.


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xiii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...……...……...…...………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………...……...………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ………...……... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Hipotesis ...………....………..… 8

1.6 Kerangka Pemikiran ... 8

1.7 Pendekatan Penelitian ... 13

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pengelolaan Pantai/Pesisir... 15

2.2 Pembangunan ... 16

2.3 Analisis Dampak ... 20

2.4 Sistem Informasi Geografi ... 25

2.4.1 Analisis data spasial ... 27

2.4.2 Analisis data atribut ... 28

2.4.3 Integrasi analisis data spasia l dan atribut... ……....… 28

2.5 Optimalisasi Usaha Perikanan. ... 28

2.5.1 Pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai/pesisir ... 29

2.5.2 Model ekonomi perikanan ... 34

2.5.3 Optimalisasi ... 38

2.6 Partisipasi Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Pantai/ Pesisir ………... 39

2.7 Analisis Karakteristik Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 40

2.8 Konsep Pengelolaan Sumberdaya Pantai/Pesisir secara Terpadu.. 41

2.9 Analisis SWOT ... 44

2.10 Kegiatan Perikanan ... 44

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1 Disain Penelitian ………. 46

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 51

3.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

3.4 Data dan Informasi ... 54

3.4.1 Peta-peta ... .. 54

3.4.2 Kualitas air... 55

3.4.3 Pencemaran ... 55

3.4.4 Kegiatan perikanan ... 55

3.4.5 Existing pembangunan pantai ... 56


(21)

3.4.7 Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kotamadya

Jakarta Utara... 56

3.4.8 Existing sarana dan prasarana perikanan... 57

3.4.9 Undang-undang dan Peraturan tentang Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir, Pantai dan Laut ... 57

3.4.10 Metode pengumpulan data ... 57

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ……….. 61

4 DAMPAK PEMBANGUNAN PANTAI TERHADAP PERIKANAN TANGKAP ... 62

4.1 Pendahuluan ... 62

4.2 Metodologi Penelitian ... 63

4.3 Hasil Penelitian ... 68

4.3.1 Kondisi sosial ekonomi ... 68

4.3.2 Kondisi tata guna lahan ……….. 71

4.3.3 Kondisi kualitas perairan ……… 74

4.4 Pembahasan ……… 90

4.5 Kesimpulan ……… 96

5 OPTIMALISASI USAHA PERIKANAN DI TELUK JAKARTA... 97

5.1 Pendahuluan... 97

5.2 Metodologi Penelitian ... 99

5.2.1 Model optimalisasi perikanan ... 99

5.2.2 Analisis data ... 101

5.3 Hasil Penelitian ... 111

5.3.1 Upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta ... 111

5.3.2 Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap 114 5.4 Pembahasan ... 117

5.5 Kesimpulan ... 118

6 PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN ... 120

6.1 Pendahuluan ……… 120

6.2 Metodologi Penelitian ... 120

6.3 Hasil Penelitian ... 122

6.3.1 Karateristik sosial ekonomi masyarakat nelayan Teluk Jakarta ... 122

6.3.2 Persepsi nelayan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan ... 124

6.4 Pembahasan ... 132

6.5 Kesimpulan ... 134

7 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PANTAI BAGI PEMANFAATAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN ... 135

7.1 Pendahuluan ... 135

7.2 Metodologi Penelitian ... 137

7.2.1 Prosedur penelitian ... 137

7.2.2 Pengumpulan data ... 138

7.2.3 Analisis data ... 139 iv


(22)

7.3 Hasil Penelitian ... 140 7.3.1 Kondisi sumberdaya pantai utara Jakarta ... 140 7.3.2 Karateristik sosial ekonomi dan budaya ... 141 7.3.3 Isu yang berkembang dalam pengelolaan sumberdaya saat ini ... 142 7.3.4 Analisis strategi pengelolaan ... 142 7.4 Pembahasan ... 146 7.4.1 Penyusunan strategi pengelolaan pantai/pesisir ... 146 7.4.2 Penentuan prioritas strategi pengelolaan pantai/pesisir .... 148 7.5 Kesimpulan ... 150 8 PEMBAHASAN UMUM ... 153 9 KESIMPULAN DAN SARAN... 158 9.1 Kesimpulan ... 158 9.2 Saran ... 159 DAFTAR PUSTAKA.... ...….……….………...……… 161 LAMPIRAN ... 168


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Jumlah dan kepadatan penduduk Kotamadya Jakarta Utara 2004 ... 53 3.2 Jumlah Pemduduk di Kotamadya Jakarta Utara berdasarkan matapen-

caharian, 2004 ... 53 3.3 Struktur umur pemduduk Kotamadya Jakarta Utara... 54 4 Jenis indikator yang digunakan untuk menilai dampak pembangunan

terhadap kondisi sumberdaya pantai Jakarta ... 65 5 Jenis indikator yang digunakan untuk menilai dampak pembangunan

terhadap kondisi sosial ekonomi Jakarta ... 66 6 Kondisi demografi di Kotamadya Jakarta Utara (BPS, 1999 dan 2005). 70 7 Jumlah penduduk di Kotamadya Jakarta Utara berdasarkan mata

pencaharian dan perubahannya (BPS, 1999 dan 2005) ... 70 8 Struktur umur penduduk di Kotamadya Jakarta Utara (BPS, 1999 dan

2005) ... 70 9 Jumlah dan kondisi perumahan penduduk di Kotamadya Jakarta Utara

(BPS, 1999 dan 2005) ... 70 10 Kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB Kotamadya Jakarta

Utara berdasarkan harga konstan (BPS, 1999 dan 2005)... 71 11 Perubahan tata guna lahan di kawasan pantai utara Jakarta antara

tahun 1998 dan 2004 ... 74 12 Hasil analisis parameter fisika dibandingkan dengan baku mutu ... 74 13 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) di Teluk Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan

perubahannya ... 78 14 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan Amonia (NH3) di Teluk Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan perubahannya ... 78 15 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan nitrat (NO3) di Teluk Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan perubahannya... 78


(24)

16 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan perikanan tangkap berdasarkan kandungan Nitrit (NO2) di Teluk

Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan perubahannya ... 78 17 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan Fosfat (PO4) di Teluk

Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan perubahannya ... 79 18 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan gabungan senyawa kimia di Teluk Jakarta pada tahun 1998, 2004 dan perubahannya ... 79 19 Nilai parameter kimia perairan dibandingkan dengan baku mutu

perairan untuk kegiatan perikanan tangkap menurut Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 ... 79 20 Hasil sortir makrobenthos di Perairan Teluk Jakarta, Oktober 2004 ... 87 21 Kelimpahan dan persentase jumlah jenis makrobenthos di perairan

Teluk Jakarta, Mei dan Oktober 2004. ... 88 22 Hasil analisis parameter logam berat terlarut dibandingkan dengan

baku mutu ... 89 23 Hasil analisis perubahan sosial ekonomi terhadap sumberdaya pantai

berdasarkan kerangka DPSIR ... 94 24 Perkembangan produksi ikan pelagis di pantai utara Jakarta (ton) ... 112 25 Perkembangan produksi ikan demersal di pantai utara Jakarta (ton) ... 112 26 Jumlah alat tangkap di pantai utara Jakarta ... 113 27 Effort optimum dan MSY di perairan Teluk Jakarta ... 114 28 Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta ... 114 29 Jumlah trip aktual dan solusi optimal di Teluk Jakarta ... 115 30 Nilai sisa pemakaian sumberdaya perikanan tangkap di Teluk

