33
Keraf juga mengungkapkan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris yaitu 1 memperluas pengetahuan, 2
menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, 3 didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, dan 4 bahasanya lebih condong ke bahasa
informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif. Sedangkan narasi sugestif yaitu 1 menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat, 2
menimbulkan daya khayal, 3 penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar, dan 4
kata-kata konotatif. Keraf 1987:141 juga mengungkapkan bahwa berdasarkan bentuknya
narasi dapat dibedakan atas narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Contoh narasi fiktif adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng. Sedangkan contoh narasi nonfiktif
adalah sejarah, biografi, dan autobiografi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis narasi ada dua, yaitu
narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Sedangkan jenis narasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah narasi ekspositoris karena sesuai dengan topik yang akan
dipakai pada saat pembelajaran yaitu menulis teks wawancara.
2.2.2.5 Struktur Narasi
Sebuah struktur dapat dilihat dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila ia terdiri dari bagian-bagian yang
secara fungsional berhubungan satu sama lain. Demikian pula dengan narasi. Struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya,
34
seperti 1 Alur plot adalah rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi, yang berusaha memulihkan
situasi narasi ke dalam situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana situasi
dan perasaan karakter tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan Keraf 1997:148. 2 Perbuatan merupakan tindak
tanduk atau perbuatan sebagai suatu unsur dalam alur selain karakter, latar, dan sudut pandang juga mereka sebuah struktur atau membentuk sebuah struktur.
Dalam narasi, tiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya, sehingga pembaca merasakan seolah-olah mereka
sendirilah yang menyaksikan semua itu. Setiap perbuatan atau rangkaian tindakan itu harus dijalin satu sama lain dalam suatu hubungan yang logis. Hubungan yang
logis antara tindak-tanduk dalam sebuah narasi akan lahir sebuah kausalitas, sebagai hukum sebab-akibat. Sesuatu perbuatan akan menimbulkan perbuatan
yang lain, sehingga terjadi rangkaian perbuatan. Perbuatan atau tindak-tanduk dalam sebuah narasi harus dilihat sebagai suatu arus gerak yang kesinambungan
sepanjang waktu. Dengan demikian, rangkaian tindakan tersebut dapat dilihat sebagai rangkaian adegan-adegan ataupun sebagai suatu kesatuan yang diikat oleh
waktu. 3 Penokohan adalah tokoh-tokoh dalam sebuah narasi dan karakterisasi adalah cara seorang penulis menggambarkan tokoh-tokohnya. Penokohan
karakterisasi dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi
35
gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya pendukung karakter sejalan tindaknya kata dan perbuatan. Narasi yang baik akan
memperhatikan masalah interelasi antar tokohnya dan tindak-taduk mereka. Untuk memahami aksi, kita harus memahami tokoh yang terlibat, wujud fisiknya,
motifasinya, dan tanggapannya. Untuk mengungkapkan sebuah tindakan sehingga memuaskan, kita harus menampilkan seorang tokoh. Proses menampilkan dan
menggambarkan tokoh-tokoh melalui karakter-karakternya itu disebut penokohan Keraf 1987:164. 4 Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar
disebut juga setting. Latar cerita meliputi waktu dan tempat. Jadi, latar cerita menunjukkan waktu terjadinya peristiwa dan tempat terjadinya peristiwa.
Biasanya latar muncul pada semua bagian atau penggalan cerita. 5 Sudut pandang
, peranan sudut pandang sangat penting sebagai teknik untuk menggarap sebuah narasi. Sudut pandang dalam narasi mempersoalkan bagaimana pertalian
atara seorang yang mengisahkan narasi itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah itu. Orang yang membawakan pengisahan itu dapat
bertindak sebagai pengamat observer saja, atau sebagai peserta participant terhadap seluruh tindak-tanduk yang dikisahkan. Tujuan sudut pandang adalah
sebagai suatu pedoman atau panduan bagi pembaca mengenai perbuatan atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah pengisahan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa sudut pandang dalam narasi mempersoalkan: siapakah narator dalam narasi itu, dan apa atau bagaimana relasinya dengan seluruh proses tindak-tanduk
karakter-karakter dalam narasi. Sudut pandang dalam sebuah narasi dibedakan menjadi dua, yaitu a sudut pandang orang pertama, dan b sudut pandang orang
36
ketiga. a Sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandangan terbatas limited point of view.
Sudut pandangan ini disebut demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat atau apa yang dialami sendiri
sebagai pengisah atau narator. Kadang-kadang pengisah adalah tokoh utama dalam narasi sehingga kita melihat perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh
dalam narasi itu melalui mata kepala pengisah yang terlibat langsung dalam narasi itu. b Sudut pandangan orang ketiga yaitu secara eksplisit dinyatakan dengan
mempergunakan kata ganti dia. Dalam tipe ini, penulis menyampaikan secara impersonal pengalaman tokoh-tokoh yang terlibat dalam interaksi dalam narasi.
Mengisahkan sesuatu secara impersonal maksudnya pengarang tindak tampil sebagai pengisah, tetapi untuk itu ia menghadirkan seorang narrator yang tak
berbadan, yang menyaksikan berlangsungnya gerak dan tindak tanduk dalam seluruh narasi. Relasi antara pengisah yang tak terwujud ini dengan seluruh
tindak-tanduk itu adalah bahwa ia sebagai penonton. Jadi, sudut pandang dalam narasi itu menyatakan fungsi seorang
pengisah narrator dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian sebagai participant , atau sebagai pengamat
oserver terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi. Berdasarkan uraian tentang struktur narasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa struktur narasi terdiri atas komponen-komponen yang membentuknya, yaitu alur plot, perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.
37
2.2.2.6 Langkah-langkah Menulis Narasi