2 4
6 8
10 12
20 40
60 80
100 120
Fr e
ku e
n si
Nilai
Eksperimen Kontrol
atau landai kiri karena berharga negatif. Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di atas nilai rata-rata. Sedangkan tingkat kemiringan pada kelas
kontrol sebesar 0,11. Karena berharga positif, maka distribusi data miring positif atau landai kanan. Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di
bawah rata-rata. Secara visual perbandingan penyebaran data di kedua kelas yaitu kelas
diterapkan pembelajaran dengan model Creative Problem Solving CPS dan kelas yang diterapkan pendekatan konvensional dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Skor Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan kurva di atas, terlihat bahwa penyebaran skor kemampuan penalaran analogi matematik siswa pada kelas eksperimen
cenderung mengumpul di atas nilai rata-rata jika dibandingkan dengan kelas kontrol.
Tabel 4.2 Perbandingan Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Penalaran Analogi
No. Indikator
Rata-rata ̅ Skor
Eksperimen Kontrol
1. Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses analogi dari pola
barisan bilangan. 81,25
72,79
2. Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses analogi dari barisan
aritmatika atau geometri. 80,15
69,85
3. Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses analogi dari suku ke-n
barisan aritmatika atau geometri. 73,53
72,29
4. Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses analogi dari jumlah n
suku pertama deret aritmatika atau deret geometri.
66,54 56,62
5. Memberikan kesimpulan dari dua hal
yang berbeda berdasarkan keserupaan data atau proses analogi dari sifat-sifat
pada barisan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan
atau deret bilangan. 72,43
70,22
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perolehan nilai rata- rata kemampuan penalaran analogi matematik siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang ditinjau dari lima indikator kemampuan penalaran analogi matematik. Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata kemampuan penalaran
analogi matematik siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas konvensional untuk setiap indikatornya. Artinya siswa pada kelas
eksperimen memiliki kemampuan penalaran analogi matematik yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara lebih jelas perbandingan nilai
rata-rata siswa berdasarkan indikator kemampuan penalaran analogi matematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram
berikut ini:
Gambar 4.4 Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Penalaran Analogi
Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Penalaran Analogi
Keterangan: 1 = Pola Barisan Bilangan
2 = Barisan Aritmatika atau Geometri 3 = Suku ke-n Barisan Aritmatika Atau Geometri
4 = Jumlah n Suku Barisan Aritmatika atau Geometri
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5
Per sen
tase
Indikator
Eksperimen Kontrol
5 = Pemcahan Masalah yang Berkaitan dengan Barisan atau Deret Bilangan
B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi- kuadrat atau Chi-Square. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
mamnuhi kriteria diukur pada taraf signifikansi dan tingkat
kepercayaan tertentu.
a Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh dengan harga
= 5,56, sedangkan dari tabel harga kritis uji ChiSquare diperoleh
untuk jumlah sampel 34 dengan dk 3,00 pada taraf signifikansi
adalah 7,82. Karena kurang dari sama dengan
5,56 7,82, maka H
diterima, artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b Uji Normalitas Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol diperoleh dengan harga
= 2,01, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square diperoleh
untuk jumlah sampel 34 dengan dk 3,00 pada taraf signifikansi
adalah 7,82. Karena kurang dari sama dengan
2,01 7,82, maka H
diterima, artinya data yang terdapat pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya,
hasil perhitungan uji normalitas antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas N
�
hitung
tabel
Kesimpulan
Eksperimen 34
0,05 5,56
7,82 Berdistribusi Normal
Kontrol 34
0,05 2,01
7,82 Berdistribusi Normal
Karena pada kedua kelas kurang dari
, maka dapat disimpulkan bahwa data sampel kedua kelas berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Artinya kedua data sampel tersebut dianggap bisa mewakili populasi.
2. Uji Homogenitas Tes Penalaran Analogi Matematik Siswa
Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya untuk mengetahui
apakah kedua varians sampel homogen dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Fisher. Hasil perhitungan diperoleh nilai F
hitung
= 0,91 dan F
tabel
= 1,77 pada taraf signifikansi dengan derajat kebebasan
pembilang 33 dan derajat kebebasan penyebut 33. Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelas Jumlah
Sampel Varians
s
2
F
hitung
F
tabel
α=0,05 Kesimpulan
Eksperimen 34
226,47 0,91
1,77 Homogen
Kontrol 34
206,30
Karena F
hitung
lebih kecil dari F
tabel
0,91 ≤ 1,77, maka H
diterima, artinya kedua varians populasi homogen.
�
C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa kelas eksperimen yang menggunakan model CPS
lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan rata-rata tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa kelas kontrol yang menggunakan
pendekatan konvensional. Pengujian dilakukan dengan uji-t. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel
homogen, maka diperoleh t
hitung
= 1,76. Menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5, atau
diperoleh harga t
tabel
= 1,76. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji-t
t
hitung
t
tabel
α = 0,05 Kesimpulan
1,76 1,67
Tolak H
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
1,76
1,67 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima dengan taraf signifikansi 5. Berikut sketsa kurvanya:
Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, terlihat bahwa nilai t
hitung
, yaitu 1,76 lebih besar dari t
tabel
yaitu 1,67, artinya jelas bahwa t
hitung
jatuh pada daerah penolakan H
daerah kritis. Sehingga dapat disimpulkan H ditolak dan H
1
diterima dengan taraf signifikansi 5. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model CPS lebih tinggi secara signifikan daripada rata- rata hasil tes kemampuan penalaran analogi matematik siswa yang diajarkan
dengan pendekatan konvensional.
D. Pembahasan
1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penelitian ini dilakukan di sekolah yang tidak menerapkan pengklasifikasian antara kelas unggul dan kelas tidak unggul, sehingga dalam
proses pembelajaran hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat yang dapat mengikuti pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali
pertemuan dengan rincian 7 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Peneliti menggunakan dua kelas yang
dijadikan sebagai sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan.
Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving CPS, kegiatan pembelajaran
berpusat pada guru teacher centered. Siswa hanya datang, duduk, dengar, catat dan hafal di kelas sehingga mereka kurang diberi kesempatan untuk
mengembangkan ide-ide dalam pikiran mereka guna menyelesaikan soal yang ada, akibatnya kemampuan penalaran analogi mereka masih tergolong rendah.
Sebagai bukti ketika siswa diberi soal yang berbeda dari soal-soal yang pernah diberikan oleh guru, mereka mengalami kesulitan untuk
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami soal akan tetapi mereka hanya terbiasa menghafal soal saja. Selain itu, ketika siswa
diminta membuat model matematika dari soal cerita kebanyakan dari mereka tidak mengerti dan ketika diminta menjelaskan hasil pekerjaannya banyak