Jakarta ... 115 31 Selang (range) fungsi kendala ... 116 32 Pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap menurut

solusi optimal di Teluk Jakarta ... 117 33 Variabel persepsi masyarakat terhadap kondisi dan pengelolaan


(25)

34 Distribusi nelayan responden penelitian berdasarkan kelompok usia ….. 123 35 Distribusi nelayan responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam

keluarga ……….. 123 36 Distribusi nelayan responden berdasarkan rata-rata pendapatan per

minggu ... 124 37 Uji beda rata-rata persepsi nelayan antar lokasi terhadap pengelolaan

sumberdaya ikan di Teluk Jakarta ... 125 38 Hasil analisis faktor pengelolaan sumberdaya perikanan ... 127 39 Uji beda rata-rata persepsi nelayan antar lokasi terhadap pengelolaan

sumberdaya ikan di Teluk Jakarta ... 132 40 Identifikasi unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. ... 146 41 Formulasi strategi pengelolaan sumberdaya pantai/ pesisir Teluk Jakarta..147 42 Pemberian bobot untuk setiap unsur dari kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman. ... 149 43 Rangking dan skor urutan prioritas ... 150


(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian dengan pendekatandriver-pressur state-impact-response (DPSIR) untuk menganalisis sejumlah faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah

pantai Goa, India(Noronha et al., 2002)... 10 2. Kerangka Pemikiran ... 12 3 Kerangka PSR dan siklus ICM (ICAM, 2003) ... 25 4 Pendekatan berdasar kompleksitas dalam pengelolaan (Vallega, 2001) 30 5 Kerangka konsep pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan .... 43 6 Bagan alir proses penelitian ... 50 7 Area penelitian Teluk Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara ... 51 8 Tahapan proses pelaksanaan penelitian ... 67 9 Stasiun pengambilan sampel di perairan Teluk Jakarta, Mei dan

Oktober 2004 ... 67 10 Luas area darat Propinsi DKI Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 72 11 Perubahan lahan sebagai akibat dari reklamasi pantai Ancol... 73 12 Perubahan penggunaan lahan di pantai utara Jakarta... 73 13 Perubahan luas area perairan pantai utara Jakarta... 73 14 Distribusi turbitas lapisan dekat dasar perairan Teluk Jakarta, Mei

2004... 75 15 Distribusi transparasi cahaya lapisan dekat dasar perairan Teluk

Jakarta, Mei 2004... 75 16 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan oksigen terlarut

(dissolved oxygen, DO) di Teluk Jakarta pada tahun 1998 dan 2004.... 80 17 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan amonia (NH3) di Teluk Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 81 18 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan


(27)

perikanan tangkap berdasarkan kandungan nitrat (NO3) di Teluk

Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 82 19 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan nitrit (NO2) di Teluk

Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 83 20 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan fosfat (PO4) di Teluk

Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 84 21 Luasan perairan untuk setiap kategori kesesuaian bagi kegiatan

perikanan tangkap berdasarkan kandungan gabungan senyawa kimia penting di Teluk Jakarta pada tahun 1998 dan 2004... 85 22 Korelasi variabel pada sumbu utama pertama (F-1) dan kedua (F-2)

nelayan tangkap ... 130 23 Korelasi variabel pada sumbu utama pertama (F-1) dan kedua (F-2)

nelayan pemandu wisata... 131 24 Prosedur perumusan strategi pengelolaan ... 138 x


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data Klimatologi Daerah Tanjung Priok Jakarta Utara ……… 168 2 Perubahan PDRB DKI Jakarta 1997-2001 (Juta Rp) ……….. ... 171 3 Pangsa Regional (PR) DKI Jakarta 1997-2001………. 172 4 Pergeseran Proporsional (Proporstional Shift) Propinsi DKI Jakarta

1997-2001 ... 171 5 Analisis Daya Saing (Proporstional Shift ) Propinsi DKI Jakarta

1997-2001 ………... 174 6 Rincian Luas Kesesuaian Area perairan Tahun 1998 ... 175 7 Sumber Pencemaran Limbah Cair dan Pencemaran Air dari

Sember Domisti DKI Jakarta (2001) .……….. 180 8 Sumber Pencemaran Beban Limbah Cair dan Pencemaran Air dari

Sember Effluent Industri Pengolahan DKI Jakarta (2001) ..…….. 181 9 Luas area perairan untuk budidaya perikanan tangkap tahun 2004 185 10 Perhitungan Luas Area Lahan Darat ………. 191 11 Daftar Baku Mutu Perairan Untuk Perikanan dan Pariwisata

Bahari ... 194 12 Pendapatan Nelayan, Petani Ikan Hias , Petani Konsumsi dan

Pengelola Ikan Tahun 1992 sd 2005 ... 195 13 Armada Perikanan di DKI Jakarta Tahun 1992 sd 2005 ... 196 14 Jumlah Nelayan di DKI Jakarta Tahun 1992 sd 2005 ... 197 15 Trip Penangkapan menurut Jenis Alat Tangkap di DKI Jakarta

Tahun 1992 sd 2005 ... 198 16 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di DKI

Menurut Jenis Ikan Tahun 1992 sd 2005 ... 199 17 Perhitungan Maximum Sustainable Yield untuk Ikan Pelagis dan


(29)

18 Volume dan Nilai Produksi Empat Alat Tangkap Utama di Teluk Jakarta ... 207 19 Model Linear goal Programming Perikanan Tangkap di Teluk

Jakarta ... 208 xii


(30)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan.

Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. BOD : Biological oxygen demand.

BPS : Badan Pusat Statistik.

Bodetabek : Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. DAS : Daerah aliran sungai

Dishidrosal : Dinas Hidrooseanografi TNI Angkatan Laut. DKP : Departemen Kelautan dan Perikanan. DO : Dissolve oksigen/Oksigen terlarut. DO : Overachievement (Pencapaian lebih). DPSIR : Driver-Pressure-State-Impact-Response. DSS : Decision Support System.

DU : Underachievement (Pencapaian kurang).

FPI : Fishing Power Index( Indeks kemampuan tangkap). GESAMP : Group of Expert on Scientific Aspects Marine Pollution. GDP : Gross Domestic Product.

GIS : Geografi Information System.

GP : Goal programming.

GPA : Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environtment from Land Based Activities.

GPS : Global Position System.

HAT : Highest Astronomical Tide

HOK : Hari Operasi Kerja

ICM : Integrated Coastal Management. ICZM : Integrated Coastal Zone Management. IPS : Image Processing System.

Kepmen : Keputusan Menteri. Keppres : Keputusan Presiden. KM : Kapal Motor.

LAPAN : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. LAT : Lowest Astronomical Tide.


(31)

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

MDS : Multidimensional Scaling ( Penskalaan secara multi dimensi, merupakan teknik dalam penentuan posisi titik-titik tersebut secara visual untuk mempermudah penggambaran titik-titik dalam metode Rapfish ).

