Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menulis tidak sekadar menata huruf, tetapi banyak hal yang harus dipahami, misalnya ejaan, penggunaan tanda baca, pilihan kata yang tepat, penyusunan kalimat, dan penguasaan teknik penulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif Tarigan, 1986. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Keterampilan menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal tersebut, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar. Untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan atau pemberitahuan, dan mempengaruhi. Maksud seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan jelas. Kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat Morsey dalam Tarigan, 1986:4. Di dalam dunia pendidikan, menulis mempunyai arti yang sangat penting. Siswa yang sering menulis, akan menjadi terampil dan terarah kemampuan berekspresinya, sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan berpikir. Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. 2 Menulis adalah suatu proses pembelajaran dari berbagai macam kesulitan dan kegagalan. Prinsip menulis adalah keterampilan Skill, mungkin tepat dalam kasus ini. Artinya, menulis adalah hal yang nyata yang bisa dipelajari dengan ketentuan dan kemampuan untuk terus mempraktikkannya. Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks, yaitu meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol grafik itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa Akhadiah dkk. 1988;2. Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulisan. Hal senada disampaikan oleh Subyantoro dan Hartono 2003:1 yang menyebutkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih, kemampuan menulis akan meningkat. Untuk itu, keterampilan menulis siswa perlu ditumbuh kembangkan dan diharapkan mampu menulis hasil wawancara. Keterampilan menulis hasil wawancara ditegaskan pada kurikulum berbasis kompetensi disebutkan pada materi menulis kelas antara lain : menulis hasil wawancara. Sementara itu, disebutkan pada standart kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia yaitu : mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan yang terdapat dalam berbagai ragam tulisan non 3 sastra serta menuliskannya dalam berbagai bentuk paragraf naratif, deskriptif, eksposisi dan argumentatif Depdiknas, 2003 : II Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan secara efektif. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu mendapat perhatian sejak pendidikan dasar. Salah satu keterampilan menulis adalah hasil wawancara. Memang dilihat sturkturnya sangatlah sederhana, akan tetapi masih banyak siswa yang ternyata kemampuan menulis hasil wawancara masih rendah bila dibandingkan dengan keterampilan menulis lainnya. Hal ini disebabkan dalam menulis hasil wawancara dibutuhkan banyak proses dan materi, misalnya cara menulis sumber untuk diwawancarai, menyusun daftar pertanyaan, mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara, dan menuliskan hasil wawancara kedalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar. Berbeda halnya dengan menulis narasi atau deskripsi. Siswa langsung menulisnya tanpa ada proses yang lain. Faktor siswa juga mempengaruhi dalam kemampuan menulis hasil wawancara. Dari faktor siswa, mereka kurang termotifasi dalam menulis hasil wawancara. Siswa cenderung malas apabila diperintah oleh guru untuk menulis hasil wawancara. Dengan adanya siswa yang malas dan kurang berfariasi dan monoton. Selama ini pembelajaran menulis hasil wawancara yang dilakukan guru masih menggunakan strategi ceramah dan pemberian contoh. Tujuan teknik pembelajaran menulis berita adalah agar siswa dapat menulis dalam bentuk narasi melalui pengamatan, wawancara maupun hasil 4 bacaan dalam sebuah aktivitas berdasarkan prinsip-prinsip sebuah berita. Alat yang dibutuhkan adalah kertas kerja atau buku siswa. Dalam proses belajar mengajar memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, yaitu komunikasi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Berhasil tidaknya pembelajran di sekolah ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor dari siswa, faktor dari guru, dan suasana belajar yang kondusif. Menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Dalam kegiatan belajar mengajar ini keterampilan menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi pada kelas VII F SMP Negeri 01 Kandeman Batang, belum pernah diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan adanya pembelajaran ini akan meningkatkan keterampilan menulis hasil wawancara menjadi narasi dengan cara menggunakan teknik menulis berita. