Analisis C ause Effect Diagram

a. Kemampuan rendah Skill rendah disebabkan pendidikan yang rendah dapat dilihat dengan kurangnya pengetahuan akan pentingnya tingkat kebersihan bahan baku produk sehingga berpengaruh terhadap cara kerja operator dibagian lantai produksi. b. Tidak disiplin Tidak disiplin diakibatkan oleh kurangnya pengawasan dari mandor pada saat operator bekerja sehingga operator bekerja tidak sesuai dengan standar. c. Kelalaian Penyebabnya adalah kurang konsentrasinya operator pada saat bekerja sehingga pengamatan akan kebersihan bahan baku pada saat proses produksi berlangsung sering luput dari pengawasan.. 5. Lingkungan Adapun uraian penyebab masalah terjadi pada lingkungan adalah : Keadaan lantai basah dalam ruangan produksi membuat operator sedikit kesulitan dalam membersihka peralatan dan mesin. Hal ini dikarenakan akan memyebabkan kecelakaan pada operator. Hasil analisis cause and effect diagram faktor-faktor yang mempengaruhi pada kadar kotoran dapat dilihat pada gambar 5.9. dibawah ini. Kotoran Operator Material Mesin Peralatan Metode Lingkungan Mesin kurang bersih Bak Koagolasi kurang bersih Keterbatasan saringan lateks Latek masih ada kotoran Lolos dari saringan Air terdapat kotoran Tidak disaring Inspeksi kurang ketat dan teliti Kemampuan rendah Kelalaian Pendidikan randah Tidak disiplin Kurang pengawasan Lantai basah Banyak air sisa pencucian Volume saringan terbatas Kelalaian operator Gambar 5.9. Cause Effect Diagram Kadar Kotoran

5.2.3.2. Analisis Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Failure Mode and Effect AnalysisFMEA merupakan alat yang digunakan dalam mengidentifikasi dan menilai resiko yang berhubungan dengan potensial kegagalan. FMEA dibuat berdasarkan hasil wawancara serta pengamatan langsung dilapangan dengan asisten dan mandor dibagian produksi dan pengasapan. Pada FMEA terdiri dari stasiun proses, yang menunjukkan tempat terjadinya kegagalan , jenis kegagalan menunjukkan jenis kecacatan yang terjadi, kolom efek kegagalan menunjukkan akibat yang ditimbulkan jika terjadi jenis kecacatan. Pada penyebab kegagalan menunjukkan faktor potensial yang menyebabkan terjadinya jenis kecacatan, dan kolom metode deteksi menyatakan cara yang dapat digunakan untuk mendefinisikan terjadinya jenis kecacatan maupun penyebabnya. Penyelesaikan masalah yang ada ditentukan dengan menghitung nilai RPN Risk Priority Number yang merupakan hasil perkalian antara nilai Severity S, OccuranceO dan Detectability D. Penilaian tersebut berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lantai produksi, pengasapan dan menyesuaikan dengan data-data perusahaan. Perhitungan nilai RPN dapat dilihat pada contoh berikut: RPN Risk Priority Number : S x O x D RPN pembentukan koagulum : 8 x 8 x 4 = 256 Untuk pehitungan nilai RPN selanjutnya, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.15. Ta b e l

5.1 5.

Berdasarkan Tabel 5.15. FMEA di atas diperoleh faktor-faktor penyebab kegagalan proses yang mengakibatkan terjadinya produk cacat. Faktor-faktor tersebut kemudian diurutkan berdasarkan nilai RPN tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Urutan Penyebab Kegagalan Proses Berdasarkan Nilai RPN No. Penyebab Kegagalan RPN 1 Setting suhu berner dan blower pada mesin dryer dan mesin press 256 2 Metode penjemuran dan pengeringan pada suhu yang tinggi yang kurang tepat 224 3 Bahan baku yang kualitas rendah tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan 196 4 Slab yang menjadi bahan baku masih banyak yang tidak sesuai standar 192 5 Inspeksi yang kurang teliti baik terhadap pekerja maupun lingkungan 168 6 Mesin dan peralatan kurang bersih 140 Berdasarkan Tabel 5.16. diperoleh nilai RPN tertinggi sebesar 256 dengan penyebab penyebab kegagalan yaitu setting suhu berner dan blower pada mesin dryer dan press, yang merupakan jenis kegagalan yang dijadikan prioritas pertama untuk segera dilakukan perbaikan. Nilai RPN tersebut didapat berdasarkan tabel severity, occurance dan detection, dimana nilai ini memilki arti bahwa efek yang ditimbulkan sangat tinggi dan berdampak terhadap keuangan perusahaan, ketidakpuasan pelanggan, memiliki kemungkinan kegagalan yang tinggi. Oleh karena itu harus ada perbaikan dengan segera.

5.2.3.3. Analisis Eksperimen Faktorial

Pelaksanaan desain eksperimen dilakukan di lantai produksi, dimana peralatan yang digunakan dan prosedur kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: Alat yang digunakan : 1. Mesin Dryer 2. Troli Prosedur kerja : 1. Troli yang terdiri atas kotak-kotak besi yang berjumlah 24 buah diisi penuh dengan remahan-remahan bokar yang nantinya akan dimasukkan ke dalam Dryer. 2. Troli yang sudah terisi penuh dengan butiran-butiran Bokar dimasukkan ke dalam Dryer. Pada tahap pertama Bokar dipanaskan dengan Burner 1 dengan suhu 135 selama 50 menit didalam mesin Dryer. Setelah itu dipanaskan lagi di Burner 2 dengan suhu 115 selama 60 menit dalam mesin Dryer. 3. Pengumpulan dilakukan dengan mengadakan eksperimen selama 1 hari produksi. Sedangkan untuk jenis kecacatan yang diteliti dari hasil produksi 1 hari adalah berdasarkan jenis kecacatan yang dipilih dari pareto diagram yaitu jenis cacat kadar PRI. 4. Adapun faktor – faktor yang digunakan adalah : A 1 : menunjukan suhu burner 135 A 2 : menunjukan suhu burner 115 B 1 : menunjukan lama pemanasan selam 50 menit B 2 : menunjukan lama pemanasan selam 60 menit C 1: menunjukan mesin burner II C 1 : menunjukan mesin burner II

Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

2 62 116

Analisa Kadar Nitrogen Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3 Metode Kjeldhal

43 205 56

Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf

0 26 45

INDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECACATAN PRODUK MIE SNACK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. SIANTAR TOP TBK SURABAYA.

3 13 90

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO.

17 50 129

Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

0 0 14

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

0 1 13

Aplikasi Six Sigma Untuk Menganalisis Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan Produk Crumb Rubber Sir 20 Pada PT.Hadi Baru

0 0 24

Aplikasi Six Sigma Untuk Menganalisis Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan Produk Crumb Rubber Sir 20 Pada PT.Hadi Baru

0 0 18

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO

1 1 20