MEY : Maximum Economic Yield (Hasil tangkapan ekonomi lestari). MSY : Maximim Sustainable Yield ( Hasil tangkapan maksimum

lestari yaitu jumlah suatu tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari suatu sumberdaya ikan tanpa mengganggu kelestarian ).

MP : Mathematical Programming .

MSL : Mean Sea Level.

MT : Motor Tempel.

OLS : Ordinary Least Square. PAD : Pendapatan Asli Daerah. PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap. PHPT : Pengolahan hasil perikanan tradisonal

PCA : Prinsipal Components Analysis / Analisis Komponen Utama yaitu metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk grafis dan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data.

PDRB : Produk Domistik Regional Bruto, yaitu untuk melihat struktur perekonomian dan pertumbuhan ekonomi dari masing-masing kegiatan ekonomi yang ada di sebuah wilayah pada kurun waktu tertentu.

RHS : Right Hand Side. RS : Remote Sensing.

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah. SDSS : Spatial Decision Support System.

SWOT : Strenght, Weakness, Opportunity, Threat/Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yaitu analisis alternatif yang digunakan untuk mengindentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan suatu kebijakan. TPI : Tempat Pelelangan Ikan.

TEV : Total Economic Value.

TDUP : Tanda Daftar Usaha Perikanan.

UNCLOS : United Nation Convention of Law Of the Sea yaitu ketentuan hukum laut internasional.


(32)

1.1 Latar Belakang

Wilayah pantai memegang peranan penting bagi penduduk Indonesia baik secara ekonomi maupun politik. Ekosistem pantai merupakan peralihan antara daratan dan lautan, ekosistem ini umumnya dicirikan oleh tingginya keanekaragaman hayati (biodiversitas). Lingkungan dan sumberdaya pantai umumnya dimanfaatkan tidak hanya sebagai sumber pangan dan tambak, tetapi juga pemukiman, aktivitas ekonomi dan jasa. Wilayah ini memiliki potensi yang sangat besar bila dikelola dengan baik, yaitu sesuai dengan perencanaan pembangunan yang lestari dan berkelanjutan. Akan tetapi ”kemajuan” yang dihasilkan pembangunan tidak jarang dibarengi oleh kemunduran atau degradasi sumberdaya alam. Salah satu penyebab degradasi tersebut antara lain merupakan akibat dari produk atau hasil yang tidak diinginkan, yaitu sampah, limbah dan buangan lainnya yang menjadi masalah bagi lingkungan. Fenomena degradasi biogeofisik lingkungan dan sumberdaya pantai semakin memprihatinkan. Laju kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang dan estuari juga telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan (Fauzi dan Anna, 2002). Pada umumnya kerusakan tersebut akibat pembangunan yang didasarkan atas kepentingan ekonomis semata tanpa menghiraukan daya dukung dan kelestariannya.

Di kawasan Indonesia, praktek pembangunan perikanan yang kurang memperhatikan kaidah keberlanjutan (sustainability) lewat destructive fishing practices telah menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Kerugian yang diderita mencapai lebih kurang US. $ 386,000 per tahun akibat rusaknya terumbu karang. Kerugian ini merupakan kerugian yang empat kali lebih besar dari manfaat yang diperoleh dari destructive fishing practices (Fauzi dan Buchary, 2002). Di wilayah perairan Indonesia, degradasi/depresiasi sumberdaya perikanan terutama terjadi di Selat Malaka, Teluk Jakarta, Pantai Utara Jawa, Makasar dan sebagian Bali (Anna, 1999., Fauzi dan Anna, 2002). Selain itu destructive fishing practices juga telah berdampak pada kerugian sosial yang berupa hilangnya kesempatan kerja dan timbulnya konflik horizontal diantara pelaku perikanan itu


(33)

2 sendiri. Selain itu, manfaat yang seharusnya diperoleh oleh pemerintah dari pengelolaan sumberdaya perikanan juga tidak didapat secara maksimum.

Masalah lain yang berdampak pada keberlanjutan sumberdaya perikanan adalah aktivitas pembangunan fisik dan non fisik yang tidak terkait dengan perikanan. Aktivitas pembangunan telah mengakibatkan pergeseran pola pemanfaatan lahan yang tidak sesuai lagi dengan kaidah penataan ruang, daya dukungnya serta kesesuaian lahan. Masalah tersebut semakin berkembang dan kompleks seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan semakin berdampak negatif terhadap lingkungan tersebut baik dari sisi ekologi, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan.

Lebih lanjut, dalam satu abad terakhir, khususnya di pulau Jawa, kota-kota besar terus berkembang dengan pertumbuhan yang relatif tinggi. Perkembangan yang pesat ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada terjadinya tekanan ekosistem pantai (Sukardjo, 2002). Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa kerusakan di kawasan lingkungan pesisir dan lautan lebih disebabkan paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini ditetapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir sering memberikan konflik yang dapat berdampak timbal balik.

Persoalan umum pengelolaan sumberdaya wilayah pantai tersebut dihadapi juga oleh Jakarta. Wilayah pantai utara Jakarta memiliki peranan sangat strategis karena sebagai peralihan antara ekosistem darat dan laut, wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang kaya. Pembangunan pantai utara Jakarta secara ekonomis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD), baik berupa pelabuhan Tanjung Priok, taman rekreasi (Taman Impian Jaya Ancol), perikanan (pelabuhan


(34)

perikanan Muara Baru dan Muara Angke), prasarana transportasi laut dan perumahan di sekitar pantai.

Wilayah pantai utara Jakarta secara administratif-politis sangat penting karena merupakan bagian dari ibukota negara, secara ekonomis sangat berharga karena dapat memberikan nilai tambah yang sangat nyata pada perekonomian masyarakat dan daerah. Jakarta Utara merupakan satu-satunya wilayah administratif yang memiliki pantai (panjang pantai lebih kurang 35 km). Dengan garis pantai yang cukup panjang ini maka sebagian wilayah Jakarta Utara merupakan ekosistem pantai. Ekosistem ini menanggung beban yang cukup berat, karena berbagai aktivitas (baik ekonomi, pembangunan dan aktivitas masyarakat) di wilayah hulu akan bermuara ke daerah pantai. Sebagai akibatnya, sebagian wilayah Jakarta Utara akan menampung beban polusi yang dihasilkan oleh daerah hulunya. Berbagai faktor memberikan kontribusi terhadap polusi dan tekanan ekosistem pantai. Noronha (2002) mengemukakan bahwa tekanan terhadap ekosistem pantai merupakan fungsi dari perkembangan penduduk, aktivitas utama masyarakat (ekonomi, sosial), kebijakan makro dan sektoral serta globalisasi. Dalam modelnya, Noronha (2002) mengemukakan bahwa semakin besar perkembangan penduduk, semakin aktif dan variatif aktivitas utama masyarakat, kebijakan makro yang kurang berpihak pada kelestarian lingkungan serta dampak globalisasi akan meningkatkan tekanan terhadap ekosistem pantai.

