Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
penalaran analogi merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, beliau menyatakan bahwa
kemampuan penalaran analogi perlu ditingkatkan dengan cara menggunakan model pembelajaran yang beragam. Karena selama ini guru sudah
menggunakan beberapa model pembelajaran namun dirasa kurang untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa.
Dalam pembelajaran di kelas, guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ekspositori. Meskipun guru mengakui sedang berusaha
menerapkan pendekatan scientific yang diusung oleh kurikulum 2013, namun kenyataannya pembelajaran di kelas tetap bersumber pada guru. Siswa hanya
mendapatkan informasi dari guru tanpa mengembangkan kreativitasnya. Siswa tidak dilatih untuk menyelesaikan masalah secara kreatif yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif serta mudah merasa jenuh dalam proses pembelajaran.
Menurut Suryosubroto, “Dalam proses pembelajaran yang sangat perlu mendapat perhatian oleh guru adalah sumbang saran brainstorming
siswa dalam memecahkan masalah ”.
6
Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas. Guru harus mampu
mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Guru harus mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat
mengelola sumber belajar yang diperlukan. Di sisi lain, siswa harus terlibat dalam proses belajar, mereka dilatih untuk menjelajah, mencari,
mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Mereka
dibimbing agar mampu menentukan kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, serta menyeleksi dan memberi arti pada informasi baru.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran analogi matematik siswa masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena
pembelajaran konsep dan prosedur yang diterapkan selama ini di sekolah
6
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, h.197.
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam menemukan menemukan berbagai strategi pemecahan masalah sehingga
siswa hanya menghafalkan saja semua rumus atau konsep tanpa memahami maknanya dan tidak mampu menerapkannya dalam problem solving. Selain
itu, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa belum diarahkan untuk aktif dalam pembelajaran sehingga kreativitasnya pun belum
mampu dikembangkan. Model problem solving merupakan suatu alternatif yang dapat
meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematik siswa. Model problem solving dinilai sebagai proses pemerolehan atau pembentukan
pengetahuan. Dengan model problem solving, siswa dilatih bagaimana ia mampu menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan konsep yang
telah ia miliki. Siswa akan berlatih menyelesaikan berbagai masalah dengan mengkaitkan suatu materi dengan materi yang lain, menarik keserupaan
antara materi yang telah ia pelajari sebelumnya dan mengkaitkannya dengan materi yang sedang dipelajarinya saat ini. Dengan demikian, siswa akan
terbiasa pula untuk menggunakan penalarannya, terutama penalaran analogi matematiknya.
Proses pemecahan
masalah atau
problem solving
perlu mengembangkan berpikir kreatif ketika menganalisis atau mengidentifikasi
masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide- ide atau metode penyelesaian masalah dan mengidentifikasi kemungkinan
solusi dari masalah tersebut. Model pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut model Creative Problem Solving. Dalam penelitian ini,
model pembelajaran yang dipilih adalah model Creative Problem Solving. Model pembelajaran Creative Problem Solving CPS merupakan
suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan
keterampilan. Dalam Suryosubroto dijelaskan bahwa pembelajaran yang menerapkan Creative Problem Solving, peran pendidik lebih menempatkan
diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar, baik secara
individual maupun kelompok.
7
Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar dan siswa akan lebih berperan aktif dalam pembentukan
pemahamannya dengan konteks pemecahan masalah kreatif. Model Creative Problem Solving melatih siswa untuk berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih
dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
8
Pada pembelajaran siswa akan dihadapkan suatu masalah yang harus diselesaikan.
Pada model ini siswa akan dilatih untuk berpikir divergen dan konvergen untuk mendapatkan pemecahan masalah yang paling tepat.
Model pembelajaran Creative Problem Solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pemecahan masalah.
Dengan aktivitas tersebut, diharapkan siswa akan terlatih untuk bernalar serta kreatif dalam memecahkan masalah. Dengan masalah matematika yang
beragam dan menekankan kreativitas maka siswa akan terlatih untuk menggunakan penalaran analoginya secara baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving CPS Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik
Siswa”.