Six Sigma LANDASAN TEORI

• Peningkatan nilai untuk konsumen • Menghilangkan biaya yang tidak memiliki nilai tambah 4 Defenisi itu juga akurat karena istilah six sigma sendiri merujuk pada target kinerja operasi yang diukur secara statistik dengan hanya 3,4 cacat untuk setiap juta aktivitas atau peluang. Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk barang danatau jasa diproses pada tingkat kualitas Six sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan demikian Six sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok industri dan pelanggan pasar. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4- sigma, 4-sigma lebih baik dari 3-sigma. Six sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa dramatic di tingkat bawah. Six sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses process capability. Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six sigma, yaitu : 1. Identifikasi pelanggan. 4 Oakland, S Jhon, Statistical Process Controll, Fifth Edition, Great Britain by Biddles Ltd, University of Leeds Businees School. 2. Identifikasi produk. 3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan. 4. Definisi proses. 5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan semua pemborosan yang ada.

6. Tingkatkan proses secara terus menerus menuju target Six sigma.

Apabila konsep six sigma akan diterapkan dalam bidang manufaktur, perhatikan enam aspek berikut: 1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan anda 2. Mengklasifikasi semua karakteristik kualitas sebagai CTQ critical to quality individual. 3. Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dll. 4. Menentukan batas maksimun toleransi untuk setiap CTQ sesuai dengan keinginan pelanggan menentukan USL dan LSL ddari setiap CTQ. 5. Menentukan maksimun variasi proses untuk setiap CTQ menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ. 6. Mengubah desain produk atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target six sigma, yang berarti memiliki indeks kemampuan proses, Cpm minimum sama dengan dua Cpm ≥ 2. Pendekatan pengendalian proses 6-sigma Motorola Motorola’s Six sigma process control mengizinkan adanya pergesaran nilai rata-rata mean setiap CTQ individual dari proses industri terhadap nilai spesifikasi target T sebesar ± 1,5-sigma, sehingga akan menghasilkan 3,4 DPMO defects per million opportunities. Dengan demikian berdasarkan konsep Six sigma Motorola, berlaku toleransi penyimpangan mean - target = μ - T = ± 1,5σ, atau μ = T ± 1,5σ. Proses Six sigma dengan distribusi normal yang mengizinkan nilai rata- rata mean proses bergeser 1,5σ dari nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Konsep Six sigma Motorola dengan Distribusi Normal Bergeser 1,5 -Sigma Perlu dicatat dan dipahami sejak awal bahwa konsep Six sigma Motorola dengan pergeseran nilai rata-rata mean dari proses yang diizinkan sebesar 1,5σ 1,5 standar deviasi maksimum adalah berbeda dari konsep Six sigma dalam distribusi normal yang umum dipahami selama ini yang tidak mengizinkan pergesearan dalam nilai rata-rata mean dari proses. Perbedaan ini ditunjukkan dalam Tabel 3.1 5 Tabel 3.1. Perbedaan True 6-Sigma dengan Motorola’s 6-Sigma 5 Vincent, Gaspers, Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, pp. 9-11 + 6σ - 6σ T + 1,5 σ - 1,5 σ UCL LSL - 3σ + 1σ mean - 1σ + 2σ - 2σ + 3σ True 6-Sigma Process Normal Distribution Centered Motorola’s 6-Sigma Process Normal Distribution Shifted 1,5- Sigma LSL – USL LSL – USL DPMO LSL – USL LSL – USL DPMO ± 1-sigma 68,27 317.300 ± 1-sigma 30,8538 691.462 ± 2-sigma 95,45 45.500 ± 2-sigma 69,1462 308.538 ± 3-sigma 99,73 2.700 ± 3-sigma 93,3193 66.807 ± 4-sigma 99,9937 63 ± 4-sigma 99,3790 6.210 ± 5-sigma 99,999943 0,57 ± 5-sigma 99,9767 233 6-sigma 99,9999998 0,002 ± 6-sigma 99,99966 3,4 Sumber : Vincent Gaspersz, 2002

3.3. Critical to Quality CTQ

6

3.4. Defects per Million Opportunities DPMO

Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada pelanggan. Karakteristik kualitas CTQ kunci seyogiyanya berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan, yang diturunkan langsung dari persyarata-persyaratan output dari pelanyanan. Adalah ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas six sigma, yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas six sigma Motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan sebagai 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi, tetapi 6 Vincent, Gaspers, Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, pp. 6 diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal darai suatu karakteristik CTQ critical to quality adalah 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO.

3.5. Tahapan-tahapan Six Sigma

Merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta. Penentuan kualitan Six Sigma dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Define, Measure, Analyze, Improve, Control DMAIC. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

3.5.1. Define

Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan- persyaratan pelanggan dan membangun tim. Fase ini tidak banyak menggunakan statistik Hendradi 2006. Define merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas six sigma. Pada fase ini Tahap ini mendefinisikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Sebelum mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dalam proyek six sigma, disini kita perlu mengetahui model proses SIPOC Supplier, Input, Process, Output, Costumer dan peta kerja.

3.5.1.1. Diagram SIPOC

SIPOC merupakan suatu alat yang berguna dan paling banyak dipergunakan dalam menajemen dan peningkatan proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam system kualitas yaitu: • Suppliers – merupakan orang atau kelompok orang yang memberikan informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub-proses, maka sub-proses sebelumnya dapat dianggap sebagai pemasok internal internal suppliers. • Inputs – adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok suppliers kepada proses. • Process – merupakan sekumpulan langkah yang mentransformasi secara ideal, menambah nilai kepada inputs proses transformasi nilai tambah kepada input. Suatu proses biasanya terdiri dari bebarapa sub-proses. • Output – merupakan produk barang atau jasa dari suatu proses. Dalam industri manufaktur output dapat berupa barang setengah jadi ataupun barang jadi. • Costumers – merupakan orang atau kelompok orang, atau sub-proses yang menerima output. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub-proses, maka sub-proses berikutnya dapat diangkat sebagai pelanggan internal. Dibawah ini merupakan contoh dari diagram SIPOC.

Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

2 62 116

Analisa Kadar Nitrogen Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3 Metode Kjeldhal

43 205 56

Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf

0 26 45

INDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECACATAN PRODUK MIE SNACK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. SIANTAR TOP TBK SURABAYA.

3 13 90

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO.

17 50 129

Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

0 0 14

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

0 1 13

Aplikasi Six Sigma Untuk Menganalisis Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan Produk Crumb Rubber Sir 20 Pada PT.Hadi Baru

0 0 24

Aplikasi Six Sigma Untuk Menganalisis Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan Produk Crumb Rubber Sir 20 Pada PT.Hadi Baru

0 0 18

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO

1 1 20