Kondisi yang sama juga diduga dialami oleh ekosistem pantai di Jakarta Utara. Pertumbuhan penduduk (2,2% per tahun) dan bisnis yang semakin pesat yang dibarengi dengan pemanfaatan lahan di darat (luasan lahan darat 165,793 km2) dan perairan (luasan lahan perairan kurang lebih 452,702km2) yang semakin intensif untuk berbagai peruntukan (seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan, prasarana, obyek wisata dan lain-lain) diduga akan menyebabkan tekanan ekologis terhadap ekosistem perairan, yang semakin meningkat. Pemanfaatan lahan darat tersebut menghasilkan limbah industri dan limbah rumah tangga, sedangkan pemanfaatan Teluk Jakarta adalah reklamasi pantai dalam rangka perluasan daerah industri, pemukiman, dan prasarana umum, serta penetapan sebagian perairan Teluk Jakarta untuk peruntukan tertentu, misalnya jalur pelayaran dan kawasan pariwisata.


(35)

4 Dilatar-belakangi oleh hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian untuk mengetahui dampak pembangunan pantai utara Jakarta terhadap kegiatan perikanan.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah utama yang berdampak pada keberlanjutan sumberdaya perikanan adalah aktivitas pembangunan fisik dan non fisik yang tidak terkait dengan perikanan. Aktivitas pembangunan telah menyebabkan pergeseran pola pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang, daya dukungnya serta kesesuaian lahan. Masalah tersebut semakin berkembang dan komplek seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan semakin berdampak negatif terhadap lingkungan tersebut baik dari sisi ekologis, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan.

Pantai Utara Jakarta, seperti kawasan pantai pada umumnya, merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, sehingga memiliki komponen lingkungan didalamnya memiliki interaksi yang tinggi, termasuk hubungan antara kawasan ini dengan kawasan di pedalaman darat (hinterland). Dengan potensi sumberdaya alam dan potensi jasa yang begitu besar, kawasan pantai Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan kawasan pantai sebagai kawasan kegiatan ekonomi. Di sisi lain sejumlah instansi pemerintah cenderung menerapkan peraturan-peraturan tentang pemanfaatan kawasan pantai Jakarta dengan tujuan pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.

Saat ini, pantai utara Jakarta mengakomodasi berbagai aktivitas ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan tekanan yang signifikan terhadap menurunnya kualitas ekosistem dan biofisik. Aktivitas tersebut bervariasi dari industri, pelabuhan, pariwisata, perikanan dan pemukiman. Selain dampak biologis, aktivitas tersebut juga telah berdampak secara ekonomi pada sebagian masyarakat, khususnya nelayan yang hidupnya tergantung pada ketersediaan sumberdaya ikan di perairan pantai utara Jakarta. Penurunan daya dukung sumberdaya perikanan menyebabkan sebagian nelayan tidak memperoleh


(36)

hasil tangkapan yang memadai. Pada akhirnya kelompok masyarakat ini secara berangsur terpaksa beralih mencari sumber penghidupan lain.

Lebih lanjut, terjadinya degradasi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh aktivitas di wilayah yang bersangkutan, tetapi juga oleh aktivitas di wilayah hinterland, misalnya oleh polusi dari aktivitas industri, penambangan, pertanian dan rumah tangga (domestik). Sebaliknya, unsustainable practices yang berlangsung di wilayah pantai juga bisa menimbulkan dampak negatif bagi wilayah di perairan (Yunis, 2001). Menurut Yunis (2001) faktor pendorong terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah pantai antara lain: aktivitas penduduk di wilayah pantai, kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan, lalu lintas kapal (shipping), pariwisata, praktek-praktek tata-guna lahan (untuk pembangunan industri, pertanian, pemukiman) serta perubahan iklim. Tekanan yang disebabkan oleh berbagai faktor tersebut berdampak pada :

• Hilangnya sumberdaya perikanan sebagai akibat dari kerusakan terumbu karang, dan overf ishing.

• Polusi di wilayah pantai dan sumberdaya air.

• Degradasi lahan di dataran tinggi (terjadinya desertification)

• Intrusi air laut sebagai akibat dari penyedotan air tanah yang berlebihan, penggunaan pupuk yang berlebihan serta erosi.

• Hilangnya sumberdaya budaya, dan ketegangan sosial. • Hilangnya akses publik.

• Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Kondisi di atas menuntut strategi pembangunan perikanan yang berpihak pada keberlanjutan (sustainability) di wilayah pantai Jakarta. Charles (1994) menyatakan bahwa pembangunan perikanan pada dasarnya telah mengalami evolusi dari paradigma konservasi (biologi) ke paradigma rasionalisasi (ekonomi) dan kemudian ke paradigma sosial/komunitas. Menurut Charles (1994), pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus dapat mengakomodasikan ketiga aspek tersebut. Lebih lanjut Alder et al. (2000) mengemukakan bahwa pendekatan yang terintegrasi tersebut harus pula dapat mengakomodasikan berbagai komponen yang menentukan keberlanjutan pembangunan perikanan. Komponen tersebut meliputi aspek ekologi, ekonomi teknologi, sosiologi dan


(37)

6 aspek etis. Dari setiap komponen tersebut ada beberapa atribut yang harus dipenuhi yang merupakan indikator keragaan perikanan sekaligus indikator keberlanjutan. Beberapa contoh atribut dari setiap komponen tersebut adalah:

(1) Ekologi: tingkat eksploitasi, keragaman rekruitmen, perubahan ukuran tangkap, discard dan by catch serta produktivitas primer.

(2) Ekonomi: kontribusi perikanan terhadap GDP, penyerapan tenaga kerja, sifat kepemilikan, tingkat subsidi dan alternatif pendapatan.

(3) Sosial: pertumbuhan populasi, status konflik, tingkat pendidikan dan pengetahuan lingkungan (environmental awarness).

(4) Teknologi: lama trip penangkapan ikan, tempat pendaratan, selektifitas alat, ukuran kapal dan efek samping dari alat tangkap.

(5) Etik : kesetaraan para pemanfaat sumberdaya ikan, illegal fishing, mitigasi terhadap habitat, mitigasi terhadap ekosistem dan sikap terhadap limbah dan by catch.

Apabila kaidah pembangunan yang berkelanjutan dan holistik ini tidak dipenuhi maka pembangunan perikanan akan mengarah ke degradasi lingkungan, over eksploitasi dan destructive fishing practices. Hal ini dipicu oleh keinginan untuk memenuhi kepentingan sesaat (generasi kini) sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan diarahkan sedemikian rupa untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya untuk masa kini.

