tersebut adalah soal nomer 2d, 2e, dan 4c. Peneliti kemudian melakukan revisi pada ketiga soal yang tidak valid tersebut dan selanjutnya
mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Dosen pembimbing kemudian melakukan penilaian secara expert judgment terhadap ketiga
soal yang telah direvisi tersebut, yaitu dengan cara membandingkan isi item soal dengan kisi-kisi soal yang telah ditentukan sebelumnya.
Sementara itu instrumen secara keseluruhan dikatakan reliabel jika hasil perhitungan koefisien reliabilitas alpha r
11
lebih besar dari 0,75. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus
alpha diperoleh bahwa koefisien reliabilitas alpha r
11
dari instrumen yang diuji adalah sebesar 0,85 Lih. Lampiran B.10 Hal. 139. Karena hasil
perhitungan r
11
0,75, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tes hasil belajar yang diuji memiliki reliabilitas yang tinggi, sehingga dianggap
mampu untuk mengukur hasil belajar siswa dengan baik.
3. Wawancara Analisis Kebubutuhan
Wawancara analisis kebutuhan menjadi tindak lanjut peneliti setelah memperoleh ijin dari pihak sekolah untuk melakukan penelitian di
SMP Marganingsih. Setelah melakukan diskusi bersama dengan guru matematika yang bersangkutan, yaitu Bapak Benediktus Subekti, akhirnya
disepakati bahwa wawancara analisis kebutuhan dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Mei 2013 bertempat di kediaman Bapak Bekti. Hasil
wawancara ini menjadi pijakan serta bahan pertimbangan bagi peneliti
untuk mendesain dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru, siswa, maupun sarana dan prasarana yang ada.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti:
Tabel 4.2
Transkrip Hasil Wawancara
P
1
: Apa saja obyek yang dipelajari di dalam materi kesebangunan bagi siswa kelas
IX di SMP Marganingsih Muntilan?
G
1
: Obyek yang dipelajari itu yang pertama bangun datar yang sebangun, terus
masuk ke bangun datar yang kongruen, terus segitiga sebangun, segitiga kongruen, terus biasanya penerapan.
Pertama memang materi prasyarat dulu harus dipelajari, yaitu bangun datar. Bangun datar itu yang seperti apa?Lalu sifat-sifatnya seperti apa?Tapi nanti
ada, habis itu juga ada kesebangunan kan model dan skala, itu diselipkan juga karena itu sudah pernah dipelajari, di SD sudah pernah. Skala terus model
berskala itu dibutuhkan, karena kesebangunan nanti dasarnya itu. Terus kesebangunan, masuk ke bangun datar itu, bangun datar itu ya yang
paling sering persegi panjang dan trapesium. Terus nanti yang paling banyak memang segitiga. Segitiga, soalnya itu yang
baru. Jadi masih baru, belum ada di SMP.
Kalau secara lengkap ya saya tidak hafal.
P
2
: Faktor-faktor konseprumusketerampilan tertentukhusus apa saja yang harus
sampai pada siswa saat mempelajari materi kesebangunan?
G
2
: Itu yang jelas ya konsep kesebangunan, jelas itu. Kesebangunan itu yang
bagaimana? Terus konsep kekongruenan. Setelah itu, nanti kan kesebangunan itu bisa dipakai pada segitiga-segitiga,
misalnya segitiga yang ada garis tinggi, terus segitiga dengan garis sejajar dengan alas.
Nanti aplikasinya ya misalnya, untuk mencari tinggi pohon, terus mencari jarak di pigura yang ada fotonya, nah itu kalau diketahui jarak atas dan
samping misalnya, jarak bawahnya berapa? Itu yang dipelajari siswa sampai aplikasinya.
Kalau keterampilannya, ya paling menggambare itu lho. Menggambar dari konsep kesebangunan, terus digambar, disketsa itu lho. Karena itu penting,
karena kalau tidak bisa membuat sketsa itu, ya nanti mungkin bisa salah. Soal cerita kalau tidak bisa mensketsa biasanya tidak bisa. Keterampilannya itu.
Kalau rumus, kalau konsepnya itu sudah tahu kesebangunan, rumusnya nanti akan ketemu sendiri, kan hanya sisi yang bersesuaian perbandingannya sama.
Nah harus bisa to mencari sisi yang bersesuaian. Oh berarti diapit sudut yang sama misalnya, atau di depan sudut yang sama.
Terus nanti kalau pada penerapan soal, misalnya ada trapesium, terus tengahnya ada garis sejajar dan jaraknya misalnya berapa gitu, nanti ada
rumusnya. Terus misalnya ada segitiga siku-siku, dicari garis tinggi, jarak, nah itu ada rumusnya.
Kalau sudah tahu kesebangunan sebenarnya ndak pakai rumus itu ya bisa. Tapi kalau dengan rumus itu, kalau yang suka menghafal rumus langsung diketahui.