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu ibu Ermina, diketahuai keterampilan menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi kelas VII F Negeri 01 Kandeman Batang masih rendah, terutama dalam menulis hasil wawancara menjadi narasi. Disini peneliti juga dibantu kolabolator yaitu bpk Khasobar yang menjabarkan masalah-masalah pada kelas VII F terutama pada keterampilan menulis. Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis hasil wawancara menjadi narasi disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah minimnya pengetahuan tentang menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi 5 serta srategi yang digunakan oleh guru kurang memotifasi siswa dalam proses belajar mengajar. Dan minat siswa yang masih kurang dalam membuat narasi. Bahkan kecenderungan perilaku siswa yang kurang kondusif dalam proses pembelajaran dikelas. Sebenarnya upaya peningkatan keterampilan menulis narasi sudah banyak dilakukan oleh guru, akan tetapi hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena pembelajaran yang disampaikan oleh guru masih berjalan satu arah artinya hanya guru yang aktif di dalam kelas. Padahal dalam proses belajar mengajar siswa diharuskan lebih aktif, proaktif, pembelajaran menyenangkan serta memunculkan ide-ide kreatif. Penerapan Kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi menggantikan kurikulum sebelumnya diharapkan dapat mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Dalam kurikulum berbasis kompetensi menghendaki terwujutnya suasana belajar mengajar yang melibatkan siswa lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa dituntut secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki. Kurikulum Berbasis Kompetensi mempunyai standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTS adalah 1 mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra maupun non sastra; 2 mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan; 3 mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; 4 mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan 6 perasaan dalam berbagai ragam tulisan; 5 mampu mengekspresikan berbagai ragam sastra Depdiknas 2003:4 Dalam standar kompetensi tersebut ada beberapa kompetensi dasar yang disertai dengan indikator yang harus ditempuh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kompetensi dasar yang harus ditempuh untuk mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi. Untuk itu, akan diterapkan pembelajaran dengan teknik menulis berita. Alasan yang mendorong peneliti memilih keterampilan menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi adalah keterampilan menulis belum dikuasai siswa, siswa merasa bosan dengan metode ceramah yang selama ini digunakan oleh guru. Upayakan kegiatan menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi ini dirancang dengan tepat agar siswa senang, tertarik dan menantang, waktu pengamatan dapat diatur dalam waktu singkat maupun panjang. Kegiatan ini dapat berupa berita aktual atau berita menarik yang berdasarkan aktivitas mereka sehari - hari diluar kelas ciri - ciri kehidupan senyatanya. Latihan - latihan dalam bentuk menulis narasi pada dasarnya melaksanakan tugas - tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dalam proses pembelajaran ini, siswa akan lebih santai tanpa ada rasa takut atau malu dalam melakukan wawancara. Keberhasilan siswa dalam menulis hasil wawancara dipengaruhi oleh wawancara yang dilakukan. Sehingga kegiatan wawancara ini perlu dilakukan sebaik mungkin sebelum siswa menulis hasil wawancara khususnya untuk memperoleh informasi secara lengkap dari narasumber. Dengan teknik menulis berita inilah 7 maka siswa bebas untuk mengekpresikan dirinya dalam melakukan wawancara dengan guru, staf karyawan atau para pedagang secara langsung. Hal ini mendorong siswa lebih percaya diri dan lebih aktif dalam kelompok. Untuk itulah, siswa akan saling bekerjasama dalam setiap kelompoknya dan bersaing untuk mencapai kompetensi yang diharapkan khususnya dalam menulis hasil wawancara yang telah dilakukan. Dengan menggunakan komponen pemodelan teknik menulis berita maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan pembelajaran menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi pada siswa kelas VII F SMP Negeri 01 Kandeman Batang. Dan dengan pemodelan ini siswa akan berhasil karena siswa dalam keadaan santai sehingga lebih mudah dalam memahami pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam menulis hasil wawancara dalam bentuk narasi, karena siswa seolah - olah menghadapi kehidupan yang nyata dan dalam situasi yang santai. Dengan teknik menulis berita maka kompetensi siswa bisa tercapai dan kemampuan siswa dalam menulis hasil wawancara menjadi lebih bervariasi.

1.2 Identifikasi Masalah