Oleh karenanya, menjadi jelas bahwa masalah di wilayah pantai bukan masalah yang sederhana yang membutuhkan skenario komplek untuk menanganinya. Penanganan ini menuntut keterlibatan berbagai stakeholder yang seringkali memiliki tujuan yang berbeda dalam pemanfaatan sumberdaya wilayah pantai, khususnya pantai utara Jakarta.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) bagaimana dampak pembangunan fisik terhadap lingkungan perikanan di perairan teluk Jakarta; (2) bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta; (3) bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan; dan (4) bagaimana strategi pengelolaan sumberdaya pantai agar lestari dan berkelanjutan


(38)

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

a) Mengidentifikasi dampak dari berbagai aktivitas ekonomi dan pembangunan fisik di Jakarta Utara terhadap tata guna lahan secara ekologi dan kualitas sumberdaya perairan dihadapkan dengan lingkungan perikanan tangkap. b) Menghitung pemanfaatan perikanan tangkap saat ini serta optimalisasi

sumberdaya perikanan tangkap di Teluk Jakarta.

c) Menentukan persepsi nelayan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan di Jakarta Utara.

d) Menentukan strategi pengelolaan sumberdaya perikanan yang lestari dan berkelanjutan di Jakarta Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembangunan perikanan di Indonesia, khususnya bagi penataan pantai di Jakarta Utara. Secara lebih spesifik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a) Nelayan di pantai utara Jakarta, berkaitan dengan bagaimana upaya yang

dapat dilakukan agar usaha penangkapan yang dilakukan berjalan optimal. b) Pemda berkaitan dengan strategi pengelolaan sumberdaya perikanan yang

lestari dan berkelanjutan.

c) Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan informasi dasar untuk penelitian tentang konservasi sumberdaya perikanan, penataan ruang dan pariwisata bahari di Jakarta Utara.

d) Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan informasi dasar untuk penelitian tentang konservasi sumberdaya perikanan, penataan ruang dan pariwisata bahari di Jakarta Utara.


(39)

8

1.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah :

a) Aktivitas ekonomi dan pembangunan di pantai utara Jakarta akan memberikan tekanan yang negatif terhadap kualitas sumberdaya perikanan dan ekosistem di wilayah pantai.

b) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan di pantai utara Jakarta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa merusak sumberdaya perikanan itu sendiri.

1.6 Kerangka Pemikiran

Tekanan terhadap ekosistem pantai semakin kuat seiring dengan berkembangnya penduduk. Lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di wilayah pantai (dalam radius 60 km dari laut), dan jumlah ini akan terus meningkat (Yunis, 2001). Banyak stakeholder yang tergantung dan menikmati wilayah pantai, antara lain nelayan, pemukim, pariwisata, petambak, industri dan organisasi pemerintah. Aktifitas stakeholder ini dengan tujuan yang berbeda seringkali memicu terjadinya konflik dalam pemanfaatan sumberdaya pantai. Oleh karenanya wilayah pantai juga dicirikan pula oleh potensi konflik yang tinggi dan over exploitation.

Kondisi di atas juga terjadi di pantai utara Jakarta. Saat ini tekanan terhadap ekosistem di wilayah ini merupakan konsekuensi dari dinamika pembangunan yang berlangsung di kawasan darat atau hinterland. Dinamika pembangunan tersebut tidak lepas dari pengelolaan yang diterapkan oleh otoritas wilayah. Pengelolaan tersebut sangat ditentukan oleh kebijakan yang dijadikan referensi para pelaksana pembangunan, termasuk masyarakat yang berinisiatif memenuhi kebutuhannya tanpa terlalu mengandalkan peran interferensi otoritas terlalu banyak. Pembangunan tersebut menghasilkan beberapa konsekuensi, baik bersifat positif maupun negatif yang penilaiannya tergantung pada perspektif yang dipakai. Konsekuensi positif umumnya adalah dampak yang sesuai dengan harapan, sementara konsekuensi negatif adalah dampak yang tidak diharapkan.


(40)

Konsekuensi negatif pembangunan terhadap aktivitas perikanan dapat dilihat dari terjadinya degradasi, konversi lahan dan over eksploitasi sumberdaya perikanan. Terjadinya tekanan negatif tersebut secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan konsumsi dan dorongan sosial (social drivers) yang dibentuk oleh: property right, karakteristik sumberdaya, teknologi dan tata laku (practices), pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap ekosistem pantai, aspirasi masyarakat, kelembagaan politik dan sosial, mekanisme pasar, serta akses terhadap kapital (Noronha, et al., 2002). Terjadinya social drivers tersebut disebabkan karena adanya primary drivers terhadap demografik dalam wujud: jumlah dan pertumbuhan penduduk, migrasi ekonomi, aktivitas utama, kebijakan makro dan sektoral, serta globalisasi.

Untuk mengatasi dampak negatif pembangunan di wilayah pantai maka dibutuhkan strategi pembangunan yang tepat sekaligus berkelanjutan sehingga kerusakan sumberdaya perikanan dan ekosistem di wilayah pantai dapat diperbaiki. Kebijakan pembangunan modern (mutakhir) dianjurkan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam (Noronha, et al., 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan pembangunan harus berdampak negatif seminimal mungkin, karena potensi dapat pulih (renewability) dari sumberdaya hayati adalah kekayaan alam tersebut.

Penelitian ini menggunakan kerangka analisis sosial dan ekologis terpadu sebagaimana dikemukakan oleh Noronha, et al. (2002). Noronha menggunakan pendekatan Driver-Pressure-State-Impact-Response (DPSIR) untuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah pantai. Model pendekatan ini telah sukses diterapkan di beberapa negara. Noronha et al (2002) menggunakan model yang sama di wilayah pantai Goa-India. Secara skematis pendekatan DPSIR sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah.


(41)

10

Gambar 1 Pendekatan driver-pressure- state-impact-response (DPSIR) untuk menganalisis sejumlah faktor penyebab terjadinya tekanan terhadap ekosistem di wilayah pantai Goa, India(Noronha et al., 2002)

Diilhami oleh pendekatan DPSIR seperti dikemukakan oleh Noronha et al (2002), maka dirancang kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Secara konseptual penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kondisi sumberdaya pantai pada saat ini. Belfiore et al (2003) mengemukakan bahwa terdapat berbagai komponen yang perlu diperhatikan dalam rangka menilai kualitas sumberdaya pantai dan perikanan di suatu daerah. Komponen tersebut meliputi tata guna lahan di daerah pantai, kondisi perairan sekitar pantai, tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Untuk komponen tataguna lahan, penelitian ini difokuskan pada perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai baik itu untuk kepentingan pariwisata,

Social Organization Drivers

1. Property right 2. Kerakteristik

sumberdaya, teknologi dan tata laku

(practices) 3. Pengetahuan dan

persepsi masyarakat terhadap ekosistem pantai

4. Aspirasi masyarakat 5. Kelembagaan politik

dan sosial 6. Pasar

7. Akses terhadap kapital

Primary Drivers

1. Jumlah penduduk 2. Pertumbuhan

penduduk 3. Migrasi ekonomi 4. Aktifitas utama 5. Kebijakan makro dan

sektoral 6. Globalisasi

Tekanan terhadap ekosistem pantai dan sumberdaya

perikanan

Dampak: 1. Konversi 2. Over

eksploitasi 3. Degradasi

Turunnya kontribusi ekosistem pantai dan sumberdaya perikanan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Rancangan Strategi Pembagunan Berbasis Ekosistem Pantai dan Sumberdaya Perikanan

Responses

Drivers Presures State Impact

Kesehatan Ekosistem pantai


(42)

pelabuhan, industri maupun pemukiman melalui analisis antar waktu sehingga akan diketahui perubahan arah tataguna lahan di daerah tersebut.