P
3
: Berdasarkan pengalaman Anda, pada bagian mana Anda sebagai guru
matematika mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi kesebangunan?
G
3
: Anu, pertama konsepnya. Supaya siswa paham konsep itu, nah itu agak sulit itu.
Paham konsep, konsep kesebangunan dan kongruen. Nah kalau konsep sudah paham dengan mudah bisa membedakan, kalau belum paham ya ndak mudeng-
mudeng untuk membedakan ini kongruen atau sebangun, itu kalau konsepnya tidak masuk haa ini kesulitan.
Terus itu tadi, mensketsa dari soal cerita, karena itu lain soal kan kadang lain. Nah itu ya emang dasar, kalau sudah dari awal, misalnya dari kelas tujuh atau
dari SD sudah bisa dengan matematika dan senang biasanya bisa. Tapi kadang kan dari SD sudah ndak bisa, kelas 7 ya ndak bisa, kelas 8 ya ndak bisa, kelas 9
ya sama saja gitu lho. Itu masalahnya tidak hanya kelas 9 pada kesebangunan.
P
4
: Apakah Anda menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan bahan
ajar matematika? Media pembelajaran apa saja yang digunakan?
G
4
: Saya itu dulu pernah tapi tidak saya pakai lagi, saya pernah pakai LCD itu, tapi
ta pikir-pikir lebih mudah dipahami dengan benda konkrit.
P
5
: Menurut Anda bagaimana kondisi atau karakteristik dari para calon siswa kelas
IX tahun ajaran 20132014?
G
5
: Sangat heterogen, jadi ada yang pinter, ada yang sangat kurang sekali. Kalau
dari papua itu biasanya sangat kurang, walaupun katanya di sana pinter. Itu ya saya tidak katakan dengan siswa tapi pengamatan saya. Jadi ya sangat
heterogen sekali, jadi ada yang pinter, ada yang sedang, ada yang kurang, ada yang sangat kurang. Kalau ulangan itu ya ada yang 100, ada yang 80, 60, 40,
sampai ada yang nilainya 17.
P
6
: Bagaimana karakter atau pengenalan siswa terhadap teknologi?
G
6
: Kalau itu, ya sebagian besar siswa memahami.
P
7
: Bagaimana karakter siswa sendiri pada saat pembelajaran berlangsung? Ramai
atau aktif?
G
7
: Ya banyak yang suka ramai, terus spontan. Ada apa itu mesti ditanggapi,
ngomong apa, gurune rambut e piye itu ditanggepi. Jadi spontan dan ramai itu sudah hampir semua kelas. Apalagi yang ini besok kelas tiga itu terkenal ramai.
Dan kalau proses belajar harusnya mengenal satu-satu siswa. Kalau hanya keseluruhan itu mesti ramai.
Kalau keaktifan banyak yang aktif. Sampai-sampai siswa itu yang tidak perlu ditanyakan, malah ditanyakan. Banyak yang aktif, banyak yang tanya. Nanti
lama-lama kadang jengkel gurune, bar diomongke, dijelaske ngono ditanyakan. Nek gurune ra sabar ngono ya jengkel tenan.
P
8
: Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Marganingsih
Muntilan?
G
8
: Kalau sarananya memang kalau LCD baru ada tiga, harus ngotong-ngotong. Di
kelas ada tv, dulu dipakai buat dvd interaktif tapi ya tidak begitu bagus. Kalau laboratorium matematika tidak ada, kalau laboratorium komputer ada,
laboratorium bahasa juga ada. Jaringan internet ada tapi kadang-kadang ngandat karena memang kecil.
Keterangan : P : Peneliti
G : Guru
Hasil wawancara tersebut akan dianalisis dan selanjutnya akan digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi peneliti dalam mendesain dan mengembangkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
4. Tahapan Pengembangan Produk
Mengembangkan dan menghasilkan produk pembelajaran berupa media pembelajaran interaktif menjadi tujuan utama dari penelitian
pengembangan yang dilakukan oleh peneliti. Untuk mengembangkan dan menghasilkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
maupun guru, peneliti melakukan beberapa tahapan pengembangan. Setidaknya terdapat tiga tahapan utama yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghasilkan media pembelajaran yang dibutuhkan sebelum media pembelajaran tersebut diujicobakan dan dievaluasi.
a. Tahap Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian analisis terkait dengan kebutuhan siswa dan guru terhadap media
pembelajaran yang akan dikembangkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa Bapak Bekti selaku guru
matematika kelas IX A lebih sering menggunakan media konvensional seperti halnya benda-benda konkret Lih. Tabel 4.2
Jawaban G
4
. Namun mengingat bahwa karakter siswa kelas IX A yang begitu heterogen dan sebagian besar memahami dan mengerti
akan teknologi yang kini semakin berkembang Lih. Tabel 4.2 Jawaban G
5
dan G
6
, maka peneliti akan mencoba untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran yang berbasis
komputer agar para siswa mengalami cara belajar yang berbeda dari yang biasanya.