Beragam aktivitas yang terjadi di daratan sekitar pantai, baik untuk aktivitas industri, pelabuhan, pertanian maupun rumah tangga, selain memberikan keluaran (output) yang positif, juga keluaran negatif berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh beragam aktivitas tersebut mealir ke perairan Teluk Jakarta melalui 13 sungai yang sebagian membelah ibukota. Adanya aliran limbah ini diduga akan berdampak perubahan kualitas perairan di Teluk Jakarta. Penelitian ini ditujukan untuk menilai kualitas perairan dan kesesuaiannya bagi kepentingan perikanan maupun aktifitas wisata bahari.

Bagi sebagian masyarakat pantai, wilayah perairan di sekitarnya merupakan sumber mata pencaharian, baik dari aktivitas penangkapan ikan maupun wisata bahari. Bukti-bukti empirik memperlihatkan bahwa jumlah rumah tangga yang menggantungkan hidupnya dari perikanan cenderung meningkat. Kecenderungan peningkatan ini mengindikasikan ada dua hal yaitu kondisi sumberdaya ikan di perairan Teluk Jakarta masih dapat mencukupi kebutuhan nelayan secara ekonomi atau tekanan ekonomi yang terlalu berat memaksa sebagian masyarakat untuk menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan. Jika indikasi kedua yang sebenarnya muncul, maka tekanan terhadap sumberdaya pantai dan perikanan akan semakin berat, karena selain harus mencukupi nelayan yang sudah ada, sumberdaya pantai dan perikanan juga harus menanggung new entrants ini.

Noronha et al (2003) mengemukakan bahwa tekanan terhadap sumberdaya pantai dan perikanan salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan atau persepsi masyarakat terhadap sumberdaya perikanan itu sendiri. Dengan tingkat pemahaman yang memadai, maka tekanan terhadap sumberdaya pantai dan perikanan dapat dikurangi.

Interaksi dar i komponen tersebut diatas akan berakumulasi dalam bentuk perubahan kondisi dan kualitas sumberdaya pantai dan perikanan di teluk Jakarta. Untuk itu maka diperlukan suatu optimalisasi yang bertujuan untuk melindungi kondisi sumberdaya pantai dan perikanan serta sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan .


(43)

12 Melalui optimalisasi ini maka dapat diketahui tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada.

Agar kondisi optimal dapat tercapai, maka diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat, diantaranya dapat berupa perencanaan tata ruang wilayah, pengembangan aktivitas ekonomi berwawasan lingkungan, resolusi konflik pemanfaatan sumberdaya dan pengawasan (stewardship) terhadap pemanfaatan sumberdaya itu sendiri.

Melalui kebijakan tersebut diatas, Sain dan Knecht (1998), mengemukakan paling tidak ada lima keluaran yang diharapkan dapat dicapai yaitu pembangunan yang berkelanjutan di wilayah pantai, berkurangnya kerentanan sumberdaya pantai, keberlanjutan ekosistem pantai dan perairan, meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta diperbaikinya proses tata kelola (governance). Secara skematis, kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Kondisi perairan Tata guna lahan

Pemanfaatan sumberdaya ikan Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kualitas sumberdaya pantai dan perikanan Optimalisasi pemanfaatan Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pantai dan

Perikanan 1. Perencanaan wilayah 2. Pengembangan aktivitas

ekonomi berwawasan lingkungan.

3. Resolusi konflik 4. Stewardship sumberdaya

Outcome

1. Pembangunan yang berkelanjutan di wilayah pantai.

2. Berkurangnya kerentanan sumberdaya pantai.

3. Keberlanjutan ekosistem.

4. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat 5. Perbaikan proses tata kelola

(governance).

Sain & Knech, 19998) Umpan Balik


(44)

1.7 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan melakukan pemetaan kondisi saat ini terhadap wilayah ekosistem pantai utara Jakarta. Secara umum, analisis yang dilakukan meliputi: (1) analisis kondisi demografis; (2) analisis penggunaan lahan saat ini di pantai utara Jakarta bagi peruntukan pelabuhan, industri, pariwisata, pemukiman dan konservasi; (3) analisis kualitas air; (4) analisis karakteristik sosial, ekonomi dan budaya; dan (5) analisis kondisi sumberdaya perikanan. Untuk kepentingan analisis tersebut dikumpulkan data primer yang meliputi : (1) Aspirasi dan persepsi masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya perikanan yang lestari dan berkelanjutan; (2) kualitas perairan. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan meliputi: (1) demografi; (2) tata guna lahan seperti konservasi, pertambakan, pemukiman, pelabuhan, industri, pariwisata dan pertanian; (3) fisik kawasan pantai seperti geologi, fisiografi, hidrologi dan oseanografi, (4) kondisi sosial ekonomi dan budaya; serta (5) kondisi sumberdaya perikanan tangkap.

Data yang terkumpul dari rangkaian analisis tersebut akan dituangkan kedalam sebuah sistem informasi spatial, yaitu geografi information system (GIS) atau sistem informasi geografi. Penggunaan GIS untuk mengevaluasi kondisi sumberdaya pantai dan perairan saat ini (tahun 2004) yang dibandingkan dengan 6 tahun sebelumnya (tahun 1998). Penyusunan data dalam sistem informasi geografi tersebut melalui tahap kegiatan yang mencakup:

1) Digitasi peta-peta rupa bumi, bathimetri dan lingkungan laut untuk mendapatkan data spasial dan grafis.

2) Digitasi data oseanografi, suhu permukaan laut, salinitas, sebaran klorofil dan data perairan.

3) Analisis dampak kebijakan pembangunan terhadap kegiatan perikanan, khususnya dampak pencemaran, pemanfaatan laut untuk perikanan, perubahan tata lahan, perubahan habitat mangrove, perubahan sosial ekonomi masyarakat di pantai utara Jakarta.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan berbagai cara, yaitu: 1) Analisis kesesuaian lahan darat dan perairan. Dilakukan empat tahap analisis


(45)

14 pantai utara Jakarta, (b) penyusunan matriks kesesuaian setiap kegiatan yang ada di kawasan pantai utara Jakarta, (c) pembobotan dan pengharkatan dan (d) analisis spasial untuk mengetahui setiap kegiatan yang ada di kawasan pantai utara Jakarta. Penentuan bobot dan skor didasarkan pada tingkat kepentingan parameter terhadap peruntukan. Kelas kesesuaian lahan dibagi kedalam empat kategori, yaitu: (a) baik dan (b) buruk.

2) Analisis dampak pembangunan dengan menggunakan metode Driver-Pressure-State-Impact-Response (DPSIR).

3) Analisis optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan menggunakan LGP. Dari proses analisis ini dapat dijustifikasi apakah penggunaan lahan pantai utara Jakarta saat ini sudah optimal atau belum. Jika ternyata kondisi optimal belum tercapai, tahap selanjutnya dilakukan optimalisasi model dengan menggunakan linear goal programming (LGP).

4) Untuk mengetahui persepsi masyarakat nelayan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan analisis komponen utama yang disebut Prinsipal Components Analysis (PCA).

Output dari analisis diatas adalah alokasi optimal sumberdaya perikanan tangkap di Jakarta Utara dengan persepsi masyarakat nelayan yang dirumuskan dalam bentuk strategi pengelolaan sumberdaya perikanan di Jakarta Utara.


(46)

2.1 Pengelolaan Pantai/ Pesisir

Wilayah pantai/pesisir, tempat dimana daratan dan lautan bertemu merupakan kawasan yang didefinisikan sebagai daerah peralihan atau transisi, di mana berbagai proses yang terjadi tergantung dari interaksi yang sangat intensif dari daratan dan lautan. (Sorensen dan Mc.Creary, 1990). Secara ekologis Dahuri et al. (1996) dan Clark (1996) berpendapat bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat mencakup daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan (seperti pasang surut, percikan air gelombang, intrusi air laut dan angin laut), ke arah laut wilayah pesisir meliputi perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, termasuk air sungai dan aliran air permukaan (run off), sedimentasi, pencemaran dan lain-lain merupakan penghubung (channels) bagi dampak yang dihasilkan dari kegiatan manusia di daratan ke lingkungan laut (Wilson, 1998).

Wilayah pesisir/pantai secara umum merupakan kawasan potensial sumberdaya alam, demikian pula kawasan pantai daratan merupakan kawasan yang potensial akan sumber daya lahan, sehingga dengan berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya lahan secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya lahan sebagai kawasan tambak dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui peningkatan produktivitas lahan dan sebagai kawasan pariwisata dengan adanya daya tarik wisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta juga kawasan pesisir tempat yang dihuni penduduk.

Dari prospek cerah wilayah pesisir daratan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang besar di wilayah ini menimbulkan berbagai tekanan terhadap sumberdaya wilayah pesisir perairan, yang diindikasikan dengan munculnya berbagai masalah, antara lain seperti pencemaran perairan pesisir yang berakibat berkurangnya produksi ikan dan keindahan pesisir pantai. Dari sekian banyak penyebab kerusakan lingkungan laut dan pesisir, pencemaran merupakan faktor paling penting (Dahuri, 1998).


(47)

16 Sekitar 80% bahan pencemar yang ditemukan di laut adalah berasal dari kegiatan manusia di daratan (land-based activities) (UNEP, 1990). Bahan-bahan pencemar ini berasal dari berbagai kegiatan seperti kegiatan industri, pertanian, rumah tangga dan lain-lain yang berada di kawasan pesisir daratan dan lahan atas, akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja perairan sungai penerima, tetapi juga pesisir dan lautan.

Menurut Sutamihardja et al. (1982) dan Dahuri (1998), secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokan menjadi tujuh kelas, yaitu industri, limbah cair permukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater), pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan salah satu bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut adalah berupa sedimen. Besar kecilnya jumlah pencemaran sedimen dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat yang dihasilkan dari kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir daratan.

2.2 Pembangunan

Menurut Kartasasmita (1997) definisi pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Siagian (1994) mengatakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

Lebih jauh, cukup penting pula untuk disimak pengertian pembangunan pada jenjang pemerintahan yang lebih bawah. Pada pola dasar pembangunan daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2002-2007 misalnya mengatakan bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan yang berkelanjutan menuju peningkatan kualitas kehidupan yang menempatkan manusia sebagai pelaku, dengan memanfaatkan teknologi dan sumberdaya alam yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan menurut UU no.23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang


(48)

memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan generasi masa depan. Menurut Brounland (1987) dalam Our Common Future pembangunan berkelanjutan adalah keterpaduan konsep politik untuk melakukan perubahan yang mencakup berbagai masalah baik sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Tujuan pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dimensi yaitu keberlanjutan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social progress) dan keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance). Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan dengan berhasil baik akan memberikan manfaat yang nyata bagi pemerintah, usaha swasta dan masyarakat yang ketiganya merupakan pilar utama good governance, karena dapat menjaga kesinambungan pembangunan, menjamin tersedianya sumberdaya, menjunjung tinggi harkat dan martabat warga serta meningkatkan pemerintah yang baik.

Menurut Dahuri et al. (1996), pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekos istem sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan (sustainable). Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi yaitu dimensi sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggungjawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration); dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration). Keterpaduan sudut pandang keilmuan menyaratkan bahwa didalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin (interdisciplinary approaches), yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum dan lainnya yang relevan karena wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial dan sistem alam yang terjalin secara kompleks dan dinamis.


(1)

Chang, Ni-Bin, C.G. Wen and S.L. Wu. 1995. Optimal Management of Environmental and Land Resources in a Reservoir Watershed by Multiobjective Programming. (Journal of Environmental Management 44:145-161).

Charles, A.T. 1994. Toward sustainable: The Fishery Experience. Ecological Economics, 11, 201-211.

Charles, A T. 2001. Sustainable Fisheries systems. Fish and Aquatic resources series. Blackwell Science. Osney Mead, Oxford OX2 OEL, UK. 370 p. Cicin-Sain, R.W. Knetcht. 1988. Integrated Coastal and Marine Management.

Island Pers, Washington DC.

Cicin Sain, B., Knecht, R.W.1998. Integrated Coastal and Ocean, Management, Concept and Practices. Island Press. Washington DC.

Clark, C. W. 1985. I Bioeconomic Modelling and fisheries Management. John Wiley and Sons. New York.

Clark, R. Jhon. 1996. Coastal zones Management Hand Book. Lewis Publisher, Boca Raton London New Cork Washington DC.

Cruz-Trinidad, Annabelle, Zoraida Alojado and Agnes Grace G. Cargamento. 1996. Options for Land Use Management in Lingayen Gulf, Philippines, p.64-77.

Cruz-Trinidad, 1996. Valuation of Tropical Coastal Resources : Theory and Application of Linear Programming. ICLARM Stud. Rev. 25.

Dahuri, R., J. Rais, M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dahuri, R. 1999. Pengelolaan Wilayah Pesisir dalam Kontek Pengembangan Kota Pantai dan Kawasan Pantai Secara Berkelanjutan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kemaritiman, Jakarta.

Dahuri, R. 2001. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Pesisir Indonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dinas Perikanan dan Kelautan DKI-Jakarta, (beberapa tahun). Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan, (beberapa tahun), Statistik Perikanan Indonesia.

Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, (beberapa tahun). Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan.


(2)

Dutton, I.M. 2002. Sustainable Development in the Fisheries Industry. Benefits of Implementing Proper and Suistainable Environmental Management. The Challenges Facing the Livesstock and Fisheries Industry in the AFTA 2002 and Globalization Era. International Conference. Bali International Convention Center, 17 - 19 July 2002. Bali.

Dykstra, D.P. (1984): Mathematical Programming for Natural Resource Management. McGraw-Hill, New York.

EEA. 2001. Eutrophication in Europe’s coastal waters. Topic report 7. European Environment Agency, Kongens Nytorv 6, 1050 Copenhagen K, Denmark. p. 8, 9.

ESRI. 1990. Understanding GIS :The Arc/Info Method. Environmental System Research Institute, Inc., Redlands, CA, USA.

European Commission Directorate General Joint Research Centre, 2002. Assessment and monitoring of eutrophication in coastal and marine waters, Wolfram Schrimpf, European Commission-Joint Research Centre, Institute for Environment & Sustainability, Inland & Marine Waters Unit.

Fauzi, Akhmad dan Suzyana. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan: Aplikasi Pendekatan RAPFISH (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Pesisir & Lautan. Volume 4, nomor 3.

Fauzi, A. dan Buchary. 2002. A Socio-economics Perspective of environmental degaradation at Kepulauan Seribu National Park, Indonesia. Coastal Management Journal Vol 30 (2). p. 167-181.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan.Isu Sintesis dan Gagasan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fauzi, A. dan Anna S. 2005. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fauzi, A, 2006. A Prodictive, dynamic model of Indonesi, Livereef fish the live in Brian Johsen and Being Eeating (Ed) Economic adn Marketing of the reef fish trade in Asia Pasific. ACIAR working paper.

Fedra, Kurt., Enrico Feoli. 1998. GIS Technology and Spatial Analysis in Coastal Zone Management. EEZ Technology, Ed 3.

Food and Agricultural Organization (FAO). 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. Fisheries Technical Paper No. 118. 43 p.


(3)

Food and Agricultural Organization (FAO). 1995. Code of Conduct for Resposible Fisheries. FAO. Rome.

Food and Agricultural Organization (FAO). 1999. Indicators for Suistainable Development of Marine Capture Fisheries. Technical Guidelines for Responsible Fisheries No. 8. Rome. 68 p.

Gordon, H. 1954. The Economic Theory of A Common Property Resource : The Fishery. Journal Political Economics, 62 : 124-142.

Gross, M.G. and Elizabeth Gross. 1996. Oceanography. A view of Earth. 7th edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Gulland, J.A. 1983. Fish Stock Assessment. A Manual of Basic Methods. FAO/Wiley Series on Food and Agricultural. Vol. 1. John Wiley & Sons, Chichester.

Hossain, Md. Shahadat and C. Kwei Lin 2001. Land Use Zoning for Integrated Coastal Zone Management: Remote Sensing, GIS and RRA Approach in Cox’s Bazar Coast, Bangladesh. ITCZM Monograph no 3, 25 pp.

Kay, R. And J. Alder. 1999 Coastal Planning and Management. E & FN Spon. London.

Liau, I Chiu. 1999. Aquacultur Develpopment Strategy in Asia for the 21st Century. in Robert A. R.Oliver (Ed) Sustainable Fishery Management in Asia. Asian Productivity Organisation.

Menteri Pertanian Republik Indonesia, 1990. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Kepmen) No.815 Tahun 1990 jo No. 428 Tahun 1999 jo. Kepmen Eksplorasi Laut dan Perikanan No. 45 Tahun 2000 tentang Perizinan Usaha Perikanan.

Kunarjo, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta Penerbit Universitas Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, 2004. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, Nomor Kep. 10/Men/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Nasendi, B.D. dan A. Anwar. (1985). Program Linear dan Variasinya. Gramedia.

Jakarta.

Nikijuluw, V. P. H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta. POT. Pustaka Cidesindo.

Noronha, Ligia., et all 2002. Coastal Tourism, Environment, and Sustainable Local Development. TERI, New Delhi India.


(4)

Nybaken, W.J. 1992 Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta.

Pakpahan, A., Hermanto dan M.H. Sawit, 1995. Kemiskinan di Pedesaan Konsep, Masalah dan Penanggulangannya. Kemiskinan di Pedesaan : Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Proseding Pengembangan Hasil Penelitian. Buku 1. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (1-12) 291 p.

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1998, Analisis Dampak Lingkungan Regional Reklamasi dan Revitalisasi Pantura Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Serang.2001. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Serang Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kawasan Pantai

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 1990 jo No. 46 Tahun 1993 jo No. 141 Tahun 2000 tentang Usaha Perikanan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.8 tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/Men.Kes/ Pen/IX/1990 Tentang Persyaratan Air Bersih.

Pinet, P.R., 2000. Invitation to Oceanography. Second Edition. Jones and Barlett Publishers, Sudbury, Massachusetts.

Pitcher, T.J, 1999. Rapfish, A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, and its Application to the Code of Conduct for Resfonsible Fisheries. Rome. Food and agriculture Organization of the United Nations.

Pitcher, T.J and D. Preikshot, 2001. Rapfish : A Rapid Appraisal Technique to Evaluate the Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research 49 (3): 255-270.

Pongthanapanich, Tipparat. 2006. Optimal Coastal Land Use and Management in Krabi, Thailand: Compromise Programming Approach. University of Southern Denmark.

Purwanto, 2002. Eksploitation Status and a Strategy For the Management of the Java Sea Fisheries. dalam F. Cholik, E.S. Heruwati, A. Jauzi dan P.I.


(5)

Basuki (Ed). Menggapai Cita-Cita Luhur, Perikanan Sebagai Sektor Andalan Nasional. Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI). Purwanto, 2003. Status and Management of the Java Sea Fisheries in Silvestre G,

L. Garces, I. Stobutzki, M. Ahmed, R.A. Valmonte-Santos, CLachica-Alino, P. Munro, V. Christensen and D. Pauli (Ed). Assesment, Management and Future Directions for Coastal Fisheries in Asian Countries. World fish Center Conference Proceding 67.

Presiden Republik Indonesia, 1980. Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPRES) No. 39 tahun 1980 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Trawl.

Presiden Republik Indonesia,1990.Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) No.32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Rangkuti, F. , 2005. Analisius SWOT, Teknik Membenah Kasus Bisnis.

Reorientasi Kosep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Schaefer, M. 1957. Some Consideration of Population Dynamic and Economic in Relation to the Management of the Commercial Marine Fisheries. Journal of Fisheries Research Board of Canada, 14(5): 669-081.

Seijo, J.C., O. Defeo and S. Salas.1998. Fisheries Bioeconomics : Theory, Modeling and Management. FAO Fisheries Technical Paper. Rome. Sorensen, J.C. and S.T. McCreary. 1990. Institutional Arrangement for Managing

Resources and Environment 2n ed. Coastal Publiation No. 1. Renewable Resources Information Series. US National Park Services and US Agency for International Development, Washington DC.

Sukardjo, Sukristijono, 2002. Integrated Coastal Zone Management (ICZM) in Indonesia: A View from a Magrove Ecologist. Southeast Asian, Vol. 40. No 2.

Tahir, Amiruddin., Dietrich G. Bengen, Setyo Budi Susilo. 2002. Analisis Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Balikpapan. Pesisir & Lautan Volume 4, no 3.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 Tentang Konservasi

Sumberdaya Alam.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ropinsi Daerah Khusus Ibukota.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. CV. Citra Utama. Jakarta.404 hal.

Yunis, Eugenio. 2001. Sustainable Development and Management of Tourism in Coastal Areas. World Tourism Organization, Madrid.

Yu, Homming Nanci A. Bermas, 2004. Integrated Coastal Management PEMSEA’S Practices and lessons learn. United Nation Institute for Training and Research (UNITAR)

Williams.1974. The Raw Material of Population Dynamics. In Gufland (Eds). Fish Population Dynamics. John Wiley & Sons, New York.